DENPASAR – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan komitmennya untuk memberantas praktik perdagangan saham gorengan, yaitu aktivitas perdagangan efek yang rentan menimbulkan distorsi harga dan manipulasi pasar. Upaya ini merupakan bagian integral dari strategi OJK dalam menjaga integritas dan kepercayaan investor di pasar modal Indonesia.
Guna mencapai tujuan tersebut, OJK tidak bergerak sendiri. Bersama Self Regulatory Organization (SRO) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), sebuah satuan tugas (satgas) telah dibentuk khusus untuk menertibkan praktik-praktik yang merugikan di pasar modal. Pembentukan satgas ini juga sejalan dengan pandangan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, yang menekankan bahwa pasar modal belum dapat menerima insentif dari pemerintah sebelum isu saham gorengan ini tuntas dibereskan.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, mengonfirmasi keberadaan satgas ini. Ia menjelaskan bahwa task force lintas lembaga tersebut melibatkan OJK, Kementerian Keuangan, Bursa Efek Indonesia (BEI), Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Fokus utama satgas ini adalah pendalaman pasar, termasuk di dalamnya aspek penegakan hukum yang krusial. Pernyataan ini disampaikan Inarno dalam forum Workshop Capital Market BEI di Bali, pada Sabtu (15/11/2025).
Secara lebih luas, pengawasan pasar menjadi salah satu poin sentral dalam tiga prioritas strategis OJK yang akan diimplementasikan pada tahun 2026. Ketiga program prioritas ini dirancang untuk memperkuat fondasi pasar modal dari berbagai sisi, meliputi aspek penawaran, permintaan, dan infrastruktur.
Dari sisi penawaran, Inarno Djajadi memaparkan fokus OJK untuk mendorong peningkatan aktivitas penawaran umum perdana saham (IPO), khususnya dari emiten berkapitalisasi besar. Selain itu, OJK juga berupaya meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam setiap penawaran umum, serta aktif mendorong penerbitan obligasi dan sukuk daerah sebagai alternatif pendanaan.
Pada pilar permintaan, strategi OJK mencakup perluasan basis investor, peningkatan likuiditas pasar sekunder, dan, yang terpenting, peningkatan persentase free float saham dari level saat ini 7,5%. Inarno menjelaskan bahwa target jangka panjang adalah mencapai 25% free float, namun akan dilakukan secara bertahap. Dalam waktu dekat, OJK menargetkan peningkatan menjadi 10%, yang juga akan menjadi persyaratan minimal untuk setiap IPO ke depan, sebelum kemudian berlanjut ke 15% dan akhirnya mencapai 25%. Langkah ini juga sejalan dengan rencana BEI untuk menaikkan free float saham menjadi 10% sebagai tahap awal.
Terakhir, prioritas ketiga OJK berfokus pada sisi infrastruktur pasar. Agenda ini mencakup upaya penguatan infrastruktur yang ada, percepatan proses perizinan, dan transformasi alur penawaran umum. Selain itu, OJK juga akan memperkuat kapasitas para pelaku pasar, memperluas akses ke pasar modal, serta memastikan peningkatan tata kelola yang baik demi terciptanya ekosistem pasar modal yang tangguh dan terpercaya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.



