Tragis! Mu’ti Bentuk Tim Investigasi Kasus Bullying Maut di Sekolah

Posted on

Menyikapi maraknya kasus kekerasan dan bullying yang meresahkan di lingkungan pendidikan, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti menyatakan komitmennya untuk segera membentuk tim khusus di setiap sekolah. Inisiatif ini merupakan respons konkret pemerintah dalam upaya mencegah insiden serupa tidak terulang kembali, terutama setelah munculnya kasus tragis yang menimpa seorang siswa di Tangerang Selatan.

Mu’ti menjelaskan bahwa tim pencegahan ini akan mengadopsi pendekatan yang lebih humanis, komprehensif, dan partisipatif. Penekanannya adalah pada keterlibatan seluruh elemen masyarakat sekolah, mulai dari orang tua, siswa itu sendiri, hingga masyarakat luas, guna menciptakan ekosistem pendidikan yang aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan.

Pembentukan tim khusus ini mendesak setelah kabar duka datang dari SMP Negeri 19 Tangerang Selatan. Seorang siswa berinisial MH (13) meninggal dunia secara tragis, diduga kuat akibat menjadi korban bullying yang dilakukan oleh teman-teman sekelasnya. Kasus ini sontak menyoroti kembali urgensi penanganan serius terhadap fenomena kekerasan di sekolah.

“Nantinya, kita akan membentuk tim yang ada di sekolah-sekolah dengan pendekatan yang lebih humanis, komprehensif, dan partisipatif,” tegas Mu’ti kepada awak media saat ditemui di SMPN 4 Bekasi, Jawa Barat, pada Senin (17/11). Ia berharap, melalui sinergi ini, berbagai bentuk kekerasan yang kerap terjadi di lingkungan sekolah dapat diminimalisir di masa mendatang.

Meskipun demikian, Mu’ti mengakui bahwa hingga saat ini dirinya belum menerima laporan resmi secara lengkap mengenai detail kasus yang menimpa MH di Tangerang Selatan dari pihak kepolisian. “Saya belum mendapatkan laporannya karena sekarang kasus tersebut sedang ditangani oleh aparat kepolisian. Jadi, kami belum memiliki informasi lengkap mengenai insiden di Kota Tangerang Selatan,” ungkapnya.

Secara mengejutkan, Menteri Mu’ti bahkan menyebutkan bahwa informasi awal terkait kasus ini justru ia peroleh dari laporan wartawan. “Saya masih menunggu laporan resminya ya, belum dapat laporan secara lengkap,” tambahnya, menunjukkan adanya kesenjangan informasi antara kementerian dengan penegak hukum terkait insiden fatal tersebut.

Kisah pilu MH berakhir di RS Fatmawati, Jakarta Selatan, pada Minggu (16/11). Ia menghembuskan napas terakhir setelah menjalani perawatan intensif selama satu minggu penuh, berjuang melawan luka serius yang diakibatkan oleh penganiayaan di lingkungan sekolahnya. MH diduga telah menjadi target bullying oleh teman sekelasnya sejak Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), sebuah periode yang seharusnya menjadi momen adaptasi yang menyenangkan.

Puncak kekerasan tersebut terjadi pada Senin (20/10), ketika kepala MH dipukul menggunakan bangku berbahan besi, menyebabkan cedera yang sangat parah. Rizki, kakak korban, menceritakan betapa kondisi fisik adiknya menurun drastis setelah kejadian brutal itu. Bahkan, tubuh siswa kelas VII tersebut sempat tak dapat digerakkan dengan baik, menunjukkan gejala seperti kelumpuhan.

“Yang paling parah itu saat kepalanya dipukul kursi. Adik saya baru berani cerita semua detail kejadian setelah kondisinya sudah sangat parah. Sebelumnya, ia tak pernah bercerita, namun kali ini ia memberanikan diri karena sudah merasakan sakit yang tak tertahankan,” tutur Rizki pada Senin (10/11), menggambarkan penderitaan adiknya yang tersembunyi.

Sebelum dirujuk ke RS Fatmawati, MH sempat mendapatkan perawatan di salah satu rumah sakit swasta di Kota Tangerang Selatan. Namun, karena kondisinya terus memburuk dan memerlukan penanganan lebih lanjut, ia akhirnya dipindahkan ke Jakarta untuk perawatan yang lebih intensif.

Sementara itu, pihak kepolisian terus mendalami kasus ini. Kapolres Tangerang Selatan, AKBP Victor Daniel Henry Inkiriwang, mengonfirmasi bahwa sejauh ini, enam orang saksi telah dimintai keterangan terkait insiden yang merenggut nyawa MH. “Enam, enam saksi sudah kami periksa,” ujar Victor saat ditemui di Polda Metro Jaya, Senin (17/11).

Polisi juga tengah berkoordinasi secara intensif dengan tim dokter yang menangani MH di rumah sakit. Tujuan koordinasi ini adalah untuk memastikan penyebab pasti kematian remaja tersebut, apakah karena penyakit bawaan atau murni akibat hantaman benda tumpul yang dialaminya. “Kami sedang berkoordinasi dengan dokter yang menangani untuk mendapatkan kejelasan medis,” pungkas Victor, menegaskan komitmen penegak hukum dalam mengungkap kebenaran di balik kematian tragis ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *