Panik AI? Ini Aset Safe Haven Terbaik Saat Saham Teknologi Rontok

Posted on

JAKARTA, caristyle.co.id – Gelombang aksi jual (sell-off) semakin menghantam bursa saham global, didorong kekhawatiran mendalam tentang valuasi yang dianggap terlalu tinggi (lofty valuations), terutama di sektor kecerdasan buatan (AI). Investor pun disarankan untuk mulai melirik aset-aset safe haven di tengah gejolak pasar ini.

Koreksi tajam di sektor teknologi dalam beberapa sesi terakhir menjadi sinyal waspada. Kekhawatiran investor terhadap keberlanjutan reli saham AI dan valuasi perusahaan yang terlampau tinggi menjadi pemicunya.

Saham Nvidia, misalnya, meski masih mencatat kenaikan signifikan sebesar 38% sepanjang tahun ini, telah terkoreksi sekitar 10% sejak mencapai rekor tertingginya di akhir Oktober. Pasar kini menanti laporan Nvidia untuk mengukur potensi pelemahan permintaan di sektor yang selama ini menjadi motor penggerak utama reli pasar. Tekanan terhadap harga saham Nvidia juga diperparah oleh aksi lepas saham yang dilakukan oleh beberapa investor besar, termasuk hedge fund milik miliarder Peter Thiel dan SoftBank, seperti dilaporkan baru-baru ini.

Wahyu Laksono, Analis Komoditas dan Founder Traderindo.com, menjelaskan bahwa global sell-off saat ini didorong oleh sentimen penghindaran risiko (risk-off), khususnya terhadap sektor AI. Akibatnya, investor cenderung mencari perlindungan pada aset yang dianggap mampu mempertahankan atau bahkan meningkatkan nilainya di tengah ketidakpastian.

Menurut Wahyu, aset safe haven seperti emas dan mata uang utama dunia (USD, JPY, CHF) menjadi incaran utama investor saat ini. Emas memiliki nilai intrinsik yang tidak terikat pada kinerja institusi atau negara tertentu, sehingga relatif aman dari risiko gagal bayar (credit risk). Sementara itu, USD diuntungkan oleh memudarnya ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed, yang mengindikasikan suku bunga AS akan tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama (Higher for Longer).

JPY, di sisi lain, cenderung menguat saat krisis karena investor Jepang memiliki investasi besar di luar negeri. CHF juga dikenal sebagai aset aman karena stabilitas politik dan netralitasnya, serta sistem perbankan yang kuat.

Wahyu memperkirakan aksi jual ini dapat berlanjut hingga rilis laporan keuangan (earning reports) perusahaan-perusahaan teknologi besar. Laporan ini diharapkan dapat memberikan kejelasan apakah valuasi yang tinggi saat ini masih dapat dibenarkan oleh kinerja fundamental perusahaan.

Sell-off di sektor teknologi bisa bersifat jangka pendek hingga menengah hingga beberapa bulan, sampai terjadi kapitulasi, yang berarti investor bearish menyerah, atau muncul katalis positif baru,” terang Wahyu kepada Kontan, Rabu (19/11/2025).

Senada dengan Wahyu, Alwy Assegaf, Research & Development Trijaya Pratama Futures, berpendapat bahwa USD akan terus menguat dalam kondisi saat ini, didorong oleh sentimen memudarnya ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed.

Selain itu, di tengah kondisi pasar yang bergejolak (volatile), komoditas emas juga tak bisa diabaikan. Meskipun penguatan USD berpotensi melemahkan harga emas dan membatasi kenaikannya, emas secara tradisional tetap menarik sebagai aset safe haven.

“Sementara tadi emas, meskipun non bunga, tapi emas ini cenderung diuntungkan oleh situasi risk-off,” tutur Alwy.

Wahyu memproyeksikan harga emas dapat menguji atau bahkan melampaui level US$ 4.400 – US$ 4.500 per ons troi pada akhir tahun ini, jika sentimen yang mendukung harga emas terus berlanjut. Kemarin (19/11/2025), harga emas berada di US$ 4.133,1 per ons troi.

Alwy juga memproyeksikan harga emas berpotensi mencapai level tertinggi sepanjang masa (all time high) di US$ 4.375 hingga akhir tahun. Sementara itu, Indeks Dolar AS diprediksi berada di kisaran 101,00 hingga 102,00 pada periode yang sama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *