Dolar AS Perkasa? Ini Valas Alternatif Potensial + Rekomendasi!

Posted on

JAKARTA, caristyle.co.id – Dominasi dolar Amerika Serikat (AS) di pasar keuangan global semakin terasa. Indeks dolar AS terus menunjukkan penguatan. Namun, di tengah keperkasaan tersebut, sejumlah mata uang asing (valas) lain menawarkan peluang investasi menarik bagi para investor yang jeli.

Menurut data Bloomberg, indeks dolar AS (DXY) kembali mencatatkan kenaikan sebesar 0,02% menjadi 100,18 pada hari Jumat (21/11). Tren penguatan ini telah berlangsung selama sepekan terakhir. Bahkan, dalam sebulan terakhir, indeks dolar AS telah menguat sebesar 1,61%. Pada hari Rabu (19/11), indeks ini sempat menyentuh level 100,228, yang merupakan level tertinggi dalam lima bulan terakhir.

Tower Bersama (TBIG) Rilis Surat Utang Rp 2,2 Triliun, Ini Rincian Lengkapnya

Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo, menjelaskan bahwa penguatan indeks dolar AS ini sebagian besar dipicu oleh ekspektasi terhadap kebijakan moneter The Fed. Meskipun sempat muncul spekulasi mengenai pemangkasan suku bunga, data pasar tenaga kerja AS justru menunjukkan stabilitas.

Selain itu, komentar dari para pejabat The Fed yang menegaskan bahwa inflasi AS masih berada di atas target, mengisyaratkan bahwa bank sentral perlu menahan diri dari pemangkasan suku bunga. Ekspektasi ini, ditambah dengan risalah FOMC yang menunjukkan perbedaan pendapat di antara para pejabat The Fed mengenai kebijakan moneter, semakin memperkuat keyakinan bahwa suku bunga acuan AS akan tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama. “Hal ini meningkatkan daya tarik imbal hasil US Treasury dan mata uang dolar AS,” kata Sutopo pada hari Jumat (21/11).

Namun, di tengah dominasi dolar AS, Sutopo menambahkan bahwa mata uang yang masih menarik bagi investor adalah mata uang yang didukung oleh fundamental domestik yang kuat atau memiliki kebijakan moneter yang ketat. Valas dengan imbal hasil yang kompetitif atau yang diperkuat oleh kenaikan harga komoditas utama juga layak dipertimbangkan.

“Misalnya, mata uang yang didukung komoditas seperti dolar Kanada atau dolar Australia bisa menarik jika prospek permintaan global membaik, atau mata uang dari negara yang bank sentralnya masih berupaya memerangi inflasi secara agresif,” jelasnya.

Lebih lanjut, investor juga akan mencari mata uang dengan tingkat suku bunga riil positif yang tinggi atau yang menawarkan perlindungan dari devaluasi. Potensi pertumbuhan valas di luar dolar AS, menurut Sutopo, bergantung pada seberapa lama ekspektasi pemotongan suku bunga acuan The Fed ditunda dan bagaimana respons bank sentral domestik terhadap tekanan inflasi maupun pertumbuhan ekonomi masing-masing.

XLSmart Telecom (EXCL) Tebar Dividen Tambahan Rp 2,89 Triliun: Investor Wajib Tahu!

Sementara itu, pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, berpendapat bahwa ketika indeks dolar AS melonjak, mata uang lain cenderung tertekan. Meskipun demikian, ada beberapa pasangan valas yang tetap bisa menjadi pilihan alternatif bagi investor, seperti EUR/USD, GBP/USD, dan JPY/USD.

Mata uang euro (EUR) cukup aktif diperdagangkan, meskipun sensitif terhadap dinamika realisasi data-data ekonomi Eropa dan AS. Poundsterling (GBP) juga menawarkan likuiditas tinggi, namun volatilitasnya juga cukup tinggi. Adapun mata uang yen Jepang (JPY) dianggap menarik karena faktor geopolitik Jepang-China dan kebijakan Bank Sentral Jepang.

“Ketiga pasangan ini dianggap paling likuid dan ramai diperdagangkan di pasar valas,” terang Ibrahim pada hari Jumat (21/11/2025).

Namun, Ibrahim mengingatkan bahwa risiko investasi pada valas selain dolar AS cukup besar. Selain volatilitas yang tinggi, adanya margin trading juga bisa membahayakan bagi investor pemula. Jika investor salah mengambil posisi satu lot saja, maka investor bisa mengalami kerugian dan modalnya habis.

Di sisi lain, Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menambahkan bahwa franc Swiss (CHF) masih memiliki daya tarik tinggi di mata para investor yang mencari valas dengan karakteristik safe haven. Akibatnya, CHF cukup ramai diperdagangkan di pasar valas.

“Dari tiga mata uang safe haven seperti CHF, USD, dan JPY, tampaknya CHF masih sangat diminati investor,” tukasnya pada hari Jumat (21/11/2025).

Terlepas dari itu, para analis menekankan bahwa alokasi valas dalam portofolio investor harus disesuaikan dengan profil risiko masing-masing. Karena dolar AS sedang perkasa, Sutopo merekomendasikan agar porsi valas lebih konservatif dan diposisikan untuk tujuan diversifikasi dan lindung nilai.

Daftar Harga Emas Antam Hari Ini (22/11): Turun Rp 7.000 Jadi Rp 2.341.000 Per Gram

Bagi investor konservatif, alokasi valas dapat berkisar antara 10%—20% dari total portofolio dengan fokus pada mata uang safe haven dan berlikuiditas tinggi. Sementara itu, bagi investor moderat, porsi valas dapat ditingkatkan hingga 20%—35% yang mencakup kombinasi mata uang safe haven dan mata uang komoditas yang menawarkan yield kompetitif.

“Valas selain dolar AS sangat layak dipegang untuk jangka panjang asalkan didukung oleh fundamental negara yang stabil,” jelas Sutopo.

Sedangkan menurut Ibrahim, investor sebaiknya memberikan alokasi untuk valas di kisaran 20%, mengingat instrumen ini tergolong volatil. Karena risikonya besar, investor disarankan hanya menggunakan dana menganggur ketika berinvestasi valas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *