Kebakaran dahsyat yang melanda Apartemen Wang Fuk Court di Hong Kong telah merenggut nyawa setidaknya 44 orang, termasuk dua Warga Negara Indonesia (WNI). Kabar duka ini disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) setelah melakukan koordinasi intensif dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong dan Hong Kong Police Force (HKPF).
“Dari hasil koordinasi intensif KJRI Hong Kong dengan Hong Kong Police Force (HKPF), diperoleh informasi hingga saat ini, 2 orang WNI dinyatakan meninggal dunia dan 2 orang lainnya mengalami luka-luka,” demikian pernyataan resmi Kemlu RI, Kamis (27/11).
Lebih lanjut, Kemlu menjelaskan bahwa seluruh korban, baik yang meninggal maupun yang terluka, adalah Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang bekerja di sektor domestik. “Semua korban merupakan Pekerja Migran Indonesia (PMI) sektor domestik,” tegas Kemlu.
Saat ini, KJRI Hong Kong terus menjalin komunikasi erat dengan otoritas setempat dan pihak-pihak terkait untuk memantau perkembangan situasi terkini. Pendampingan intensif juga diberikan kepada WNI yang terdampak, termasuk penyediaan tempat tinggal sementara dan bantuan logistik di gedung KJRI Hong Kong.
Sebagai bentuk perhatian dan dukungan, KJRI Hong Kong telah menghubungi keluarga WNI yang menjadi korban untuk menyampaikan belasungkawa yang mendalam. Informasi yang jelas dan langkah-langkah penanganan selanjutnya juga telah disampaikan kepada pihak keluarga. Selain itu, KJRI terus berkoordinasi dengan otoritas setempat dan agen ketenagakerjaan guna memfasilitasi proses repatriasi jenazah serta memastikan pemenuhan hak-hak terkait bagi para korban.
Tragedi ini diduga kuat dipicu oleh kelalaian dalam proses pemeliharaan dan renovasi apartemen. Pihak kepolisian Hong Kong telah menangkap tiga orang dari perusahaan konstruksi yang bertanggung jawab atas proyek tersebut atas dugaan kelalaian yang menyebabkan kebakaran.
Apartemen Wang Fuk Court sendiri terdiri dari 8 blok, di mana 7 blok di antaranya sedang menjalani proses pemeliharaan atau renovasi saat kejadian nahas itu terjadi. Api dengan cepat membesar dan menjalar, diduga akibat penggunaan perancah bambu (scaffolding atau steger) dan material busa yang mudah terbakar selama pekerjaan konstruksi.
Kritik tajam pun bermunculan dari para penghuni apartemen melalui media sosial, menyoroti dugaan kelalaian dan upaya penghematan biaya yang dianggap sebagai penyebab utama kebakaran. Sebuah video yang beredar menunjukkan sejumlah pekerja konstruksi merokok di atas perancah bambu di sekitar bangunan yang sedang direnovasi, semakin memperkuat dugaan adanya pelanggaran keselamatan kerja.
Petugas pemadam kebakaran terus berjuang sepanjang malam untuk menyelamatkan warga yang terjebak di lantai atas apartemen. Namun, upaya mereka terhambat oleh panas yang ekstrem dan asap tebal yang menyelimuti area tersebut. Proses identifikasi korban dan investigasi penyebab pasti kebakaran masih terus berlangsung.



