Isyarat QE The Fed kembali muncul, kripto bersiap pulih bertahap

Posted on

caristyle.co.id JAKARTA. Pelonggaran kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) kembali menjadi sorotan pasar. Setelah The Fed memangkas suku bunga dan wacana kembalinya quantitative easing (QE) pada 2026 dinilai berpotensi menjadi katalis baru bagi aset berisiko, khususnya kripto.

Sebelumnya, Federal Reserve (The Fed) atau bank sentral AS telah memutuskan untuk melakukan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 3,50%-3,75% pada 10 Desember 2025.

Dengan langkah pelonggaran yang diambil, pasar pun menilai bahwa The Fed akan segera mengakhiri kebijakan quantitative tightening (QT) atau pengetatan neraca. Di sisi lain, bank sentral Amerika Serikat ini diproyeksi akan kembali melakukan ekspansi neraca (quantitative easing/QE)) dalam waktu dekat.

Jika kebijakan QE akan kembali dijalanan AS pada tahun 2026, Vice President Indodax Antony Kusuma, menyampaikan dampaknya terhadap kripto pada prinsipnya cenderung positif, tetapi sangat bergantung pada skala dan bentuk pelonggarannya. 

Untuk diketahui, per 1 Desember 2025, The Fed memang telah mengakhiri fase pengetatan kuantitatif (QT) dan mulai melakukan pembelian Treasury Bills jangka pendek sekitar US$ 40 miliar per bulan.

Harga Emas Masih Tinggi, Simak Rekomendasi Saham Emiten Produsennya

Meski langkah ini ditegaskan sebagai langkah teknis untuk menjaga kecukupan likuiditas perbankan dan bukan QE, kondisi ini menandai bahwa tekanan likuiditas tidak lagi seketat periode 2022-2024. Neraca The Fed sendiri masih sekitar US$ 6,5 triliun, jauh di bawah puncak era QE sebelumnya. 

Kata Antony, dalam konteks kripto, pelonggaran moneter biasanya menjadi katalis karena menurunkan biaya modal, meningkatkan risk appetite, dan mendorong aliran dana ke aset berisiko. 

Namun, jika pelonggaran 2026 hanya berupa pemangkasan suku bunga bertahap dan pengelolaan likuiditas teknis, dampaknya ke kripto cenderung bersifat gradual dan tidak serta-merta eksplosif.

Sehingga, menurutnya katalis yang benar-benar kuat bagi kripto biasanya baru muncul ketika ketika QE dilakukan dalam skala besar, seperti pada periode krisis atau tekanan ekonomi signifikan. 

“Dalam skenario tersebut, meskipun volatilitas awal bisa meningkat akibat sentimen risk-off, tambahan likuiditas jangka menengah sering kali menjadi pendorong reli aset berisiko, termasuk kripto,” jelas Antony kepada Kontan, Jumat (19/12/2025).

Lebih lanjut, jika melihat pada tahun 2026, Antony bilang pasar kripto tidak hanya ditentukan oleh arah kebijakan moneter, tetapi juga oleh faktor-faktor struktural yang sudah mulai terbentuk sejak akhir 2025. 

Penunjang utama pasar kripto ke depan umumnya datang dari tiga faktor, yaitu arah kebijakan moneter, adopsi institusional, serta kejelasan regulasi yang mengakui kripto sebagai instrumen investasi.

Sepanjang 2025, dilihatnya arus minat dari institusi tetap terjaga melalui produk-produk teregulasi seperti Bitcoin (BTC) dan Etherum (ETH), penguatan infrastruktur kustodian, serta integrasi kripto ke dalam portofolio aset yang lebih luas. 

“Ini membuat pasar kripto sebenarnya sudah semakin matang dan tidak lagi sepenuhnya bergantung pada sentimen ritel dan siklus empat tahunan atau halving Bitcoin,” lanjutnya.

Selain itu, arah regulasi yang semakin jelas di sejumlah negara besar juga menjadi faktor penting, meskipun belum seragam secara global. 

Namun di sisi lain, ada beberapa sentimen negatif yang perlu diwaspadai. Salah satunya adalah risiko pasar memasuki fase konsolidasi apabila tidak ada katalis besar baru. Faktor lain adalah ketidakpastian kebijakan global.

Jadi, Antony menyimpulkan bahwa secara keseluruhan prospek kripto di 2026 masih konstruktif, tetapi dengan karakter pasar yang lebih selektif dan dewasa.

Meski harga sejumlah koin utama kripto seperti BTC sempat terkoreksi pada beberapa bulan terakhir tahun 2025 ini, Antony melihat potensi pemulihan tetap ada, tapi pasar akan lebih selektif. 

Untuk BTC, dicatatnya konsensus memproyeksi harga mengarah ke area sekitar US$ 150.000 di akhir 2026, sementara beberapa pelaku industri melihat ruang hingga sekitar US$ 180.000 jika arus institusional kembali kuat. 

AUM Melonjak 61%, Ini Faktor Pendorong dan Prospek Reksadana Syariah pada 2026

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *