Prospek reksadana offshore terdorong saham teknologi dan penguatan dolar

Posted on

caristyle.co.id – JAKARTA. Kinerja reksadana berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) alias reksadana offshore dinilai masih menarik pada 2026. Ini seiring penguatan dolar dan kinerja positif pasar saham global.

Doni Firdaus Direktur Investasi Bahana TCW mengatakan, sepanjang 2025 reksadana equity dollar menunjukkan resiliensi yang kuat dengan performa yang relatif baik.

Pendorong utamanya berasal dari dominasi sektor teknologi informasi, khususnya industri semikonduktor dan kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) yang terus menjadi katalis pertumbuhan ekonomi global.

PANI Borong Saham CBDK dari Agung Sedayu dan Tunas Mekar Kuasai 85,95%

Di tengah kekhawatiran perlambatan pendapatan akibat tensi perang dagang, saham-saham semikonduktor dan AI masih menjadi penopang utama kinerja reksadana global. Selain itu, kontribusi saham-saham asal China turut memperkuat performa reksadana dolar sepanjang tahun ini.

Kalau dilihat dari sisi geografis, lanjutnya, tren investasi global juga mulai bergeser. Investor tidak lagi hanya berfokus pada pasar Amerika Serikat, melainkan mulai melirik negara-negara lain seperti China, Jerman, dan Jepang yang dinilai semakin agresif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan fiskal dan moneter.

Hingga akhir November 2025, ketiga negara tersebut tercatat membukukan kinerja pasar yang relatif lebih baik.

Memasuki 2026, prospek reksadana dolar masih dipandang positif. Pertumbuhan ekonomi global yang didukung bauran kebijakan moneter dan fiskal di berbagai negara memberikan ruang investasi yang lebih luas bagi investor Indonesia.

“Reksadana offshore dinilai menawarkan eksposur ke saham-saham global, terutama perusahaan yang bergerak di sektor AI dan pemanfaatannya di berbagai industri, tanpa bergantung pada satu negara saja,” ujar Doni kepada Kontan akhir pekan lalu.

Doni menilai, ke depan pertumbuhan perusahaan tidak hanya dilihat dari sisi angka pendapatan, tetapi juga dari kualitas laba.

Sejumlah sektor non-teknologi diperkirakan mulai menunjukkan efisiensi berkat pemanfaatan AI, sehingga membuka peluang investasi pada saham-saham dengan valuasi relatif lebih murah. Selain itu, tingginya likuiditas global juga masih berpotensi menopang valuasi aset berisiko.

Harga Emas Berpeluang Naik pada 2026, Didukung Faktor Global dan Pasokan Terbatas

Namun demikian, investor tetap perlu mencermati sejumlah sentimen utama yang akan mempengaruhi pergerakan reksadana dolar tahun depan.

“Tiga faktor utama yang perlu diperhatikan adalah arah kebijakan moneter global, valuasi relatif aset, serta kondisi likuiditas pasar,” bubuhnya.

Selain itu, tingkat produktivitas global dan dinamika harga komoditas dasar juga menjadi faktor penting, terutama di tengah upaya berbagai negara meningkatkan porsi energi terbarukan. Perubahan struktur energi tersebut berpotensi memberikan implikasi terhadap inflasi global.

Dalam menyikapi kondisi tersebut, Doni menyarankan strategi investasi pada reksadana offshore pada 2026 sebaiknya berfokus pada empat pilar utama, yakni inflasi, likuiditas, kualitas laba, dan valuasi.

Meski peluang investasi di luar AS dinilai semakin menarik, pasar AS tetap tidak bisa diabaikan mengingat pangsa pasarnya yang mencapai sekitar 70% dari pasar global.

Terakhir, fokus investasi disarankan pada perusahaan global yang memiliki eksposur pendapatan signifikan dari pasar non-AS, sekaligus mencermati peluang pertumbuhan dari ekonomi China dan negara-negara berkembang (emerging markets).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *