IHSG Terbang Tinggi! Ini 5 Faktor Pendorong Kenaikan 4,84% Sepekan

Posted on

caristyle.co.id – JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan Jumat (15/8/2025) dengan pelemahan 32,87 poin atau 0,41%, menutup sesi di level 7.898,37. Meskipun demikian, kinerja mingguan IHSG menunjukkan momentum yang kuat, dengan lonjakan signifikan sebesar 4,84% dalam sepekan terakhir. Kenaikan substansial ini memicu pertanyaan mengenai keberlanjutan tren positif pasar saham Indonesia dan potensi risikonya.

Analis pasar saham menyoroti bahwa kenaikan IHSG yang impresif ini bukan semata didorong sentimen sesaat. Menurut Chory Agung Ramdhani, Kepala Departemen Customer Engagement & Market Analyst BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS), performa positif IHSG saat ini didukung oleh fondasi ekonomi Indonesia yang kian membaik. Dari perspektif makroekonomi, sinyal positif terlihat dari penurunan yield obligasi, ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter oleh Bank Indonesia, serta potensi percepatan belanja pemerintah yang dapat memicu pertumbuhan. Dalam konteks pasar saham, meskipun kinerja semester I 2025 menunjukkan pelemahan sebesar 6% secara tahunan (yoy), proyeksi untuk semester II 2025 justru mengindikasikan adanya potensi rebound earnings sebesar 5% hingga 6% yoy, didukung oleh basis rendah tahun lalu dan kebijakan yang kondusif.

Namun, laju IHSG yang kencang juga tidak luput dari potensi risiko yang perlu diwaspadai investor. Chory Agung Ramdhani menggarisbawahi beberapa ancaman, seperti potensi profit taking setelah reli kenaikan signifikan baru-baru ini. Selain itu, tekanan inflasi global yang dipicu oleh tarif dan harga komoditas pangan yang tinggi, serta kesenjangan antara ekspektasi pasar dan panduan The Fed, berpotensi memicu volatilitas pasar. Di sisi domestik, kualitas aset perbankan, terutama pada segmen menengah-bawah, dan daya beli masyarakat lapisan bawah yang masih lemah dapat membatasi pemulihan sektor konsumsi.

Meskipun demikian, Chory meyakini prospek IHSG dalam jangka pendek masih positif, asalkan kebijakan pemerintah tetap konsisten dan penyaluran fiskal dilakukan tepat waktu. Berdasarkan pandangan tersebut, BRIDS menaikkan target IHSG akhir 2025 menjadi 7.960. Target ini didukung oleh derasnya arus dana yang mengalir ke saham-saham grup konglomerasi serta ekspektasi perbaikan earnings di semester II 2025. Senada, Analis OCBC Sekuritas, Farrel Nathanael, menambahkan bahwa kenaikan IHSG saat ini memang banyak didorong sentimen jangka pendek. Ia mengingatkan investor untuk tetap mewaspadai risiko global seperti harga komoditas dan kebijakan The Fed, serta faktor domestik seperti inflasi dan nilai tukar rupiah. Farrel juga melihat potensi keuntungan bagi IHSG seiring dengan dimulainya penurunan suku bunga.

Dalam menyikapi dinamika pasar ini, para analis pasar menyarankan strategi investasi yang cermat. Chory Agung Ramdhani merekomendasikan fokus pada sektor-sektor yang memiliki katalis earnings kuat di semester II 2025, khususnya yang valuasinya masih di bawah rata-rata historis. Investor disarankan untuk memanfaatkan peluang pada saham-saham large cap dan grup konglomerasi yang saat ini menarik arus dana besar, sembari tetap memegang teguh prinsip disiplin dalam manajemen risiko. Penting juga untuk terus memantau pergerakan yield obligasi dan kebijakan The Fed, mengingat volatilitas global dapat memengaruhi aliran dana asing. Chory mengingatkan agar tidak terlalu agresif pada sektor dengan daya beli masyarakat yang masih lemah, seperti konsumer staples, hingga ada tanda-tanda pemulihan yang jelas. Secara terpisah, Farrel Nathanael dari OCBC Sekuritas merekomendasikan strategi investasi dollar cost averaging dan diversifikasi portofolio yang disesuaikan dengan profil risiko masing-masing investor, sebagai langkah mitigasi risiko di tengah ketidakpastian.

Menyempurnakan strategi investasi, kedua analis juga memberikan rekomendasi sektor dan saham unggulan. Chory Agung Ramdhani mengidentifikasi beberapa sektor prospektif untuk semester II 2025, di antaranya adalah sektor Telco (Telekomunikasi) dengan saham pilihan seperti TLKM dan ISAT, berkat prospek perbaikan harga dan margin. Sektor Perbankan juga menarik perhatian, dengan BBCA sebagai pilihan utama karena valuasi yang menarik dan likuiditas yang membaik. Untuk sektor Metals, saham BRMS direkomendasikan karena katalis proyek dan monetisasi aset. Sementara itu, sektor Properti melalui saham CTRA diyakini akan diuntungkan oleh kebijakan PPN DTP dan potensi penurunan suku bunga BI. Senada dengan Chory, Farrel Nathanael juga merekomendasikan sektor Perbankan dan Konsumer sebagai pilihan yang patut dipertimbangkan oleh investor.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *