Sejarah Apollo-Soyuz: Jabat Tangan Antariksa AS-Soviet

Posted on

Sebuah Jabat Tangan di Orbit: Bagaimana Apollo-Soyuz Mengubah Sejarah Eksplorasi Antariksa

17 Juli 1975 menjadi saksi bisu sebuah peristiwa bersejarah: pertemuan dua wahana antariksa, Apollo milik Amerika Serikat dan Soyuz milik Uni Soviet, di orbit. Pertemuan ini menandai berakhirnya era persaingan sengit dalam perlombaan antariksa dan menjadi tonggak penting menuju kolaborasi internasional dalam eksplorasi luar angkasa. Lebih dari sekadar pertemuan teknis, jabat tangan antarkru di antara dua negara adidaya yang selama ini berseteru menjadi simbol perubahan paradigma dalam hubungan internasional.

Glynn Lunney, seorang direktur penerbangan NASA yang berpengalaman, memainkan peran krusial dalam misi Apollo-Soyuz. Pada tahun 1970-an, ia telah terlibat dalam misi-misi penting, termasuk pendaratan di Bulan. Namun, panggilan tak terduga dari atasannya, Chris Kraft, untuk memimpin tim dalam misi kolaborasi dengan Uni Soviet, menjadi momen bersejarah dalam kariernya. Dari seorang “pejuang Perang Dingin,” Lunney bertransformasi menjadi jembatan penghubung kerjasama internasional di luar angkasa, sebuah pergeseran perspektif yang ia kenang hingga akhir hayatnya pada tahun 2021.

Ide kerjasama antara AS dan Uni Soviet di luar angkasa sebenarnya telah muncul sejak lama, meskipun di tengah ketegangan Perang Dingin. Teasel Muir-Harmony, kurator pameran Apollo dan Apollo-Soyuz, menjelaskan bahwa bahkan di tengah Krisis Rudal Kuba tahun 1962, terdapat upaya pertukaran data meteorologi antara kedua negara. Perlombaan antariksa, menurutnya, selalu merupakan perpaduan antara kompetisi dan kerja sama. Namun, di bawah pemerintahan Nixon, Apollo-Soyuz memiliki signifikansi diplomatik yang besar dalam meredakan ketegangan internasional dengan Uni Soviet di bawah kepemimpinan Leonid Brezhnev. Tujuan praktisnya juga tak kalah penting: membangun kemampuan menyelamatkan kru antariksa dari berbagai negara jika terjadi keadaan darurat.

Simbolisme pemilihan awak juga signifikan. Di pihak AS, Deke Slayton, salah satu astronot Mercury 7 yang sempat diskors, akhirnya mendapatkan kesempatan terbang setelah bertahun-tahun menunggu. Sementara itu, Uni Soviet mengirim Alexei Leonov, manusia pertama yang melakukan spacewalk, yang sebelumnya hampir menjadi manusia pertama yang menginjakkan kaki di Bulan jika program Bulan Rusia berhasil.

Tantangan teknis dalam misi ini sangat besar. Kedua wahana antariksa memiliki desain yang berbeda, sistem operasi yang berbeda, bahkan campuran udara untuk kru yang berbeda. Namun, tantangan terbesar justru terletak pada mengatasi perbedaan budaya dan kecurigaan yang telah lama terbangun antara kedua negara. Vance Brand, pilot modul komando misi Apollo, menceritakan bagaimana tim AS awalnya ragu dengan kerja sama tersebut, namun lambat laun menyadari bahwa rekan-rekan mereka dari Uni Soviet adalah manusia biasa, bukan “raksasa jahat” seperti yang selama ini digambarkan.

Peluncuran Soyuz dan Apollo pada 15 dan 17 Juli 1975, diikuti dengan proses docking yang sukses. Momen jabat tangan antarkru dan pertukaran cendera mata menjadi simbol kerja sama yang baru terjalin. Pidato Presiden Gerald Ford yang memuji keberhasilan misi ini semakin mengukuhkan arti penting Apollo-Soyuz dalam sejarah.

Keberhasilan Apollo-Soyuz membuka jalan bagi kerja sama lebih lanjut antara AS dan Uni Soviet dalam eksplorasi antariksa, termasuk misi-misi pesawat ulang-alik ke stasiun luar angkasa Mir. Puncaknya adalah pembangunan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), sebuah proyek kolaboratif yang melibatkan 14 negara, dengan AS dan Rusia sebagai pilar utamanya. Bahkan di tengah ketegangan politik saat ini, kerja sama di ISS tetap berlanjut, meskipun terdapat kekhawatiran mengenai masa depan kerja sama ini dengan munculnya perpecahan geopolitik baru.

Svetla Ben-Itzhak dari Universitas Johns Hopkins melihat Apollo-Soyuz sebagai awal dari “diplomasi antariksa,” di mana eksplorasi luar angkasa dapat menyatukan negara-negara dengan tujuan bersama. Namun, dengan munculnya perlombaan antariksa baru menuju Bulan, kemungkinan terulangnya kerja sama seperti Apollo-Soyuz masih menjadi tanda tanya, mengingat perbedaan politik antara AS dan Rusia, serta ketidakikutsertaan Rusia dan China dalam Perjanjian Artemis.

Meskipun sebagian besar orang, bahkan di kalangan pecinta antariksa, mungkin belum pernah mendengar misi Apollo-Soyuz, warisan misi ini tetap penting. Kisah jabat tangan di orbit tersebut mengingatkan kita akan potensi kerja sama internasional dalam mengatasi tantangan besar, sekaligus menunjukkan betapa rumitnya politik internasional dapat memengaruhi bahkan eksplorasi ruang angkasa. Namun, optimisme untuk masa depan kolaboratif dalam eksplorasi ruang angkasa tetap ada, seperti yang diungkapkan oleh Kenneth Phillips dari California Science Center. Legasi Glynn Lunney, yang kemudian memimpin program pesawat ulang-alik, tetap terukir dalam sejarah sebagai pemimpin yang berhasil mengubah cara negara-negara yang bertikai dapat hidup dan bekerja sama di luar angkasa.

Anda dapat membaca versi asli artikel ini yang berjudul The handshake in orbit that made the International Space Station possible di BBC Future.

  • Apollo 11: Bukti foto yang mengukuhkan pendaratan di Bulan 50 tahun lalu
  • Siapa Apollo Quiboloy, pendeta di Filipina yang dituduh melakukan perdagangan seks anak?
  • Michael Collins ‘pahlawan di balik layar’ misi pertama manusia ke bulan wafat, seperti apa kiprahnya?
  • Mengapa banyak negara berambisi mengirim orang ke Bulan?
  • Di balik teori konspirasi ‘manusia tidak pernah menginjakkan kaki di Bulan’
  • Pesawat antariksa Soviet seberat setengah ton akan jatuh ke Bumi
  • Ilmuwan temukan ‘bukti kuat’ kehidupan di Planet K2-18b – Mungkinkah ada kehidupan di luar Bumi?
  • Apa yang terjadi pada tubuh dua astronaut setelah sembilan bulan berada di luar angkasa?
  • Bagaimana dua astronaut menghabiskan waktu selama sembilan bulan terlantar di luar angkasa?
  • Matahari pernah memiliki ‘saudara kembar’, apa yang terjadi dengannya?
  • Bagaimana cara membuat oksigen di Bulan?
  • Asteroid yang musnahkan dinosaurus berjumlah dua batuan besar, kata riset terbaru

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *