Predator Seksual Memperkosa Dua Korban dalam 24 Jam

Posted on

Peringatan: Artikel ini mengandung deskripsi kekerasan seksual.

Zhenhao Zou, seorang pelaku kejahatan seksual, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dengan masa hukuman minimal 24 tahun karena memperkosa 10 perempuan – tiga di Inggris dan tujuh di Tiongkok – antara September 2019 dan Mei 2023. Kasus ini mengungkap kekejaman Zou dan menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan banyaknya korban lain yang belum melapor.

Investigasi polisi mengungkapkan sebuah pola mengerikan. Dua perempuan, yang diperkosa dalam kurun waktu 24 jam di bulan Oktober 2022, menjadi sorotan. Detektif awalnya mengira hanya satu korban, karena kemiripan dan kedekatan waktu kejadian. Sumber yang dekat dengan penyelidikan menggambarkan Zou sebagai sosok yang percaya diri, yakin akan lolos dari jerat hukum, sehingga berani melancarkan serangan berulang kali.

Salah satu korban, yang kita sebut Rachel, menceritakan kisahnya kepada BBC. Ia bertemu Zou untuk minum, kemudian diajak ke vila Zou di Desa Zhupingsha, Tiongkok. Zou menyuguhkan koktail wiski yang membuat Rachel sangat pusing hingga hampir tak berdaya. Setelah Rachel terbaring di lantai atas, Zou memperkosanya. Upaya Rachel untuk menghubungi temannya digagalkan Zou yang merebut ponselnya dan berbicara langsung dengan teman Rachel tersebut. Rachel baru diantar pulang keesokan harinya.

Rachel menunda pelaporan karena takut dan kurangnya bukti. Ironisnya, saat polisi Inggris menggeledah apartemen Zou di London, mereka menemukan butanediol, zat yang dapat diubah menjadi GHB (obat pemerkosa). Butanediol, meskipun dilarang di Inggris, mudah dibeli di Tiongkok dengan harga yang sangat murah.

Bukti digital juga menunjukkan Zou secara aktif mencari informasi daring tentang triazolam, obat penenang lain yang dilarang di Inggris. Pesan WeChat-nya mengungkapkan upaya Zou untuk mendapatkan obat tersebut dari koneksi di Tiongkok, jauh sebelum serangan-serangannya terjadi.

Korban kedua, yang disebut Perempuan D, diperkosa Zou beberapa jam setelah Rachel. Bukti video dari ponsel Zou menjadi kunci dakwaan terhadapnya. Perempuan D baru melapor ke polisi Inggris setelah persidangan Zou berakhir pada Maret 2025, setelah mengetahui hukuman yang dijatuhkan. Yang mengejutkan, polisi Inggris telah menghubungi seseorang yang diduga Rachel, beberapa bulan sebelum Rachel secara resmi melapor pada Maret 2025, menunjukkan betapa miripnya dua kasus tersebut.

Investigasi lebih lanjut mengungkap bahwa Zou, yang pernah kuliah di Queen’s University Belfast dan UCL London, juga meminta saran dari mantan teman sekolahnya di Tiongkok tentang cara merakit kamera mata-mata. Kamera ini kemudian ditemukan di apartemennya, berisi rekaman kejahatannya.

Inspektur Tariq Farooqi menyebut Zou sebagai salah satu pelaku kejahatan seksual paling berbahaya yang pernah ditangani Kepolisian Metropolitan. Skala kejahatannya, yang mencakup dua benua, menunjukkan betapa seriusnya ancaman yang ditimbulkan Zou. Polisi masih menyelidiki kasus ini dan meminta para korban untuk melapor. Kisah Rachel dan Perempuan D menjadi pengingat betapa pentingnya melaporkan kekerasan seksual dan betapa besar dampaknya bagi para korban.

Bantuan dan dukungan terkait kekerasan seksual tersedia di BBC Action Line.

Jika Anda memiliki informasi terkait cerita ini yang ingin dibagikan, silakan hubungi kami. Anda bisa berbicara dengan jurnalis BBC [email protected] dalam bahasa Mandarin atau Inggris – harap sertakan detail kontak jika Anda bersedia berbicara dengannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *