Fed Fund Rate Turun, Rupiah Menguat: Kabar Baik untuk Ekonomi RI

Posted on

caristyle.co.id – Untuk pertama kalinya di tahun ini, The Federal Reserve (The Fed) mengambil langkah berani dengan memangkas suku bunga acuannya. Keputusan ini, yang diumumkan menyusul melemahnya pasar tenaga kerja AS, memberikan sinyal kuat akan adanya penurunan suku bunga selanjutnya. Langkah ini diharapkan memberikan suntikan dukungan jangka pendek bagi mata uang negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Federal Open Market Committee (FOMC) menurunkan federal funds rate (FFR) sebesar 25 basis poin (bps), menjadi 4 hingga 4,25 persen. Langkah ini sejalan dengan prediksi para pelaku pasar di Wall Street. Lebih lanjut, mayoritas pimpinan The Fed memperkirakan setidaknya akan ada dua kali penurunan suku bunga tambahan, masing-masing sebesar 25 bps, sebelum akhir tahun.

Kebijakan yang lebih longgar ini mencerminkan kekhawatiran The Fed terhadap perlambatan pasar tenaga kerja Amerika Serikat. Kekhawatiran ini dinilai lebih mendesak dibandingkan potensi lonjakan inflasi akibat kebijakan tarif impor yang sebelumnya diterapkan oleh Presiden Donald Trump. Gubernur The Fed, Jerome Powell, menjelaskan dalam rapat FOMC pada Rabu (17/9) waktu setempat, seperti dikutip Financial Times, bahwa “Pasar tenaga kerja telah melemah. Kemungkinan terjadinya lonjakan inflasi yang berkepanjangan kini lebih kecil. Langkah ini merupakan pemangkasan suku bunga sebagai bagian dari manajemen risiko.”

Andry Asmoro, Chief Economist Bank Mandiri, menambahkan bahwa pemangkasan FFR ini merupakan yang pertama sejak Desember 2014. Ia menyatakan kepada Jawa Pos pada Kamis (18/9) bahwa sinyal dua kali penurunan suku bunga tambahan sebelum akhir tahun mencerminkan meningkatnya kekhawatiran terhadap kondisi ketenagakerjaan di AS. “Mencerminkan kekhawatiran yang meningkat terhadap kondisi ketenagakerjaan di AS,” tegas Asmoro.

Bank sentral AS juga mencatat moderasi aktivitas ekonomi, perlambatan pertumbuhan lapangan kerja, dan peningkatan inflasi, diiringi ketidakpastian yang tinggi terhadap prospek ekonomi dan peningkatan risiko penurunan di sektor ketenagakerjaan. Meskipun demikian, The Fed merevisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi AS pada 2025 menjadi 1,6 persen (dari 1,4 persen pada proyeksi Juni lalu). Untuk tahun 2026, suku bunga acuan diperkirakan akan turun lebih dalam dari proyeksi sebelumnya, meskipun inflasi diproyeksikan lebih tinggi. Asmoro melihat hal ini sebagai indikasi kemungkinan terjadinya soft landing dengan pertumbuhan berkelanjutan dan tren inflasi yang menurun.

Kekhawatiran akan inflasi akibat kebijakan perdagangan kini mereda, bergeser pada perlambatan ekonomi dan potensi peningkatan pengangguran. Gubernur Powell menekankan bahwa keputusan kebijakan moneter akan tetap bergantung pada data terbaru. Menariknya, indeks dolar AS (USD) terhadap mata uang negara maju (DXY) tetap stabil di level 96,8, menunjukkan bahwa pasar telah mengantisipasi pemangkasan FFR. Bursa saham AS sendiri menunjukkan kinerja yang beragam, dengan Dow Jones naik 0,5 persen dan S&P 500 turun tipis 0,1 persen.

Menurut Asmoro, pemangkasan suku bunga The Fed diharapkan memberikan dukungan jangka pendek bagi mata uang negara berkembang. Untuk Indonesia, ia memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.400-Rp 16.500 per USD. “Imbal hasil obligasi pemerintah juga berpotensi turun ke kisaran 6,25-6,35 persen, seiring dengan turunnya imbal hasil obligasi AS,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *