caristyle.co.id , JAKARTA – Pembukaan perdagangan hari ini di Bursa Efek Indonesia menunjukkan tren yang beragam, di mana Indeks Bisnis-27 harus menghadapi tekanan dan dibuka di zona merah. Meskipun demikian, optimisme masih terpancar dari kinerja beberapa saham konstituen terkemuka, seperti ASII, BRPT, PGAS, dan MYOR, yang berhasil menguat di tengah gejolak pasar.
Tepat pukul 09.05 WIB, data dari Bursa Efek Indonesia mencatat bahwa indeks yang merupakan hasil kolaborasi dengan harian Bisnis Indonesia ini mengalami penurunan sebesar 0,10%, bergerak ke level 523,71. Dinamika pasar pada awal perdagangan ini memperlihatkan pergerakan yang terbagi: sembilan saham konstituen berhasil mencatat penguatan, tujuh saham stagnan tanpa perubahan, sementara sebelas saham lainnya terperosok di zona merah.
Di antara deretan saham yang berhasil mencuri perhatian dengan penguatan, terdapat nama-nama besar seperti PT Astra International Tbk. (ASII) yang melonjak 2,16% mencapai Rp5.900, serta PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) dengan kenaikan 0,85% menjadi Rp3.540, dan saham PT Medikaloka Hermina Tbk yang turut menguat 0,60% ke Rp1.670. Performa positif juga ditunjukkan oleh PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) yang naik 0,44% ke Rp1.150, PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) menguat 0,50% ke Rp2.000, dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) yang naik 0,29% ke Rp1.720. Dari sektor pertambangan, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) membukukan kenaikan 0,43% ke Rp2.360, sementara PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA) tampil sebagai salah satu pendorong utama dengan lonjakan 2,87% ke Rp385. Sektor telekomunikasi juga menyumbang penguatan melalui PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang naik 0,32% ke Rp3.130, serta PT United Tractors Tbk. (UNTR) yang menguat tipis 0,19% mencapai Rp26.725.
Namun, tidak semua saham konstituen mampu menahan laju penurunan. Beberapa di antaranya harus rela memulai perdagangan di zona merah, termasuk PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) yang melemah 0,41% ke Rp1.215, dan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) yang terkoreksi 0,32% menjadi Rp3.160. Penurunan juga terlihat pada salah satu bank terbesar, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), yang turun 0,65% ke Rp7.650.
Secara kolektif, emiten-emiten perbankan besar di Indeks Bisnis-27 menunjukkan tren serupa dengan BBCA, kompak dibuka di zona merah. Tercatat PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) melemah 1,43% ke Rp4.130, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) turun 0,98% ke Rp4.030, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) terkoreksi 0,23% ke Rp4.350, dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) juga dibuka lebih rendah 1,12% ke Rp2.640.
Kinerja Indeks Bisnis-27 yang mayoritas merah ini tidak terlepas dari sentimen negatif yang masih membayangi pasar saham Indonesia secara keseluruhan. Pada perdagangan sebelumnya, Kamis (25/9/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ditutup melemah signifikan, yakni 1,06%, mengakhiri hari di level 8.040.
Tim riset dari Phintraco Sekuritas turut mengamati fenomena ini, mencatat bahwa dalam pelemahan IHSG kemarin, sektor basic materials menjadi yang paling terpukul, sedangkan saham-saham di sektor non-cyclical justru berhasil membukukan penguatan terbesar. Lebih lanjut, riset Phintraco yang diterbitkan Jumat (26/9/2025) mengungkapkan bahwa sentimen negatif di pasar dipicu oleh aksi profit taking yang berkelanjutan dan terus melemahnya nilai tukar rupiah. Selain itu, ketidakpastian mengenai kebijakan penurunan suku bunga oleh The Fed di masa mendatang semakin memperkeruh suasana, menambah faktor-faktor negatif yang membebani pasar.
Dari perspektif analisis teknikal, Phintraco Sekuritas mengindikasikan bahwa indikator Stochastic RSI telah membentuk death cross di area overbought, disertai pelemahan histogram positif pada MACD dan dominasi volume jual. Situasi ini diperparah dengan IHSG yang telah menembus level di bawah MA5 di kisaran 8.074. Berdasarkan analisa mendalam tersebut, diperkirakan bahwa IHSG pada perdagangan Jumat (29/6/2025) memiliki potensi untuk melanjutkan koreksi, dengan target pengujian level support krusial di rentang 7.980-8.000.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.