Bjorka Manado Geram! Pacar Wahyu Sebut Adiknya Yatim Piatu?

Posted on

MANADO, caristyle.co.id – Keluarga Wahyu Firmansyah Taha (23) mengungkapkan kekesalan mendalam terhadap kekasih Wahyu. Frustrasi ini muncul setelah sang kekasih, dalam keterangannya kepada polisi, menyebut Wahyu Firmansyah Taha sebagai anak yatim piatu. Meskipun secara faktual Wahyu memang sudah tidak memiliki orang tua, adik-adik dan sanak saudaranya menegaskan bahwa Wahyu masih memiliki ikatan keluarga yang kuat di Manado, Sulawesi Utara.

Wahyu Firmansyah Taha adalah warga Manado yang ditangkap aparat kepolisian atas dugaan sebagai hacker di balik akun X Bjorka dengan nama pengguna @bjorkanesiaaa. Penangkapan dilakukan oleh jajaran Subdit IV Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya pada Selasa, 23 September 2025. Bjorka Manado ini mengklaim telah berhasil membobol 4,9 juta data nasabah salah satu bank swasta di Indonesia. Klaim peretasan data ini diduga hendak WFT manfaatkan untuk memeras, namun aksi tersebut belum sempat terlaksana karena pihak bank telah lebih dulu melaporkan insiden ini kepada polisi.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, Wahyu diketahui telah aktif di media sosial dan mengaku sebagai Bjorka sejak tahun 2020. Penangkapan Wahyu Firmansyah Taha sontak memicu amarah dan kekecewaan di kalangan keluarganya di Kampung Komo Dalam, Lingkungan 5 Kelurahan Lawangirung, Kecamatan Wenang, Kota Manado. Mereka merasa diabaikan karena tidak menerima kabar langsung dari polisi mengenai penangkapan tersebut. Ada Nesa Taha (adik Wahyu), serta paman dan tantenya, Idris Taha, Risna Taha, dan Ririn Taha, yang merasa terpukul.

Keluarga Wahyu hanya mendapatkan informasi melalui telepon dari keluarga sang kekasih. Merespons kabar tersebut, Idris dan Nesa Taha sempat bergegas menuju Kakas pada Rabu, 24 September 2025, dengan harapan dapat menjenguk Wahyu. “Dia kan ditangkap (Selasa) malam, kemudian katanya sempat menginap di hotel di Kakas. Pas dicek tidak ada,” jelas Idris saat ditemui pada Jumat, 3 Oktober 2025. Gagal menemukan Wahyu di hotel, Idris dan Nesa kemudian mendatangi Polsek Kakas, namun pihak kepolisian di sana hanya mengarahkan mereka untuk mengecek ke Polda Sulut. Karena terus-menerus menemui jalan buntu, sang adik sempat meluapkan emosinya di Polsek Kakas. “Dia sempat mengamuk karena ini adiknya sendiri, tapi tidak bisa bertemu,” tambah Idris.

Hingga kini, keluarga Wahyu Firmansyah Taha mengaku masih kesulitan mendapatkan informasi yang jelas dan transparan. Mereka hanya diberikan kontak polisi dari Polda Metro Jaya untuk memantau perkembangan kasus, namun upaya menghubungi nomor tersebut tidak membuahkan hasil. “Itupun sudah saya hubungi tidak ada balasan apapun sampai sekarang. Sudah beberapa kali saya hubungi,” keluh Idris. Keluarga terakhir kali hanya diminta untuk datang langsung ke Jakarta, sebuah permintaan yang mustahil dipenuhi. “Tapi kami tidak ada yang punya uang, kami hanya berjualan di sini. Cuma lihat dari televisi kabarnya,” tambahnya. Selain keterbatasan finansial, mereka juga tidak memiliki kerabat atau teman di Jakarta untuk membantu memantau kondisi Wahyu, menambah kekhawatiran mereka.

Keluarga juga mengungkapkan kejengkelan yang mendalam karena pihak kekasih Wahyu tidak menyampaikan kepada polisi bahwa Wahyu masih memiliki keluarga di Manado. Saat penangkapan, mereka hanya menginfokan bahwa Wahyu sudah yatim piatu. “Mereka cuma bilang sudah yatim piatu, padahal masih ada keluarga di sini. Otomatis mereka (polisi) langsung bawa ke Jakarta karena tahunya tidak punya siapa-siapa,” kata Risna sambil menahan tangis, menggarisbawahi dampak fatal dari informasi yang tidak lengkap itu.

Mengejutkan, di balik citra sebagai hacker, Bjorka Manado ternyata bukanlah lulusan teknik atau pendidikan di bidang teknologi informasi. Jurusan yang ia tekuni justru jauh dari dunia digital. Wahyu hanya sempat menempuh pendidikan di SMK, namun tidak sampai lulus, dan jurusannya adalah boga. Boga sendiri merujuk pada seni mengolah makanan dan minuman, sebuah bidang yang diajarkan dalam program keahlian tata boga di sekolah kejuruan, seringkali berkaitan dengan usaha katering atau kuliner.

Fakta lain yang mencuat adalah penangkapan hacker Bjorka ini tidak diketahui oleh keluarganya, bahkan sempat memicu amukan sang adik di Polsek Kakas. Polsek Kakas, sebuah kantor polisi di Kecamatan Kakas, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, menjadi saksi bisu kekesalan keluarga. Wahyu sendiri ditangkap di rumah kekasihnya di Desa Totolan, Kecamatan Kakas Barat, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, pada Selasa, 23 September 2025.

Terlepas dari reputasinya sebagai peretas yang ditakuti, Wahyu memiliki sisi kemanusiaan yang menonjol. Ia menjalin hubungan asmara yang serius dengan seorang wanita di Desa Totolan, Kecamatan Kakas Barat, Kabupaten Minahasa, bahkan sampai tinggal mengikuti sang kekasih. “Ia memang sudah lama tidak tinggal di sini. Dia punya seorang kekasih di Totolan,” ujar seorang tetangga di Kelurahan Lawangirung. Ayah dari kekasih Wahyu mengungkapkan bahwa Wahyu selama ini dikenal sebagai sosok yang penuh kasih dan perhatian. “Ia suka membantu kami. Kami tidak menyangka dia adalah Bjorka yang sedang diburu polisi,” ujarnya, menambahkan bahwa Wahyu memperkenalkan dirinya hanya sebagai tukang servis ponsel. Karena kebaikan hatinya, keluarga kekasihnya bahkan berharap bisa bertemu lagi dengannya.

Wakil Direktur Siber Direktorat Siber Polda Metro Jaya, AKBP Fian Yunus, mengungkapkan bahwa uang hasil kejahatan Wahyu digunakan untuk membantu keluarga dekatnya. “Dia menghidupi keluarganya,” ujarnya. Wahyu alias Bjorka, sang hacker yang sempat mengguncang dunia maya Indonesia dengan meretas data nasabah dan meraup keuntungan hingga US$9.000, akhirnya berhasil dibekuk oleh tim Resmob Polda Sulawesi Utara di Minahasa. Namun, terlepas dari penghasilan besar yang diklaimnya, Wahyu tinggal di sebuah rumah sederhana di Kelurahan Lawangirung. Rumahnya yang kecil, hanya sekitar empat meter lebarnya, dengan dinding biru kusam dan jendela kaca nako, memperlihatkan kehidupan yang jauh dari kemewahan. Sebuah handuk tampak tergantung di salah satu sisinya.

Saat tim Tribun Manado mengunjungi rumah itu pada Jumat, 3 Oktober 2025, terlihat jelas kondisi isi rumah yang padat; meja, kursi, lemari, dan berbagai peralatan rumah tangga bertumpuk di ruang sempit. Seorang warga sekitar menyebutkan bahwa Wahyu tidak pernah merenovasi rumah tersebut, meskipun diketahui memiliki banyak uang. “Tak pernah direhab. Dia tidur beralaskan kain di lantai,” ujar warga yang enggan disebutkan namanya. Rumah tersebut juga ditinggali adik Wahyu yang diketahui bekerja. Lurah Lawangirung, Djumiati Gue, bersama Anita Thalib, Lurah Lingkungan 5, turut meninjau lokasi setelah kabar penangkapan Wahyu mencuat. Penelusuran tim Tribun Manado memastikan bahwa Wahyu adalah warga asli Kelurahan Lawangirung, yang dikenal akrab oleh warga sekitar dengan panggilan “Api.” “Kami di sini sering memanggilnya Api,” kata seorang tetangga. Saat diperlihatkan foto dan video penangkapan Wahyu, warga langsung mengenalinya. “Ini sudah heboh sejak kemarin,” ucap mereka. (Isv/Art/Ind)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *