Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, ambruk pada Senin (29/9) sore, memicu desakan publik agar insiden tragis ini diusut secara pidana. Menanggapi seruan tersebut, Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad angkat bicara, menyatakan bahwa proses hukum sepenuhnya merupakan kewenangan kepolisian. Namun, ia juga sangat menekankan pentingnya langkah mitigasi guna mencegah terulangnya kejadian serupa di masa mendatang.
Dalam keterangannya kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, pada Kamis (9/10), Dasco menegaskan, “Kalau soal ranah hukum kan itu urusan polisi.” Lebih dari sekadar penegakan hukum, ia menyoroti urgensi tindakan preventif. “Tapi yang penting kita memitigasi bagaimana pesantren yang ada tidak ada terjadi lagi seperti itu,” sambungnya, menggarisbawahi pentingnya upaya komprehensif untuk menjamin keselamatan.
Dasco mendorong pemerintah untuk meningkatkan pengawasan terhadap kondisi bangunan pesantren yang sudah lama berdiri. Ia menilai bahwa kondisi fisik bangunan yang menua harus mendapat perhatian serius agar tidak membahayakan para santri yang beraktivitas di dalamnya. “Pada intinya DPR RI akan mendorong juga pemerintah untuk memperhatikan bangunan-bangunan pesantren yang sudah lama dan tua untuk supaya dapat dibantu untuk antisipasi terjadi lagi hal-hal seperti yang kemarin terjadi,” ujarnya, menyerukan bantuan untuk perbaikan atau renovasi.
Insiden ambruknya Ponpes Al-Khoziny ini terjadi sekitar pukul 15.00 WIB, tepat saat para santri sedang melaksanakan salat Ashar. Kejadian nahas ini sontak menimbulkan keprihatinan mendalam atas keselamatan fasilitas pendidikan keagamaan.
Pihak kepolisian menduga kuat bahwa penyebab ambruknya bangunan pesantren ini adalah kegagalan konstruksi. Untuk menguak penyebab pasti, Polda Jawa Timur dengan sigap telah membentuk tim khusus yang bertugas melakukan penyelidikan mendalam atas insiden ini.
Setelah serangkaian upaya pencarian dan evakuasi, operasi di lokasi dinyatakan berakhir pada Selasa (7/10). Menurut data terbaru dari Badan SAR Nasional (Basarnas) hingga Senin malam, total 171 orang telah dievakuasi. Dari jumlah tersebut, 104 orang berhasil dinyatakan selamat, namun tragedi ini juga merenggut nyawa 67 orang, termasuk ditemukannya 8 potongan tubuh di reruntuhan bangunan.