Jakarta Membara: Potret Warga Bertahan di Tengah Cuaca Panas Ekstrem

Posted on

Pada Kamis (16/10), cuaca panas terik menyelimuti kawasan Halte Tosari, Jakarta, memengaruhi aktivitas sehari-hari warga. Terlihat jelas bagaimana warga berupaya keras melindungi diri dari sengatan panas yang intens, dengan berbagai cara mulai dari membuka lebar payung, mengenakan topi, hingga memakai jaket tebal sebagai tameng dari paparan langsung matahari. Pemandangan ini menjadi cerminan nyata dari dampak peningkatan suhu di ibu kota.

Kondisi panas ekstrem ini, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), bukan hanya terjadi di Jakarta. BMKG telah mengkonfirmasi bahwa cuaca panas dengan suhu maksimum mencapai 37,6 derajat Celsius telah melanda sejumlah wilayah di Indonesia dalam beberapa hari terakhir. Fenomena alam ini dijelaskan sebagai kombinasi dari gerak semu matahari dan pengaruh kuat angin Monsun Australia. Prediksi terkini dari BMKG menunjukkan bahwa situasi panas yang memicu ketidaknyamanan ini diperkirakan masih akan berlanjut hingga akhir Oktober atau awal November 2025.

Meski demikian, di tengah keluhan akan panas menyengat yang dirasakan warga, Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, pada Rabu (15/10), memberikan pernyataan mengenai suhu di Jakarta. Berdasarkan data yang diterima dari BMKG, ia menyebutkan bahwa suhu di ibu kota secara resmi masih terpantau normal. Sensasi panas menyengat yang dialami masyarakat, menurutnya, lebih banyak disebabkan oleh faktor kelembapan udara yang tinggi serta kondisi lokal spesifik. “Jadi Jakarta sampai hari ini tidak seperti yang dilaporkan akan mengalami udara panas, karena udara di Jakarta sekarang ini terpantau masih normal,” ujar Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menegaskan kepada awak media di Balai Kota DKI Jakarta.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *