Kebijakan Bank Indonesia (BI) yang telah menurunkan suku bunga acuan atau BI rate sebanyak enam kali sepanjang tahun ini, kini berada di level 4,75%, menjadi sorotan utama bagi lembaga pengelola dana pensiun. Penurunan suku bunga ini dipandang memiliki implikasi langsung terhadap hasil investasi dana pensiun, memicu penyesuaian strategi di sektor ini.
Salah satu entitas yang merasakan dampak ini adalah Dana Pensiun BCA (Dapen BCA). Direktur Utama Dapen BCA, Budi Sutrisno, menjelaskan bahwa pemangkasan suku bunga acuan ini memberikan efek langsung pada instrumen pendapatan tetap dan alokasi likuiditas mereka. Secara spesifik, portofolio obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN) yang sudah dimiliki Dapen BCA justru mengalami kenaikan harga pasar akibat penurunan suku bunga.
Dampak positifnya, fenomena ini berpotensi memberikan tambahan keuntungan dari sisi capital gain untuk aset yang telah ada. Kendati demikian, Budi menambahkan bahwa untuk pembelian obligasi atau SBN baru, tingkat kupon yang ditawarkan kini cenderung lebih rendah. Hal serupa juga terjadi pada instrumen deposito, di mana penurunan suku bunga acuan turut menyeret turun suku bunga deposito perbankan, mengakibatkan imbal hasil untuk penempatan dana baru menjadi lebih kecil.
Meski dihadapkan pada tantangan tersebut, Dapen BCA menunjukkan kinerja yang memuaskan. Per kuartal III-2025, Dapen BCA berhasil mencatatkan perolehan Return on Investment (ROI) sebesar 6,79%. Angka ini merupakan peningkatan sebesar 4,93% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, didorong oleh penguatan pasar obligasi dan SBN, sejalan dengan efek penurunan suku bunga acuan BI yang menaikkan harga surat berharga.
Di lain pihak, Dana Pensiun PT Bank Tabungan Negara (BTN), sebagai penyelenggara Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP), juga merasakan dampak positif dari pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia terhadap valuasi portofolio obligasi, terutama melalui kenaikan capital gain. Namun, entitas ini juga menyadari adanya risiko re-investasi yang menyertainya. Direktur Investasi Dapen BTN, Adi Santoso Budidarma, menjelaskan bahwa pihaknya merespons dinamika pasar ini dengan pendekatan taktis yang konsisten dengan Strategic Asset Allocation (SAA) yang telah ditetapkan.
Pendekatan strategis ini memastikan bahwa keseimbangan antara potensi return, tingkat risiko yang terkendali, dan kemampuan pemenuhan kewajiban Dana Pensiun BTN tetap terjaga dengan optimal di tengah fluktuasi pasar.
Dari sudut pandang industri yang lebih luas, Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) mengkonfirmasi bahwa penurunan suku bunga BI memang berdampak signifikan pada instrumen investasi di pasar uang. Dampak ini sangat terasa, khususnya bagi aset Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK), mengingat sekitar 65% dari portofolio mereka sebagian besar tertanam dalam instrumen pendapatan tetap (fixed income).
Meskipun demikian, Staf Ahli ADPI, Bambang Sri Mulyadi, tetap optimistis. Ia memproyeksikan bahwa hasil investasi dana pensiun pada kuartal IV-2025 masih berpotensi untuk menunjukkan pertumbuhan yang positif, menandakan ketahanan sektor ini menghadapi dinamika ekonomi.