Meskipun demikian, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Tasrul, menyoroti bahwa IHSG masih berada dalam fase konsolidasi. Menurut prediksinya, pergerakan indeks pada Senin (20/10/2025) ini akan berfluktuasi dalam rentang 7.873 hingga 8.053, mengindikasikan bahwa pasar sedang mencari arah yang lebih jelas.
Sebelumnya, pada penutupan perdagangan 17 Oktober 2025, IHSG tercatat melemah 2,57% ke level 7.915,66. Pergerakan hari itu berada dalam kisaran 8.140,60 hingga 7.854,31. Indeks tampak kesulitan menembus Resistance 1 di 8.012 (+1,21%) dan Resistance 2 di 8.053 (+1,74%), yang kemudian diikuti koreksi menguji Support 2 di 7.873 (-0,53%). Level ini menjadi titik krusial yang perlu diperhatikan oleh investor. Volume perdagangan mencapai 388.902.870 saham, jauh melampaui rata-rata 264.094.790, mengindikasikan tekanan jual yang besar di pasar.
Tasrul menegaskan, selama IHSG belum mampu bertahan di atas level psikologis 8.000, risiko pelemahan jangka menengah masih akan mendominasi. Dari sisi momentum, indikator MACD berada di -19.02 berbanding Signal -7.02, menunjukkan tren negatif yang kuat. Sementara itu, RSI 36.30, MFI 37.08, W%R -62.30, dan CMO -27.40 mulai mendekati area oversold. Kondisi ini mencerminkan tekanan jual yang intens, namun sekaligus membuka potensi rebound jika volume penjualan mulai mereda. Z-Score 1.67 menunjukkan volatilitas masih sedikit di atas rata-rata dengan kecenderungan pelemahan moderat.
Dalam jangka menengah (periode 138), IHSG menunjukkan pola naik dengan r-squared 0.905 dan Slope 14.25, namun mulai kehilangan momentumnya. Indikator PVR 1.00 dan VVR 1.00 menandakan belum adanya divergensi volume yang signifikan. Zona kunci yang perlu dicermati adalah Support 1 di 7.922 (-0,08%) dan Support 2 di 7.873 (-0,53%). Apabila IHSG mampu bertahan di area ini, peluang rebound menuju 8.012–8.053 cukup terbuka. Namun, jika level tersebut ditembus ke bawah, investor perlu mewaspadai risiko koreksi lebih dalam menuju 7.750–7.700.
Selain memberikan pandangan teknikal untuk IHSG, Analis Tasrul juga membagikan rekomendasi teknikalnya untuk beberapa saham pilihan. Berikut adalah ulasan rincinya:
1. PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA)
Saham CDIA mengakhiri perdagangan 17 Oktober 2025 dengan pelemahan signifikan, ditutup di level 1.780, turun 8,72%. Pergerakan harga berkisar antara 1.955 hingga 1.750, menembus batas bawah kanal uptrend jangka pendeknya. Volume perdagangan mencapai 492.211.500 saham, sedikit di bawah rata-rata 502.016.625, mengindikasikan bahwa distribusi masih dominan. Harga saham CDIA kini berada di bawah Support 1 di 1.755 (-1,40%) dan mendekati Support 2 di 1.685 (-5,34%), yang berfungsi sebagai level cut loss penting. Sementara itu, Resistance 1 di 1.870 (+5,06%) dan Resistance 2 di 1.910 (+7,30%) menjadi batas atas untuk potensi pergerakan korektif.
Secara teknikal, tren selama 30 hari terakhir menunjukkan pelemahan, dengan r-squared 0.707 dan Correlation 0.788. Beta 1.604 menunjukkan volatilitas yang tinggi, sementara Z-Score 1.05 mengindikasikan tekanan moderat. Slope 26.77 menunjukkan momentum naik yang mulai meredup. Rasio PVR 6.60 dan VVR 3.82 semakin memperkuat sinyal tekanan jual yang dominan di pasar CDIA.
Dari sisi momentum, indikator seperti MACD 57.11 vs Signal 35.53, MFI 0.81, RSI 0.33, W%R -85.71, dan CMO -99.34 semuanya menunjukkan kondisi oversold yang ekstrem. Aktivitas investor asing juga negatif, dengan rata-rata pembelian asing (Average Foreign Buy) di 37.141.087 jauh di bawah rata-rata penjualan asing (Average Foreign Sell) di 81.688.560, menandakan tekanan jual dari investor asing yang masih kuat. Selama harga CDIA belum berhasil menembus level 1.870, arah jangka pendek cenderung melemah menuju 1.685.
Pada awal perdagangan Senin (20/10/2025), saham CDIA dibuka di level Rp 1.820 per saham.
Support : Rp 1.685 – Rp 1.755
Resistance : Rp 1.870 – Rp 1.910
Rekomendasi : Trading Buy
2. PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA)
Saham TOBA juga mencatat pelemahan signifikan pada 17 Oktober 2025, ditutup di level 1.095 atau turun 8,37%. Pergerakannya sepanjang hari berkisar antara 1.205 hingga 1.045, menembus di bawah kanal uptrend jangka menengahnya. Volume perdagangan mencapai 152.638.700 saham, sedikit di atas rata-rata 147.722.455, menegaskan dominannya tekanan jual. Selama harga TOBA belum mampu menembus Resistance 1 di 1.150 (+5,02%) dan Resistance 2 di 1.185 (+8,22%), tren pelemahan diperkirakan akan berlanjut. Support 1 di 1.085 (-0,91%) dan Support 2 di 1.055 (-3,65%) menjadi area pantauan utama sekaligus level cut loss.
Meskipun tren jangka menengah (periode 141) masih positif, ia mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan. Dengan r-squared 0.916 dan Correlation 0.904, tren ini tetap kuat, namun Beta 1.630 mengindikasikan volatilitas yang tinggi. Z-Score 1.73 dan Slope 8.80 menunjukkan momentum naik yang mulai melandai. Lebih lanjut, PVR 4.84 dan VVR 7.24 menegaskan bahwa tekanan jual lebih dominan dibandingkan aktivitas akumulasi.
Momentum teknikal TOBA masih berada di area negatif, ditunjukkan oleh MACD -25.87 berbanding Signal -10.47. Indikator MFI 35.53, RSI 25.40, W%R -74.02, dan CMO -49.19 menunjukkan kondisi oversold. Meskipun demikian, kondisi ini membuka potensi rebound teknikal terbatas. Aktivitas investor asing relatif seimbang, dengan rata-rata pembelian asing 14.926.740 dan rata-rata penjualan asing 11.524.648. Peluang pantulan harga dapat muncul jika TOBA mampu bertahan di atas 1.085, namun penembusan di bawah 1.055 berisiko memperdalam koreksi.
Pada awal perdagangan Senin (15/10/2025), saham TOBA dibuka di level Rp 1.115 per saham.
Support : Rp 1.050 – Rp 1.085
Resistance : Rp 1.150 – Rp 1.185
Rekomendasi : Trading Buy
3. PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU)
Saham RATU mengalami pelemahan terparah pada 17 Oktober 2025, ditutup di level 7.600 dengan penurunan drastis sebesar 13,79%. Pergerakan hari itu berada dalam kisaran 8.800 hingga 7.525, menandakan penembusan batas bawah kanal uptrend jangka pendeknya. Volume perdagangan mencapai 56.336.100 saham, jauh di atas rata-rata 32.252.420, mengindikasikan tekanan distribusi yang sangat kuat. Selama harga RATU belum berhasil menembus Resistance 1 di 8.250 (+8,55%) dan Resistance 2 di 8.525 (+12,17%), tren pelemahan diperkirakan akan terus berlanjut. Level Support 1 di 7.725 (-1,64%) dan Support 2 di 7.475 (-1,64%) menjadi area pertahanan krusial sekaligus level cut loss.
Tren RATU selama 30 hari terakhir menunjukkan pelemahan yang nyata, dengan r-squared 0.678 dan Correlation 0.657. Beta 1.957 mengindikasikan volatilitas harga yang sangat tinggi. Z-Score 0.99 mendekati rata-rata, sementara Slope 138.55 menandakan momentum naik yang mulai kehilangan tenaganya. Rasio PVR 7.29 dan VVR 21.07 secara jelas menegaskan dominasi tekanan jual yang jauh lebih kuat dibandingkan akumulasi di saham ini.
Dari sisi momentum teknikal, RATU menunjukkan kondisi yang sangat negatif. MACD 2.08 vs Signal 103.71, RSI 29.66, MFI 8.74, W%R -82.97, dan CMO -82.53 semuanya berada di area oversold ekstrem. Ini mengisyaratkan bahwa tekanan jual sudah mencapai puncaknya. Aktivitas investor asing juga cenderung lemah, dengan rata-rata pembelian asing 2.239.132 yang lebih rendah dari rata-rata penjualan asing 1.266.650, meskipun perbandingannya tidak terlalu mencolok seperti saham lainnya. Potensi rebound terbatas mungkin muncul jika RATU mampu bertahan di atas 7.725. Namun, jika level 7.475 ditembus ke bawah, investor harus bersiap untuk koreksi lebih dalam menuju 7.200–7.000.
Pada awal perdagangan Senin (20/10/2025), saham RATU dibuka di level Rp 7.675 per saham.
Support : Rp 7.475 – Rp 7.725
Resistance : Rp 8.250 – Rp 8.525
Rekomendasi : Trading Buy