caristyle.co.id NEW YORK. Wall Street mengawali pekan perdagangan Senin (3/10/2025) dengan sentimen positif, di mana indeks-indeks utama membukukan kenaikan signifikan didorong oleh berbagai faktor pendorong pasar, termasuk euforia seputar belanja teknologi kecerdasan buatan (AI) yang masif.
Melansir Reuters, pada pembukaan perdagangan, Indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 134,5 poin atau 0,28% ke level 47.697,33. Tak ketinggalan, Indeks S&P 500 juga menguat 42,1 poin atau 0,62% mencapai 6.882,32, diikuti oleh Nasdaq Composite yang meroket 227,0 poin atau 0,96% ke posisi 23.951,911.
Penguatan ini melanjutkan tren positif yang telah berlangsung sebelumnya, di mana Indeks S&P 500 berhasil membukukan kenaikan bulanan keenam berturut-turut pada Oktober, sebuah rekor terpanjang dalam empat tahun terakhir. Sementara itu, Nasdaq yang kaya akan saham teknologi mencatat reli terpanjang sejak Januari 2018. Momentum positif ini sebagian besar disokong oleh laporan pendapatan dari seluruh perusahaan yang tergabung dalam “Magnificent Seven,” yang secara konsisten menunjukkan lonjakan signifikan dalam belanja teknologi kecerdasan buatan (AI) mereka.
Wall Street Menguat Ditopang Laba Amazon, Tapi Kekhawatiran Suku Bunga Redam Euforia
Para investor kini menanti petunjuk lebih lanjut mengenai prospek permintaan AI, terutama dengan akan dirilisnya laporan kinerja keuangan dari raksasa semikonduktor seperti Advanced Micro Devices dan Qualcomm pada minggu ini. Terkait sektor ini, Presiden AS Donald Trump baru-baru ini menegaskan bahwa cip tercanggih dari pemimpin AI, Nvidia, akan secara eksklusif dipasok untuk perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat, bukan ke China atau negara lain. Pernyataan ini sontak mendorong kenaikan saham Nvidia sebesar 1,6% dalam perdagangan pre-market.
Meskipun demikian, ketegangan geopolitik tetap menjadi perhatian. Pekan lalu, Presiden Trump dan Presiden China Xi Jinping memang telah mencapai kesepakatan untuk meredakan tensi, termasuk menunda pemberlakuan tarif timbal balik selama satu tahun. Namun, perjanjian tersebut tampaknya belum cukup untuk menjembatani jurang perbedaan yang kian melebar di antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia itu.
Selain dinamika korporasi dan geopolitik, perhatian utama para investor minggu ini juga akan beralih ke rilis data ekonomi sektor swasta sebagai indikator kesehatan ekonomi secara keseluruhan. Situasi ini diperparah dengan penutupan pemerintahan AS yang telah berlangsung sebagai yang terlama kedua dalam sejarah, menimbulkan “kabut data” dan menambah ketidakpastian dalam perumusan kebijakan moneter.
Oleh karena itu, data penggajian swasta ADP yang akan dirilis pada hari Rabu akan menjadi sorotan tajam, guna mencari sinyal-sinyal vital mengenai kondisi pasar tenaga kerja. Hal ini menjadi semakin krusial setelah Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell pekan lalu secara efektif meredam ekspektasi investor akan kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan Desember.
Wall Street Menguat, Terangkat Proyeksi Kinerja Apple dan Amazon yang Optimistis
Beberapa pejabat The Fed sendiri telah menyuarakan ketidaknyamanan mereka terhadap prospek pemangkasan suku bunga oleh bank sentral pekan lalu. Kendati demikian, Gubernur The Fed Christopher Waller sempat mengusulkan pelonggaran kebijakan lebih lanjut untuk mendukung pasar tenaga kerja yang menunjukkan tanda-tanda melemah. Akibatnya, para pedagang kini mengestimasi peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember hanya sekitar 69%, sebuah angka yang jauh lebih rendah dibanding perkiraan 90% pada seminggu sebelumnya, berdasarkan data dari perangkat FedWatch CME Group.
Di sisi lain, Mahkamah Agung AS dijadwalkan akan menggelar sidang penting pada hari Rabu terkait legalitas tarif yang diberlakukan oleh mantan Presiden Trump. Sidang ini menyusul keputusan pengadilan yang lebih rendah yang menyatakan bahwa pemerintah telah melampaui wewenangnya dalam memungut tarif berdasarkan undang-undang keadaan darurat. Sementara itu, di ranah korporasi, saham Kelas B Berkshire Hathaway menunjukkan penguatan 1,4% sebelum bel perdagangan, menyusul laporan laba kuartal ketiga yang solid dari konglomerat yang dipimpin Warren Buffett tersebut.

				
							

