Demi Raih Suntikan Modal, Garuda Indonesia (GIAA) Rilis Saham Baru Rp 23,67 Triliun

Posted on

JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), maskapai penerbangan nasional, mengambil langkah strategis besar untuk menyehatkan kembali kondisi keuangannya melalui rencana Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau private placement. Inisiatif ini merupakan bagian integral dari restrukturisasi perusahaan yang bertujuan untuk memperkuat fondasi bisnis dan memastikan keberlangsungan operasional jangka panjang.

Dalam langkah krusial ini, GIAA berencana menerbitkan 315,61 miliar saham seri D dengan nilai nominal Rp 75 per saham. Penerbitan saham baru ini diharapkan mampu menjadi katalisator bagi perbaikan nilai ekuitas, peningkatan likuiditas, penguatan struktur permodalan, serta penurunan liabilitas. Pada akhirnya, upaya ini akan memperbaiki secara signifikan kondisi keuangan perseroan untuk menopang keberlanjutan usahanya.

Kondisi keuangan GIAA memang menunjukkan kebutuhan mendesak akan intervensi. Per 30 Juni 2025, perseroan tercatat memiliki modal kerja bersih negatif sebesar US$ 1,49 miliar. Selain itu, total liabilitas mencapai US$ 8,01 miliar berbanding dengan total aset sebesar US$ 6,51 miliar, menghasilkan rasio liabilitas terhadap aset yang cukup tinggi, yakni 123%. Data ini menggarisbawahi urgensi penambahan modal untuk menyeimbangkan kembali neraca perusahaan.

Melalui PMTHMETD ini, Garuda Indonesia diperkirakan akan menghimpun dana segar sebesar Rp 23,67 triliun. Dana tersebut akan bersumber dari dua pilar utama: suntikan modal tunai sebesar Rp 17,02 triliun dan konversi pinjaman pemegang saham yang mencapai Rp 6,65 triliun. Kombinasi ini merefleksikan dukungan kuat dari pemegang saham untuk pemulihan perusahaan.

Dana hasil PMTHMETD ini akan dialokasikan secara cermat untuk berbagai kebutuhan vital. Sekitar 37% dari total dana akan digunakan untuk modal kerja dan operasional Garuda Indonesia, khususnya dalam membiayai biaya perawatan dan perbaikan pesawat. Dari alokasi ini, US$ 111,34 juta berasal dari shareholder loan (SHL), sementara Rp 6,88 triliun dari penambahan modal tunai akan dialokasikan untuk pesawat tertentu yang jatuh tempo perawatannya pada periode 2025/2026.

Mayoritas dana, yakni 63%, akan disalurkan untuk peningkatan modal kepada anak usaha, Citilink. Peningkatan modal ini akan dilakukan melalui konversi pinjaman pemegang saham menjadi modal serta setoran modal tunai, dan direncanakan rampung pada Desember 2025. Fokus restrukturisasi pada Citilink sangat penting guna menghindari dampak risiko strategis dan dampak sosial terhadap masyarakat. Citilink sendiri akan menggunakan dana tersebut, di antaranya, 47% untuk pembiayaan modal kerja dan operasional seperti biaya perawatan dan perbaikan pesawat, serta 16% untuk melunasi utang pokok pembelian bahan bakar pesawat kepada Pertamina senilai US$ 225 juta.

Pelaksanaan PMTHMETD ini akan difasilitasi oleh PT Danantara Aset Manajemen (DAM), sebuah pihak terafiliasi. Keterlibatan DAM sebagai pemegang saham utama menjadi krusial mengingat kondisi keuangan GIAA yang membutuhkan dukungan segera untuk menjaga keberlangsungan bisnisnya. DAM akan menyetorkan modal secara tunai sebesar Rp 17,02 triliun ke Garuda Indonesia sebagai bagian dari pengambilan saham baru yang diterbitkan. Selain itu, bagian dari total dana PMTHMETD, sebesar Rp 6,65 triliun, akan digunakan untuk menyelesaikan utang anak usaha Citilink kepada DAM. Pinjaman senilai US$ 405 juta ini sejatinya telah ditandatangani sejak 24 Juni 2025, dan kini akan dikonversi menjadi saham.

Manajemen GIAA dalam prospektus ringkasnya menjelaskan bahwa Garuda Indonesia dan DAM telah mencapai kesepakatan untuk mengkonversi seluruh shareholder loan (SHL) yang telah dicairkan menjadi saham baru melalui mekanisme PMTHMETD. Kesepakatan ini tertuang dalam surat DAM No. SR.022/DI-DAM/MDR/2025 tanggal 29 Oktober 2025. Harga wajar saham yang akan diterbitkan dalam pelaksanaan ini akan ditetapkan sebesar Rp 75 per saham, sesuai ketentuan kewajaran yang akan disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Rencana ini masih menantikan restu dari para pemegang saham pada 12 November mendatang. Terakhir, pada Jumat (7/11), harga saham GIAA tercatat berada di posisi Rp 110 per saham.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *