
JAKARTA – PT Waskita Karya Tbk (WSKT) secara ambisius menargetkan penyelesaian proyek Light Rail Transit (LRT) Jakarta Fase 1B Velodrome-Manggarai pada Agustus 2026. Proyek infrastruktur transportasi publik senilai Rp 4,1 triliun ini merupakan salah satu inisiatif krusial perseroan, membentang sepanjang 6,4 kilometer dari total 46,8 kilometer jaringan LRT Jakarta.
Sebagai kontraktor utama, penunjukan Waskita Karya oleh PT Jakarta Propertindo melalui proses tender menjadikan proyek LRT Jakarta Fase 1B ini sebagai salah satu dari 65 proyek yang sedang berjalan (on going) sepanjang Januari hingga September 2025. Direktur Utama Waskita Karya, Muhammad Hanugroho, menegaskan komitmen tersebut dalam paparan publik di Jakarta, Selasa (4/11/2025) lalu, dengan menyatakan, “Harapannya nanti kita selesaikan di tahun 2026.”
Direktur Operasi I Waskita Karya, Ari Asmoko, merinci progres pengerjaan di berbagai titik stasiun. Pekerjaan LRT di Stasiun Rawamangun telah memasuki tahap penyelesaian, menunjukkan kemajuan signifikan. Sementara itu, di Stasiun Pramuka BPKP dan Matraman, fokus pengerjaan saat ini masih berlangsung pada aspek arsitektur, membentuk tampilan akhir stasiun.
Lebih lanjut, Ari Asmoko menjelaskan bahwa di area Pasar Pramuka, proses pemasangan PCI (Precast Prestressed Concrete I girder) sedang giat dilakukan, menandai tahap penting dalam konstruksi jalur layang. Pada saat yang sama, pengerjaan struktur bagian atas tengah dikebut di Stasiun Manggarai, yang nantinya akan menjadi titik integrasi vital bagi sistem transportasi di ibu kota.
Corporate Secretary Waskita Karya, Ermy Puspa Yunita, menambahkan bahwa progres pengerjaan proyek LRT Jakarta Fase 1B saat ini telah mencapai 77,96%. Angka ini melampaui target awal yang ditetapkan sebesar 76,49%, menunjukkan percepatan dalam jadwal konstruksi. “Ini lebih cepat dari target yang sebesar 76,49%,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (10/11/2025).
Dalam upaya mengakselerasi pembangunan dan meningkatkan efisiensi, Waskita Karya mengadopsi solusi digital canggih. Perusahaan memanfaatkan Building Information Modelling (BIM) dan teknologi dari Bentley Systems. Selain itu, penggunaan drone fotogrametri dan simulasi 4D diimplementasikan untuk memantau serta mengelola seluruh aspek proyek secara real-time, memastikan kontrol kualitas dan jadwal yang optimal.
Ermy menjelaskan bahwa penerapan platform digital terintegrasi ini sangat mendukung koordinasi tim. Sistem ini menggabungkan data spasial, model BIM, dan jadwal pekerjaan dalam satu kesatuan, sehingga memudahkan seluruh tim, baik teknis maupun nonteknis, untuk mengakses informasi proyek secara langsung. Integrasi ini juga berperan penting dalam mempercepat proses pengambilan keputusan di lapangan.
Inovasi teknologi ini memberikan dampak finansial yang signifikan bagi perseroan. Melalui penerapan solusi digital, Waskita Karya berhasil menghemat biaya hingga US$ 14,82 juta dalam pengerjaan proyek LRT Velodrome-Manggarai ini. Konsumsi material juga berhasil ditekan, menghasilkan penghematan lebih dari US$ 7,3 juta, menunjukkan efektivitas strategi ini dalam pengelolaan sumber daya.
Dari sisi operasional, keuntungan yang diperoleh juga tidak kalah impresif. Terjadi peningkatan efisiensi data hingga 80%, serta pengurangan waktu permodelan yang mencapai 40%. Selain itu, penerapan teknologi ini mampu menurunkan kebutuhan inspeksi fisik sebesar 20%, mengoptimalkan kinerja dan memangkas biaya operasional secara keseluruhan, menjadikannya model proyek infrastruktur yang modern dan efisien.



