AGII Pacu Kinerja 2026: Analis Ungkap Strategi & Rekomendasi Saham

Posted on

caristyle.co.id JAKARTA. PT Samator Indo Gas Tbk (AGII) menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi untuk memulihkan dan meningkatkan kinerja keuangannya dalam beberapa waktu mendatang. Emiten gas industri terkemuka ini diklaim memiliki serangkaian keunggulan kompetitif yang kokoh, memposisikannya untuk tetap bersaing ketat di pasar gas industri yang dinamis.

Wakil Direktur Utama Samator Indo Gas, Sigit Purwanto, mengungkapkan bahwa pihaknya telah merancang perencanaan bisnis strategis yang ambisius hingga tahun 2026. Perusahaan menargetkan pencapaian pertumbuhan penjualan dan laba bersih yang signifikan, diperkirakan mencapai 2 hingga 2,5 kali lipat dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada tahun depan.

AGII memiliki sejumlah modal berharga yang menjadi penopang utama dalam mendorong pertumbuhan kinerjanya. Salah satu fondasi terkuat adalah posisinya sebagai pemimpin pasar gas industri di Indonesia, dengan pangsa pasar mencapai 40% berdasarkan data Gas World pada tahun 2024. Keunggulan ini diperkuat dengan dominasinya di sektor gas medis.

“Kami juga memimpin pangsa pasar gas medis di Indonesia dengan porsi sekitar 75% hingga 80%,” tegas Sigit dalam paparan publik insidentil pada Senin (13/10).

Selain dominasi pasar, AGII juga unggul berkat portofolio produk gas yang sangat beragam. Ragam produk ini mencakup air gas seperti oksigen, nitrogen, dan argon, kemudian gas medis, gas sintetis, fuel gas, specialty gas, dan berbagai jenis gas lainnya. Keberagaman ini memungkinkan AGII melayani berbagai kebutuhan industri.

Aplikasi produk gas tersebut menyentuh berbagai sektor vital, mulai dari kesehatan atau medis, metalurgi, energi, infrastruktur, hingga barang konsumen. Diversifikasi pasar ini menjadi salah satu kunci stabilitas pendapatan perusahaan. “Pasar kami sangat beragam, di mana 20 pelanggan teratas sudah menyumbang sekitar 20% dari total pendapatan gas perusahaan,” tambah Sigit.

Kinerja AGII juga didukung oleh jaringan distribusi yang sangat luas dan strategis. Saat ini, perusahaan mengoperasikan 58 pabrik dan 103 filling station yang tersebar di 29 provinsi di seluruh Indonesia. Rencananya, akhir tahun nanti, AGII akan merampungkan proses komisioning dua pabrik baru yang berlokasi di Batam, Kepulauan Riau, untuk memperkuat kapasitas produksi dan jangkauan. Untuk tahun 2026, AGII belum berencana menambah pabrik gas industri baru, melainkan akan fokus pada maksimalisasi kapasitas pabrik yang sudah ada demi melayani permintaan pelanggan secara optimal.

Manajemen AGII juga akan memprioritaskan penambahan pelanggan baru dan inovasi produk berbasis gas yang diproduksi emiten. Di samping itu, strategi AGII juga meliputi optimalisasi efisiensi biaya melalui pengurangan aktivitas yang dinilai kurang memberi nilai tambah serta pemangkasan pengeluaran yang bersifat non-kritis.

Upaya untuk menyederhanakan proses operasional bisnis juga akan dilakukan melalui digitalisasi dan otomatisasi. “Hal ini dilakukan demi meningkatkan profitabilitas perusahaan secara berkelanjutan,” imbuh Sigit.

Sebagai catatan, hingga semester I-2025, penjualan AGII mengalami peningkatan 2,1% year on year (yoy) menjadi Rp 1,42 triliun. Namun, laba bersih perusahaan justru menyusut signifikan sebesar 65% yoy menjadi Rp 24,21 miliar. Penurunan laba ini terutama dipengaruhi oleh lonjakan biaya penjualan dan administrasi yang ditanggung perusahaan.

Secara terpisah, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, menyebutkan bahwa prospek kinerja AGII dalam jangka pendek masih cukup menjanjikan. Hal ini didorong oleh pemulihan permintaan gas industri dari sektor manufaktur, kesehatan, dan infrastruktur seiring peningkatan aktivitas ekonomi dan proyek hilirisasi industri di Tanah Air.

“Tren pemulihan industri baja, kimia, dan otomotif juga bisa menopang permintaan gas oksigen, nitrogen, dan argon dari AGII,” tutur Wafi, juga pada Senin (13/10). Posisi AGII yang menguasai pasar gas industri secara jelas akan mempermudah emiten tersebut dalam meningkatkan kinerjanya, baik dalam jangka pendek maupun panjang.

Meskipun demikian, AGII tetap perlu mewaspadai sejumlah tantangan, seperti struktur biaya yang tinggi, fluktuasi harga energi, serta risiko keterlambatan pembayaran dari pelanggan industri tertentu. Terlepas dari status suspensi yang saat ini melekat pada AGII, valuasi saham AGII sebenarnya sudah mulai menarik setelah tren koreksi harga pada awal tahun 2025. Wafi merekomendasikan buy on weakness saham AGII dengan target harga di kisaran Rp 1.750 per saham.

Rekomendasi ini turut didasari oleh prospek jangka menengah AGII yang positif seiring potensi perbaikan margin pada tahun 2026 dan utilisasi pabrik yang kembali optimal, menandakan potensi pertumbuhan kuat di masa mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *