Banjir besar yang melanda Bali pada Rabu (10/9) telah mengakibatkan kerusakan signifikan di berbagai wilayah. Kepala BNPB, Letjen Suharyanto, melaporkan kerusakan parah pada 474 kios dan ruko, terutama di pasar-pasar tradisional. Meskipun sejumlah rumah warga juga terdampak, data rinci mengenai kerusakan rumah masih dalam proses pengumpulan oleh pemerintah daerah. “Banyak bangunan yang rusak,” ujar Suharyanto saat berada di Rumah Jabatan Gubernur Bali, “Namun yang menonjol adalah ratusan kios dan ruko kecil di pasar, berjumlah 474 unit. Kerusakan rumah warga relatif lebih sedikit.”
Bencana ini tidak hanya mengakibatkan kerusakan bangunan. Infrastruktur penting seperti jalan raya dan jembatan juga mengalami kerusakan akibat longsor di beberapa titik. Pemerintah pusat dan daerah pun telah berkoordinasi untuk segera memperbaiki kerusakan tersebut. Suharyanto menjelaskan, “Akan diadakan rapat teknis untuk menentukan pembagian tanggung jawab perbaikan. Pemerintah daerah, baik kabupaten/kota maupun provinsi, akan menangani sebagian, sementara pemerintah pusat melalui BNPB dan kementerian terkait akan menangani bagian lainnya.”
Upaya pembersihan pascabanjir juga tengah digencarkan. Tim gabungan TNI, Polri, relawan, dan masyarakat bahu-membahu membersihkan sampah di lokasi-lokasi terdampak. “Unsur gabungan TNI, Polri, relawan, dan lembaga terkait akan membantu masyarakat melakukan pembersihan,” tegas Suharyanto.
Data kerusakan yang dirilis BPBD Bali menunjukkan:
Banjir terjadi di 123 titik, meliputi: 81 titik di Kota Denpasar, 14 titik di Kabupaten Gianyar, 8 titik di Kabupaten Tabanan, 4 titik di Kabupaten Karangasem, 4 titik di Kabupaten Jembrana, dan 12 titik di Kabupaten Badung.
Terjadi tanah longsor di 18 titik: 5 titik di Kabupaten Gianyar, 12 titik di Kabupaten Karangasem, dan 1 titik di Kabupaten Badung.
Tercatat 16 titik bangunan roboh/jebol: 2 titik di Kabupaten Gianyar, 2 titik di Kabupaten Badung, 11 titik di Kabupaten Karangasem, dan 1 titik di Kota Denpasar.
Terdapat 3 titik jembatan jebol/ruas jalan rusak: 1 titik di Kabupaten Gianyar dan 2 titik di Kabupaten Karangasem.
Bencana ini juga mengakibatkan korban jiwa. Sembilan orang meninggal dunia dan enam orang masih dalam status hilang.
Identitas korban meninggal:
Kota Denpasar: Nadira (perempuan, 48 tahun), Rio Saputra (laki-laki, 20 tahun), Ni Wayan Lenyod (perempuan, usia belum diketahui), dan seorang perempuan yang belum diketahui identitasnya.
Kabupaten Gianyar: Ni Made Latif (70 tahun, perempuan), Ni Made Rupet (perempuan, 87 tahun).
Kabupaten Jembrana: Komang Oka Sudiastawa (laki-laki, 34 tahun) dan Nita Ulama (perempuan, 23 tahun).
Kabupaten Badung: Endang Cafyani Ayu (perempuan, 42 tahun).
Identitas korban hilang:
Made Suwitri (perempuan, 43 tahun), Tasnim (perempuan, 54 tahun), Farwa Husein Jenis (laki-laki, 32 tahun), Maimunah (perempuan), Ni Ketut Merta (perempuan), dan Ni Nyoman Sari (perempuan).