
Sejumlah daerah di Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa mengalami pasang surut anomali tertinggi dalam siklus 18,6 tahunan. Hal ini mengakibatkan rob yang tingginya melebihi rata-rata dibanding banjir rob biasanya. Bagaimana penjelasannya secara sains?
Di Eretan Wetan, Kabupaten Indramayu Jawa Barat, Kamis (04/12), banjir merendam hampir seluruh rumah penduduk.
Sejak sekitar jam empat subuh, air pasang sudah mulai naik dan masuk ke rumah-rumah penduduk.
Sentika Elang Pulasia, salah satu warga Eretan Wetan mengatakan, aliran banjir rob itu cukup deras di banding dengan banjir rob biasanya dan bisa masuk ke rumahnya.
“Alirannya deras, benteng rumah tumpah karena tingginya air,” ujar laki-laki berumur 22 tahun itu.
Di rumah Elang, dibangun tembok kecil seperti tanggul yang membentengi agar air tidak masuk. Tingginya sekitar 80 sentimeter.
Tapi banjir pada Kamis kemarin cukup tinggi dan alirannya deras sehingga mampu masuk ke dalam rumahnya.
Air juga telah masuk dan menggenangi rumah-rumah lainnya, tapi dengan ketinggian antara 30-40 sentimeter.
“Eretan Wetan hampir seluruhnya terendam banjir,” kata Elang yang juga menjadi ketua pemuda Desa Eretan Wetan.
Sehari setelahnya, rob di wilayah itu mulai naik dari jam tujuh pagi.

Di Timbulsloko Demak, Jawa Tengah, banjir lebih parah dibanding sebelumnya.
Hari, salah-seorang warga yang tinggal di sana mengatakan, banjir pada 4 Desember lalu cukup parah, berbeda dengan rob yang terjadi pada waktu-waktu sebelumnya.
“Niki sampun [ini sudah] mulai,” kata Hari saat dikontak via telepon.
Pada hari itu, banjir rob di Timbulsloko sudah mulai naik sejak pagi. Sorenya, ketinggian mencapai lebih dari satu meter.
Banjir rob di Demak, menurut Hari, memang sudah sering terjadi tapi semakin parah sejak pembangunan tol di Demak.
Banjir rob pada 4 Desember lalu itu memang lebih tinggi daripada biasanya.
“Niki [ini] rob super luar biasa,” ujar Hari.
“1,5 meter,” tuturnya.

Warga Timbulsloko lainnya, Mat Saeri, mengatakan banjir rob pada Kamis itu tingginya mencapai satu meter. Namun tidak sampai masuk ke rumahnya.
“Rumah saya telah ditinggikan sampai 2,7 meter,” kata laki-laki berumur 52 tahun itu.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, kata Saeri, telah menyebarkan pengumuman potensi banjir rob yang akan terjadi di Semarang dan sekitarnya pada Desember.
“Jadi kami bisa antisipasi sebelumnya,” ujarnya.
Sementara di Kartikajaya, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah—daerah yang sering menjadi langganan banjir rob, terjadi pula air pasang.
Menurut Wasito, salah salah satu warga Kartikajaya, air naik pada malam hari.
Tapi tanggul-tanggul yang dibangun warga secara swadaya masih mampu membendung air pasang tersebut.

Untuk daerah yang tidak ada tanggulnya, lanjut Wasito, air pasang masuk ke jalan-jalan perkampungan.
“Kondisi sekarang khusus kampung saya aman, karena tanggul tambak sudah ditinggikan swadaya warga, gotong royong,” kata Wasito.
Wasito berkata, dia telah menerima pemberitahaun dari BMKG potensi banjir rob yang terjadi di Semarang dan sekitarnya pada Desember ini.
Hal ini membantu warga untuk lebih waspada menghadapi ancaman banjir rob.
Apa perbedaan ‘pasang surut anomali tertinggi’ dan kejadian sebelumnya?
Heri Andreas, ahli geodesi dari Institut Teknologi Bandung yang telah puluhan tahun meneliti penurunan tanah dan prediksi banjir rob di Indonesia, menjelaskan perbedaan antara apa yang disebut sebagai pasang surut anomali tertinggi (highest anomaly tides) dan pasang surut yang biasa terjadi.
“Dari pasang normal lebih tinggi 30-40 sentimeter untuk tunggang pasang surutnya,” kata Andreas.
Menurutnya, highest anomaly tides terjadi pada 4 hingga 6 Desember lalu. Puncaknya berlangsung pada 5 Desember.
“Sekarang siklus 18,6 tahunan,” kata Andreas.

Daerah-daerah Pantura yang mengalami penurunan tanah karena eksploitasi air tanah, kata Andreas, mengalami banjir rob yang lebih parah dari biasanya. Dia menyebut daerah seperti Jakarta, Indramayu Semarang, Demak, sebagai contoh wilayah yang terdampak.
“Ada yang lebih parah, ada yang sudah berkurang karena sudah dibangun tanggul seperti Jakarta,” kata Andreas membandingkan dengan banjir rob akibat highest anomaly tides pada 2007 silam.
Pada 4-6 Desember lalu, Andreas dan timnya melakukan pengamatan di Jakarta, Subang, Indramayu, Pekalongan.
Dalam dua hari pengamatannya bersama tim, Andreas melihat bahwa bencana banjir rob tetap terjadi, bahkan semakin parah di Pantura.

“Melihat perjalanan dari 18,6 tahun yang lalu sampai sekarang, progres mitigasinya belum optimal. Ditambah penurunan tanahnya kan masih terus terjadi, sehingga ini juga jadi masih pekerjaan rumah yang besar,” katanya.
Penurunan tanah yang terjadi di sejumlah kawasan pesisir Pantura, menurut Andreas semakin memperparah banjir rob. Seperti di Indramayu, Semarang, dan Demak.
Apa itu highest anomaly tides siklus 18,6 tahunan?
Anomali pasang surut tertinggi atau highest anomaly tides adalah sebuah fenomena alam di mana air laut mengalami pasang dan surut.
ini terjadi akibat gaya tarik menarik bumi yang sangat kuat terhadap benda-benda langit seperti bulan dan ada planet lainnya.
“Gaya tarik [gravitasi bumi] kuat, maka terjadi pasang. Kalau gaya tariknya lebih lemah dia surut,” kata Heri Andreas.
Menurutnya, ketinggian pasang surut dalam siklus 18,6 tahunan ini sangat ekstrem.
Berbeda dengan pasang surut biasanya, kali ini ketinggian airnya lebih tinggi, lebih deras, dan durasinya bisa lebih lama.

Kejadian di Jakarta, Subang, dan Indramayu, menurut Andreas, adalah contoh bagaimana ekstremnya highest anomaly tides dalam siklus 18,6 tahunan ini.
“Mereka melaporkan ini sekarang masuk ke rumah, ini lebih tinggi dari biasanya. Karena ada tambahan sekitar 20cm dan 30cm dari biasanya,” ucapnya.
Kapan terjadinya highest anomaly tides siklus 18,6 tahun?
Anomali ini memiliki periode lengkap 18,6 tahunan.
Dalam periode ini, terjadi tunggang pasang surut sangat tinggi, dan tahun ini terjadi pada 4-6 Desember lalu.
“Periode lengkapnya 18,6 tahunan,” kata Andreas.
Pada 4-6 Desember 2025, tunggang pasang surutnya ada jeda dan tidak seharian.
“Jadi beberapa jam pasang, kemudian surut lagi. Ada juga yang cuma satu kali pasang dalam satu hari, ada yang dua kali pasang dalam satu hari,” ujarnya.

Di Jakarta, pada 4 Desember lalu, banjir rob terjadi tapi kemudian surut. Dan banjir rob terjadi lagi pada pagi keesokan harinya.
Ada pula daerah yang mengalami pasang dua kali sehari, dan surut dua kali sehari seperti Indramayu.
“Secara ilmiahnya itu ada yang pasang sekali saja dalam sehari, ada yang pasangnya dua kali dalam sehari,” kata Andreas.
BMKG juga telah mengeluarkan rilis potensi banjir rob di pantura dan daerah lainnya di seluruh Indonesia.
Dalam rilis tersebut, BMKG memprediksi potensi terjadinya banjir rob di tanah air pada Kamis (04/12).
Dan dijelaskan ini merupakan dampak dari fenomena Fase Perigee (jarak terdekat bulan ke bumi) dan Bulan Purnama.
Banjir rob di Jakarta hingga di Kalimantan Barat
BMKG sebelumnya telah mengeluarkan peringatan banjir rob yang melanda sejumlah wilayah pesisir hingga 15 Desember 2025.
Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, mengatakan banjir rob di beberapa wilayah pesisir Indonesia disebabkan kombinasi fenomena Fase Perigee dan Bulan Purnama yang telah terjadi pada 4 Desember lalu dan Fase Bulan Baru pada 20 Desember mendatang.
“Fenomena ini berpotensi memicu kenaikan muka air laut yang dapat menyebabkan banjir rob di beberapa wilayah pesisir Indonesia,” papar Teuku Faisal dalam rapat kerja dengan Komisi lima DPR, Senin (08/12).

Wilayah pesisir yang berpotensi dilanda banjir rob akibat fenomena ini pada periode 2-10 Desember 2025, yaitu pesisir Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi Utara, dan sebagian Maluku.
Sedangkan pada periode 5-15 Desember 2025, banjir rob berpotensi terjadi di pesisir Banten, Jakarta, pesisir utara-timur Jawa, dan beberapa wilayah di Kepulauan Riau dan Kalimantan.
Sementara pada periode 6-23 Desember 2025, banjir rob berpotensi terjadi di Pantai Utara (Pantura) Jakarta, Banten, dan Jawa Barat.
Di Jakarta, Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta melaporkan ada 19 Rukun Tetangga (RT) dan dua ruas jalan di wilayah Kepulauan Seribu dan Jakarta Utara tergenang banjir rob, 6 Desember lalu, sekitar pukul 15.00 WIB.
Di Kepulauan Seribu, genangan terjadi di empat RT di Pulau Tidung dengan ketinggian sekitar 10 sentimeter. Tiga RT di Pulau Harapan terendam dengan ketinggian 10–20 sentimeter, seperti dilaporkan Kompas.com.

Di Kalimantan Barat, sejumlah wilayah di beberapa kabupaten kota terendam banjir rob, Senin (08/12).
Pemerintah Kota Pontianak telah mengevakuasi sedikitnya 21 warga Pontianak Barat yang terdampak banjir rob yang melanda sejumlah wilayah, menurut laporan kantor berita Antara.
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono mengatakan, pihaknya telah menetapkan status siaga satu.
Dia menyebutkan bahwa puncak pasang air diperkirakan terjadi hingga tanggal 10 Desember, dan mulai turun pada tanggal 11 Desember, walau secara bertahap.
Apa yang terjadi pada Highest anomaly tides di tahun 2007?
Sebelum highest anomaly tides pada tahun ini, seusai siklus, pada 2007 juga pernah terjadi anomali serupa. Dan Jakarta menjadi daerah yang menerima dampak cukup besar, kata Andreas.
Saat itu, terjadi banjir rob besar di Muara Baru sampai ke arah Pantai Indah Kapuk, sampai akses ke bandara lumpuh karena banjir rob, sehingga sempat berdampak pada sejumlah penerbangan.
Setelah melakukan pengamatan, Andreas bersama peneliti dari Belanda memberikan rekomendasi ke pemerintah.
Berita terkait:
- Banjir rob melanda, batang kayu dikira buaya
- Banjir dan bencana beruntun di tengah cuaca ekstrem, ‘Menurut pemerintah itu anomali cuaca, kami menyebutnya krisis iklim’
- Perubahan iklim: Kisah keluarga yang bertahan sendirian di tengah desa yang tenggelam
Isu yang bergulir saat itu adalah Jakarta terancam tenggelam.
“Pemerintah semula menyangsikan, kemudian ke sininya mulai percaya,” kata Andreas.
Ada tiga poin yag direkomendasikan Andreas dan timnya pada saat itu.
Selain membuat tanggul dan perbaikan infrastruktur, pihaknya juga merekomendasikan solusi penghentian eksploitasi air tanah dan perbaikan tata kelola air tanah.
“Habis itu [pemerintah Indonesia] pada sibuk bikin tanggul,” katanya.
Apa pelajaran berharga yang bisa dipetik?
Berselang 18 tahun lebih, Andreas mencatat beberapa kemajuan, misalnya saja banjir rob di Jakarta yang tidak lagi semasif seperti pada 2007.
Lainnya, sudah banyak tanggul dibangun untuk mengantisipasi banjir rob.
Namun, Andreas juga mencatat banjir rob di daerah lain, sepeti di Indramayu, Pekalongan dan Demak yang menurutnya semakin parah.
Seharusnya, setelah 18,6 tahun, pemerintah Indonesia bisa berkaca dan membuat kebijakan agar banjir rob tidak masif.
“Berarti ada pembelajaran yang tidak maksimal,” kata Andreas.
“Kok kita tidak berkaca pada fenomena 18,6 tahunan, ada fenomena subsiden, harusnya kita bisa lebih baik,” katanya.

Jika fenomena highest anomaly tides siklus 18,6 tahunan yang terjadi pada Desember tahun ini, tidak menjadi perhatian serius pemerintah, maka banjir rob tahun berikutnya bisa jadi lebih tinggi dan lebih masif, tidak perlu menunggu siklus 18,6 tahunan.
“Karena tanahnya terus turun kan,” ujarnya.
Menurut Andreas, highest anomaly tides siklus 18,6 tahunan ini bisa menjadi tolok ukur untuk melihat kerja pemerintah mengatasi persoalan banjir rob.
Dan Andreas menilai pemerintah Indonesia “cukup lambat mengupayakan mitigasi”.
Menurutnya, sudah ada sejumlah rekomendasi yang diberikan para peneliti setelah pengamatan highest anomaly tides siklus 18,6 tahunan pada 2007 silam.
Namun yang dilakukan pemerintah hanya membangun tanggul dan infrastuktur.
Tata kelola air tanah disebu Andreas tidak berjalan maksimal.
“Sebagian rekomendasinya dijalankan, tetapi urusan eksploitasi dan urusan water management, belum dilakukan. Baru tanggul,” katanya.
“Mungkin tidak mendengar dengan dua telinga lah kita ibaratkan.”
Padahal, menurut Andreas, untuk dapat mengatasi banjir rob yang semakin masif di daerah pantura lainnya, bukanlah semata pembangunan tanggul.
“Tanggul jangka pendek jangka menengah. Jangka panjangnya membenahi water management, terutama mengendalikan eksploitasi air tanah,” ujar Andreas.
Liputan ini disusun oleh wartawan di Yogyakarta, Furqon Ulya Himawan.
- Pemerintah segera bangun tanggul, tapi penurunan muka tanah diyakini penyebab utama banjir rob di Jawa Tengah
- Tanggul laut raksasa di utara Jawa ‘solusi palsu’ dan ‘bawa masalah baru’, kata aktivis lingkungan
- Pesisir Indonesia terancam tenggelam, puluhan juta jiwa akan terdampak
- ‘Ekosida’ di Pantura: Pengembangan industri ancam pesisir utara Jawa makin cepat tenggelam – ‘Banjir sudah puluhan tahun, ini pembiaran sistematis’
- ‘Ekosida’ di Pantura: ‘Kongkalikong’ yang menggerus ruang hidup warga pesisir utara Jawa
- ‘Ekosida’ Pantura: Bagaimana konversi lahan tani ke industri membunuh mimpi swasembada pangan



