
caristyle.co.id – JAKARTA. Sektor properti menyambut baik keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) November 2025. Kebijakan ini dinilai sebagai angin segar di tengah tantangan pasar properti.
PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), salah satu pengembang properti terkemuka, melihat suku bunga rendah sebagai katalis positif bagi industri ini. Namun, perusahaan mengakui bahwa dampak positifnya belum sepenuhnya terasa dalam peningkatan permintaan properti.
Menurut Direktur BSDE, Hermawan Wijaya, ada faktor-faktor lain yang memegang peranan penting selain suku bunga. “Bank komersial belum sepenuhnya menurunkan suku bunga kredit, ditambah lagi dengan melemahnya daya beli masyarakat dan kondisi makroekonomi yang masih menantang,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (20/11).
Meski demikian, BSDE tetap optimis dapat mencapai target penjualan (marketing sales) tahun 2025. Hingga September 2025, perusahaan telah mencapai 71% dari target yang ditetapkan.
Dana Kelolaan Industri Reksadana Melonjak, Pendapatan Tetap Paling Jadi Incaran
Anak usaha Sinarmas Land ini mencatatkan marketing sales sebesar Rp 7,10 triliun hingga kuartal III-2025. Target marketing sales BSDE untuk tahun 2025 sendiri adalah Rp 10 triliun. Segmen komersial menjadi kontributor utama dengan nilai Rp 3,33 triliun atau sekitar 47% dari total penjualan. Diikuti oleh segmen residensial yang menyumbang Rp 3,14 triliun atau sekitar 44%.
Sayangnya, pendapatan usaha BSDE tercatat sebesar Rp 8,76 triliun pada kuartal III 2025, mengalami penurunan sebesar 12,95% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 10,06 triliun. Laba bersih perusahaan juga terkoreksi 49,53% year on year (YoY) menjadi Rp 1,36 triliun per September 2025.
Untuk mencapai target marketing sales, BSDE akan terus fokus pada pengembangan proyek-proyek yang sedang berjalan, baik residensial maupun komersial. Perusahaan juga akan memanfaatkan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) yang diberikan oleh pemerintah.
“Kami optimis dapat mencapai target di tahun 2025,” tegas Hermawan.
Senada dengan BSDE, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) juga berpendapat bahwa keputusan BI menahan suku bunga di level 4,75% adalah langkah positif untuk menjaga stabilitas pasar properti. Perpanjangan stimulus PPN DTP hingga tahun 2026 juga dinilai sangat membantu.
“Namun, pelemahan daya beli masih menjadi isu utama yang menghambat penjualan aset hunian,” ungkap Direktur Metropolitan Land, Olivia Surodjo, kepada Kontan, Kamis (20/11).
MTLA mencermati bahwa permintaan rumah dengan harga di bawah Rp2 miliar, terutama dari pembeli rumah pertama (first home buyer), masih stabil. Sementara itu, pembelian rumah kedua atau upgrader dengan harga Rp3 miliar ke atas mengalami perlambatan.
Hingga September 2025, MTLA mencatatkan kenaikan marketing sales sebesar 4% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 1,34 triliun. Namun, pendapatan MTLA pada kuartal III 2025 mengalami penurunan menjadi Rp 1,13 triliun, dibandingkan dengan Rp 1,30 triliun pada tahun sebelumnya. Laba bersih perusahaan juga turun menjadi Rp 232,45 miliar.
Untuk mencapai target marketing sales tahun ini, MTLA akan memanfaatkan momentum perpanjangan insentif PPN DTP dan terus berinovasi dalam menghadirkan produk hunian yang menarik. Strategi ini juga diterapkan demi mencapai target marketing sales di tahun 2026.
Namun, baik BSDE maupun MTLA belum memberikan informasi lebih lanjut mengenai target marketing sales perusahaan untuk tahun 2026.
“Target penjualan 2026 masih dalam tahap finalisasi, dan MTLA menargetkan pertumbuhan,” pungkas Olivia.
Harga Naik Tajam, Saham Perintis Triniti (TRIN) dan Singaraja (SINI) Disuspensi BEI



