caristyle.co.id Harga Bitcoin (BTC) kini kembali menghadapi tantangan serius di level resistensi krusial US$116.000. Para analis pasar kripto mengindikasikan bahwa lonjakan harga aset digital terbesar ini kemungkinan besar akan tertahan di titik tersebut, setidaknya hingga adanya kejelasan signifikan dari dua agenda besar pekan ini: rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dan pertemuan puncak antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping. Kedua peristiwa ini diperkirakan akan menjadi penentu arah pergerakan pasar dalam waktu dekat.
Melansir Cointelegraph, per Selasa (28/10/2025), harga Bitcoin diperdagangkan di kisaran US$112.784. Angka ini menandai kenaikan sekitar 13% sejak penurunan tajam pada 10 Oktober lalu, yang dipicu oleh gelombang aksi jual likuidasi massal di pasar. Pemulihan ini memberikan harapan, namun para investor tetap berhati-hati.
Meskipun tren penguatan harga Bitcoin terlihat jelas dalam beberapa waktu terakhir, sinyal teknikal memperingatkan bahwa penutupan harian di atas US$116.000 menjadi syarat mutlak untuk mengonfirmasi pembalikan tren bullish secara meyakinkan. Tanpa penembusan level ini, reli harga BTC masih dianggap rapuh.
Informasi terkini dari Coinmarketcap pada Rabu (29/10/2025) pukul 07.21 WIB menunjukkan harga Bitcoin sedikit melemah ke level US$112.720, mencatat penurunan 1,27% dalam 24 jam terakhir. Fluktuasi ini mencerminkan dinamika pasar yang masih diliputi ketidakpastian.
Data dari TRDR secara konsisten memperlihatkan adanya aksi jual masif setiap kali harga Bitcoin berupaya menembus ambang batas US$116.000. Fenomena ini mengindikasikan kehadiran “tembok” resistensi yang kuat dari para penjual di level tersebut, membatasi potensi kenaikan lebih lanjut.
Lebih lanjut, analisis order book di bursa besar seperti Binance dan Coinbase menyoroti adanya tembok permintaan jual yang substansial. Di pasar spot Coinbase, level US$116.000 menjadi titik penumpukan pesanan jual, sementara di pasar berjangka Binance, resistensi kuat terlihat di rentang US$117.000–US$118.000.
Meskipun demikian, dalam 12 jam terakhir, terjadi likuidasi posisi short senilai sekitar US$49,83 juta. Ini terjadi seiring para trader berjangka mulai menarik pesanan jual mereka di area US$115.000–US$116.000, mengantisipasi potensi penembusan resistensi yang semakin besar.
Bitcoin Rebound ke US$115.000: Sinyal Bullish Muncul, Tapi Pasar Masih Waspada
Dari sisi fundamental, kondisi pasar kripto mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Open interest global di bursa berjangka telah bangkit kembali ke US$31,48 miliar, meningkat signifikan dari posisi terendah US$28,11 miliar pada 11 Oktober. Meskipun demikian, angka ini masih jauh di bawah rekor US$40,39 miliar yang tercipta saat harga Bitcoin mencapai puncak US$124.600.
Selain itu, aliran dana masuk (inflow) ke produk ETF Bitcoin spot juga mengalami peningkatan tajam, mencapai total US$260,23 juta selama tiga hari perdagangan terakhir. Inflow terbesar tercatat pada 21 Oktober sebesar US$477 juta, hanya beberapa hari setelah harga BTC sempat merosot di bawah US$108.000, menandakan minat investor institusional yang kembali pulih.
Namun, data dari Hyblock menyajikan gambaran kontradiktif mengenai perilaku investor. Investor institusional, dengan nilai transaksi antara US$1 juta hingga US$10 juta, justru terlihat menjual saat harga naik. Di sisi lain, investor ritel dengan transaksi lebih kecil (US$1.000–US$10.000) cenderung mengakumulasi aset saat harga mengalami koreksi atau penurunan.
Secara keseluruhan, rasio bid-ask agregat Hyblock menunjukkan bahwa pasar masih didominasi oleh penawaran jual (ask-heavy orderbook), diperparah dengan peningkatan posisi short di Binance. Kondisi ini mencerminkan sikap hati-hati sebagian besar pelaku pasar.
NYDIG: Bitcoin Bukan Pelindung Inflasi, tapi Menguat Saat Dolar Melemah 
Menjelang pengumuman FOMC pada Rabu waktu AS, sebagian investor tampak mulai mengurangi risiko portofolio mereka. Pasar secara luas memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Namun, pergerakan harga Bitcoin sebelum pengumuman sering kali lebih dipengaruhi oleh reposisi agresif para trader yang berusaha mengantisipasi hasil tersebut.
Aktivitas di pasar berjangka memperlihatkan sebagian trader tengah mengantisipasi potensi pelemahan dalam kontrak perpetual dan risiko likuidasi posisi long. Sebaliknya, ada pula yang justru membuka posisi short baru, berharap dapat memanfaatkan peluang likuidasi di sisi bawah jika harga BTC terkoreksi.
Saat ini, area US$112.000–US$113.000 menjadi titik yang sangat sensitif bagi pasar kripto, di mana kluster posisi long leverage tengah menghadapi tekanan likuidasi signifikan jika harga terus bergerak di bawah level tersebut.
Kompresi Harga Bitcoin Diprediksi Picu Lonjakan, Menuju US$ 120.000?
Meski hasil rapat FOMC berpotensi membawa sentimen positif bagi pasar kripto, risiko lain datang dari pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping yang dijadwalkan pada Kamis mendatang. Jika pembicaraan penting ini gagal mencapai kesepakatan yang memuaskan atau dianggap tidak menguntungkan bagi stabilitas pasar global, dampak negatifnya bisa meluas, tidak hanya ke pasar saham tetapi juga ke aset digital, termasuk Bitcoin.
Pasar Kripto Bangkit, Cek Proyeksi Harga Bitcoin dan Ethereum
Oleh karena itu, hingga dua agenda penting ini rampung dan memberikan kejelasan, para analis menilai harga Bitcoin kemungkinan besar akan terus bergerak dalam pola “ping-pong”. Ini berarti Bitcoin akan berfluktuasi di antara level resistensi US$116.000 dan level support kuat di US$110.000, menciptakan volatilitas yang menuntut kehati-hatian investor.



