Gempa bumi berkekuatan dahsyat magnitudo 7,4 mengguncang Filipina pada Jumat, 10 Oktober, sekitar pukul 09.43 waktu setempat. Guncangan kuat ini berpusat di 20 kilometer lepas pantai Provinsi Davao Oriental, tepatnya dekat Manay, Mindanao. Akibatnya, sejumlah dampak signifikan langsung terasa, mulai dari tewasnya dua orang, pemadaman listrik di beberapa wilayah, hingga memicu peringatan tsunami yang juga mencakup Indonesia.
Sebagai dampak langsung dari bencana alam ini, dilaporkan adanya dua korban jiwa. Di Kota Mati, ibu kota Davao Oriental yang terletak dekat episentrum gempa, satu orang tewas akibat tertimpa runtuhan tembok. Sementara itu, seorang lansia dilaporkan meninggal dunia karena serangan jantung yang disebabkan kepanikan hebat saat gempa melanda, kejadian ini berlangsung di Pusat Medis Davao Oriental. Legislator Davao Oriental, Cheeno Miguel Almario, mengonfirmasi insiden memilukan ini, seperti dikutip dari media Filipina, Inquirer, menyatakan, “Korban jiwa pertama adalah seorang lansia yang dirawat di Pusat Medis Davao Oriental dan menderita henti jantung saat gempa karena panik, sementara korban lainnya adalah seorang wanita berusia 54 tahun yang tertimpa tembok yang roboh dan juga meninggal dunia.”
Tak hanya korban jiwa, gempa dahsyat ini juga menyebabkan gangguan serius pada infrastruktur vital. Mengutip Kantor Berita Filipina, Phillippines National Agency (PNA), tiga saluran listrik utama di Davao mengalami pemadaman. Jaringan Listrik Nasional Filipina (NGPC) merinci bahwa saluran yang terdampak meliputi jaringan Davao-Tiruk 69kV, Nabunturan-Asuncion 69kV, dan Nabunturan-Masar 138kV. Saluran 69kV tersebut merupakan pasokan utama listrik untuk Kota Davao, Davao del Norte, dan Davao de Oro. Meskipun demikian, NGCP melaporkan bahwa jaringan listrik di wilayah timur laut, utara, dan barat daya Mindanao secara umum masih dalam kondisi stabil.
Merespons situasi darurat ini, Coast Guard Filipina segera menerbitkan larangan berlayar bagi kapal-kapal di perairan Mindanao. Larangan ini merupakan bagian dari langkah-langkah pre-emptive yang diterapkan oleh otoritas setempat untuk mencegah insiden lebih lanjut. Pejabat Kepulauan Dinagat, Geraldine Ecleo, turut menerapkan protokol evakuasi di setiap barangay (unit pemerintahan terkecil setara desa di Indonesia). Senada dengan itu, Gubernur Surigao del Norte, Robert Lyndon Barbers, mengumumkan penutupan sementara layanan publik dan mengimbau agar seluruh masyarakat senantiasa waspada serta mematuhi protokol keamanan yang dikeluarkan oleh otoritas lokal.
Sementara itu, evaluasi terhadap infrastruktur juga dilakukan untuk menilai tingkat kerusakan. Departemen Pekerjaan Umum dan Jalan Raya kawasan Carga (DPWH-13) meninjau Jembatan Magsaysay di Kota Butuan, yang ditemukan mengalami keretakan. Jembatan ini merupakan salah satu jalur utama yang krusial bagi mobilitas di kota tersebut. DPWH-13 menyatakan bahwa meskipun retakan terlihat pada aspal jembatan, struktur tersebut masih dinyatakan aman untuk dilintasi kendaraan. Pihak DPWH-13 menjelaskan, “Retakan bisa terlihat dari aspal yang retak di Jembatan Magsaysay. Tapi hal itu normal, dan terletak di sambungan, yang biasanya memang dirancang untuk menyerap gerakan dan tekanan. Keretakan tak berefek pada keamanan jembatan dan integritas struktur.”