Kementerian Keuangan (Kemenkeu) secara aktif mendorong lembaga dana pensiun (dapen) untuk melakukan diversifikasi investasi mereka ke instrumen energi terbarukan. Langkah ini diambil seiring dengan pertumbuhan signifikan dana kelolaan di industri dapen. Direktur Pengembangan Dana Pensiun, Asuransi, dan Aktuaria Kemenkeu, Ihda Muktiyanto, menyoroti pentingnya Indonesia belajar dari praktik investasi global, khususnya dari Norges Bank, salah satu pengelola dana pensiun terbesar di dunia.
Ihda menjelaskan bahwa portofolio Norges Bank menunjukkan tingkat diversifikasi yang sangat baik, dengan kecenderungan kuat untuk mengarahkan investasi ke instrumen-instrumen yang berbasis infrastruktur energi terbarukan. Pendekatan ini bukan sekadar tren, melainkan cerminan dari strategi investasi jangka panjang yang matang, bertujuan untuk menyeimbangkan portofolio sekaligus mendukung agenda keberlanjutan global yang semakin mendesak. Dengan aset dana pensiun yang terus meningkat di Indonesia, Ihda menekankan bahwa Indonesia dapat mempertimbangkan portofolio yang berorientasi jangka panjang dengan fokus pada keberlanjutan. Instrumen energi baru dan terbarukan, investasi hijau, dan instrumen ramah lingkungan lainnya, menurutnya, dapat menjadi pilihan investasi yang menjanjikan. Pernyataan ini disampaikan Ihda saat menghadiri sebuah acara di Alam Sutra, Tangerang, Kamis (23/10).
Dana Pihak Ketiga Krom Bank Tumbuh 212% Per September 2025
Menurut Ihda, daya tarik investasi energi terbarukan tidak hanya terletak pada potensi imbal hasil (return) yang cukup baik, tetapi juga karena selaras dengan agenda transisi hijau Indonesia. Investasi semacam ini tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga berkontribusi positif terhadap lingkungan dan masa depan berkelanjutan. Data dari Kemenkeu semakin memperkuat argumen ini, di mana Norges Bank tercatat telah menempatkan investasi di infrastruktur energi terbarukan sebesar 0,1% dari total investasinya, dengan nilai mencapai 2,23 miliar dolar AS. Angka ini secara jelas merefleksikan komitmen Norges Bank dalam menerapkan strategi diversifikasi yang berfokus pada keberlanjutan.
Dorongan Kemenkeu agar dapen berinvestasi di sektor energi terbarukan bukan tanpa alasan. Ihda mengemukakan bahwa saat ini, mayoritas alokasi investasi dapen sukarela masih sangat terkonsentrasi pada instrumen fixed income, seperti Surat Berharga Negara (SBN) dan deposito. Konsentrasi yang tinggi pada satu jenis instrumen dapat meningkatkan risiko portofolio dan membatasi potensi pertumbuhan jangka panjang.
Sebagai informasi lebih lanjut, berdasarkan data statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total investasi dana pensiun secara gabungan di Indonesia mencapai Rp 380,32 triliun per Juli 2025. Data tersebut membenarkan adanya dominasi kuat instrumen SBN dan deposito dalam portofolio investasi dapen, dengan nilai investasi masing-masing mencapai Rp 138 triliun dan Rp 101,64 triliun. Angka-angka ini menyoroti urgensi diversifikasi ke instrumen-instrumen yang lebih beragam dan berorientasi masa depan, seperti energi terbarukan.
Bisnis Kartu Pembiayaan Syariah Kian Cerah



