
Polisi menjelaskan denah gedung PT Terra Drone Indonesia, sekaligus mengungkap penyebab awal munculnya api yang menewaskan 22 karyawannya tersebut.
Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Susatyo Purnomo Condro mengatakan, api pertama kali muncul di ruang inventory lantai satu, area yang digunakan sebagai gudang penyimpanan baterai drone.
“Jadi dari keterangan saksi tersebut, bahwa baterai ukuran 30.000 mAh itu dalam tumpukan. Ada sekitar empat tumpukan jatuh. Kemudian menurut keterangan saksi, dari sejak jatuh itu kemudian timbul percikan api,” ujar Susatyo dalam konferensi pers di Polres Metro Jakarta Pusat, Jumat (12/12).
“Selain baterai yang rusak, juga ada baterai-baterai yang sedang dan sebagainya. Kemudian menyambar, hingga akhirnya di lantai 1 itu seluruhnya terbakar. Khususnya di ruang inventory atau gudang mapping, tempat penyimpanan baterai drone Lithium Polymer (LiPo),” lanjutnya.

Susatyo menambahkan, pemicu langsung berasal dari baterai rusak yang ditumpuk dan bercampur dengan baterai dengan kondisi sehat.
“Faktor pemicu langsungnya adalah bahwa baterai LiPo yang rusak ini, yang ditumpuk tadi, di mana terdapat 6 sampai 7 baterai error atau baterai rusak, bercampur dengan baterai-baterai lainnya,” ucapnya.
Ia juga menyebut tidak adanya prosedur keselamatan dasar terkait penyimpanan baterai.
“Hasil penyelidikan kami menemukan fakta bahwa tidak ada SOP terkait dengan penyimpanan baterai mudah terbakar,” kata Susatyo.
“Tidak ada pemisahan antara baterai rusak, baterai bekas, maupun baterai yang sehat. Semua dijadikan satu. Ruang penyimpanan itu sekitar 2×2 meter, tanpa ukuran, tanpa tahan api,” lanjut dia.

Selain kondisi gudang yang tidak memenuhi standar, polisi menemukan sejumlah pelanggaran keselamatan bangunan.
“Kemudian, genset dengan potensi panas berada di area yang sama. Kemudian berikutnya, pelanggaran terkait keselamatan gedung,” ujar Susatyo.
“Tidak ada pintu darurat. Tidak ada sensor asap. Tidak ada sistem proteksi kebakaran. Tidak ada jalur evakuasi. Gedung memiliki IMB dan SLF untuk perkantoran, namun digunakan juga sebagai tempat penyimpanan atau gudang,” sambung dia.
Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat, AKBP Roby Heri Saputra, kemudian menjelaskan struktur gedung, yang menjadi elemen penting dalam memahami penyebaran asap tebal ke lantai atas.
“Lantai 1 itu gudang, lantai dua juga masih ada gudang service, lantai 3 itu ada perkantoran, lantai 4 ada Terra Bandung, lantai 5 perkantoran termasuk kantor tersangka, lantai 6 aula, lantai 7 rooftop dan musala,” katanya.

Roby menambahkan bahwa lantai dua hingga enam seluruhnya tertutup kaca. Karyawan juga kesulitan memecahkan kaca untuk mencari udara karena tidak ada alat pemecah kaca.
“Dari lantai 2 sampai dengan lantai 6 yang tertutup kaca. Itu juga yang menjadi perkiraan kami bahwa dari 22 korban banyak yang di pinggiran kaca. Karena mungkin mencoba memecahkan kaca, namun dengan kaca yang ada di lokasi tidak mudah pecah dengan tangan atau tanpa alat khusus,” ujarnya.
Sementara itu, alarm kebakaran tidak berfungsi sehingga para karyawan mengetahui adanya api hanya dari mulut ke mulut.
“Oh, alarm kebakaran juga berdasarkan keterangan saksi tidak ada,” kata Roby.
“Jadi, itu yang tahu kebakaran karena ketika sudah terbakar di bawah, ada yang lari ke atas sambil memberi tahu bahwa ada kebakaran. Jadi tidak ada alarm dari sistemnya sendiri,” tambahnya.

Berikut penjelasan lengkap denah gedung PT Terra Drone Jakarta:
Lantai 1
Adalah ruang inventory atau gudang mapping, tempat penyimpanan baterai drone Lithium Polymer (LiPo). Ada empat sekat ruangan di lantai satu. Akses pintu masuk hanya satu, yakni di lantai dasar.
Penyimpanan baterai bercampur, tidak ada pemisahan antara baterai rusak, baterai bekas, dan baterai sehat. Ruang penyimpanan itu ukurannya sekitar 2×2 meter, tanpa tahan api. Ada pula genset dengan potensi panas berada di area yang sama.
Menurut keterangan saksi, baterai ukuran 30.000 mAh itu dalam tumpukan. Ada sekitar empat tumpukan yang jatuh. Sejak jatuh itu, kemudian timbul percikan api. Kemudian menyambar hingga lantai 1 seluruhnya terbakar.
Lantai 2
Di lantai ini, ada gudang service. Saksi yang melihat ada percikan api di lantai 1, lalu naik ke lantai 2 untuk mengambil APAR sekaligus memberi tahu temannya ada kebakaran. Lalu dia turun lagi ke lantai 1. Di lantai 2, ada satu orang yang tewas.
Lantai 3
Merupakan perkantoran atau ruangan kerja para karyawan. 11 orang tewas di lantai ini.
Lantai 4
Merupakan ruangan untuk Terra Bandung. Tidak ada yang tewas di lantai ini.
Lantai 5
Merupakan perkantoran atau ruangan kerja para karyawan. Termasuk ruangan tersangka ada di lantai 5. Di lantai ini, 8 orang tewas.
Lantai 6
Adalah aula, 1 orang tewas di lantai ini. Dari lantai 2 hingga lantai 6 itu seluruhnya tertutup dengan kaca. Lantai-lantai tersebut terbakar dengan uap panas, jadi tidak tersentuh api secara langsung.
Lantai 7
Adalah rooftop dan juga musala. Karyawan yang berhasil naik sampai rooftop selamat semua.
Polres Jakarta Pusat sendiri telah metapkan Michael Whisnu Wardana, Direktur Utama PT Terra Drone Indonesia, sebagai tersangka, usai kebakaran yang menewaskan 22 orang karyawannya tersebut.
Michael disangkakan dengan tiga pasal terkait kelalaian yang menyebabkan korban jiwa, dengan ancaman hukuman maksimal penjara seumur hidup.



