KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Dyandra Media International Tbk (DYAN) membidik pertumbuhan pendapatan sekitar 5% pada tahun 2026. Target ini dicanangkan setelah kinerja tahun 2025 mengalami tekanan akibat efisiensi anggaran pemerintah. Imbasnya, pendapatan DYAN menyusut menjadi Rp947,8 miliar, dan laba bersih tergerus 46,32% menjadi Rp50,63 miliar.
Kendati demikian, sejumlah analis optimis prospek pemulihan DYAN pada tahun depan masih sangat terbuka. Keyakinan ini didorong oleh ekspansi acara (event) berbasis intellectual property (IP) dan pergeseran fokus pasar ke sektor korporasi.
Abida Massi Armand, Analis Fundamental BRI Danareksa Sekuritas, menilai target pertumbuhan pendapatan 5% untuk tahun 2026 tergolong konservatif. “Target tersebut sangat realistis, bahkan cenderung konservatif, mengingat proyeksi pertumbuhan yang kami perkirakan mencapai sekitar 12,2%, terutama didorong oleh ekspansi IP event,” jelas Abida kepada Kontan, Selasa (25/11/2025).
Ia menjelaskan bahwa tekanan yang dialami DYAN pada Kuartal III-2025 lebih bersifat sementara, sebagai dampak dari kebijakan efisiensi pemerintah. Di sisi lain, strategi diversifikasi DYAN ke event swasta memberikan fondasi pendapatan yang kokoh.
“Pertumbuhan laba bersih DYAN pada 2024 mencapai 31% secara tahunan. Selain itu, perluasan event seperti IIMS ke Balikpapan menjadi pendorong yang seharusnya mampu melampaui target 5% tersebut,” ujar Abida, menyoroti potensi kinerja DYAN yang lebih tinggi.
Meskipun demikian, Abida mengakui bahwa kinerja DYAN masih cukup sensitif terhadap pemotongan anggaran pemerintah, terutama pada segmen pertemuan dan konferensi. Akan tetapi, dominasi pendapatan dari event berbasis IP memberikan perlindungan signifikan bagi kinerja perusahaan secara keseluruhan.
“Pendapatan dari IP event seperti IIMS, yang menyumbang 81% dari total pendapatan, membuat eksposur DYAN terhadap risiko fiskal menjadi lebih terkendali pada 2026,” paparnya.
Dari sisi profitabilitas, margin DYAN diproyeksikan akan membaik. Abida memperkirakan gross profit margin (GPM) dapat meningkat dari posisi 35% pada Kuartal III-2025 menjadi sekitar 40% di tahun 2026.
Merdeka Battery Materials (MBMA) Terbitkan Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 3,1 Triliun
“Segmen event organizer berbasis IP memberikan pricing power yang kuat dan efisiensi biaya berulang. Walaupun ekspansi ke kota baru seperti Balikpapan berpotensi menambah biaya awal, peningkatan skala operasional seharusnya menjaga margin tetap ekspansif,” jelasnya.
Berkaitan dengan arus kas, Abida melihat potensi kondisi yang lebih sehat pada tahun 2026, meskipun volatilitas musiman tetap perlu diwaspadai. “Penerimaan kas dari sponsorship dan peserta pameran membuat siklus kas lebih efisien. Tetapi investor harus memperhatikan sifat arus kas DYAN yang bergelombang, di mana kas besar baru masuk di kuartal tertentu. Fokus harus pada kinerja *full-year*, bukan kuartalan,” ucapnya mengingatkan.
Dari sisi valuasi, saham DYAN saat ini dinilai masih berada di level diskon. Pada Kuartal III 2025, valuasi DYAN tercatat pada P/E (price to earnings ratio) 7,2 kali dan P/BV (price to book value) 0,53 kali.
“Valuasi ini masih *undervalued* dan belum mencerminkan potensi pemulihan di tahun 2026. Diskon pasar terlalu besar dibandingkan fundamental DYAN yang masih mampu mempertahankan margin kotor di atas 30%,” tambah Abida.
Ia menyebutkan bahwa katalis utama bagi saham DYAN adalah ekspansi IIMS Balikpapan 2026 yang menyasar pasar baru di Kalimantan dan efek limpahan aktivitas ekonomi dari Ibu Kota Negara (IKN). Selain itu, pertumbuhan ekonomi nasional yang diproyeksikan sebesar 5,4% juga menjadi faktor pendukung. Sementara itu, risiko utamanya adalah jika pengetatan anggaran pemerintah berlanjut lebih dalam di tahun 2026.
Dengan mempertimbangkan potensi pertumbuhan dan valuasi yang masih terbilang rendah, Abida menilai saham DYAN layak untuk diakumulasi. “Kami memproyeksikan target harga Rp134 per saham pada 2026, dengan estimasi EPS (earnings per share) Rp15,8 dan ekspektasi *re-rating* valuasi ke P/E 11 kali. Dengan kondisi saat ini, saham DYAN memiliki ruang kenaikan yang menarik,” tutupnya dengan optimisme.
IHSG Turun 0,75% ke 8.505,8 di Sesi I Selasa (25/11), Top Losers: TLKM, INDF, BRPT



