JAKARTA — Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) secara resmi menolak banding yang diajukan oleh Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM). Penolakan ini terkait kasus krusial mengenai dugaan pelanggaran regulasi kelayakan pemain internasional yang melibatkan sejumlah pemain naturalisasi. Keputusan FIFA tersebut diumumkan langsung oleh FAM melalui pernyataan resmi mereka pada Senin (3/11/2025), menandai babak baru dalam polemik sepak bola Malaysia.
Dalam pernyataan resminya, yang ditandatangani oleh Pejabat Presiden Datuk Wira Mohd Yusoff Haji Mahadi, FAM menegaskan, “Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) telah menerima keputusan banding dari Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA), yang mana banding kami telah ditolak.” Menyusul penolakan ini, FAM tidak tinggal diam. Mereka berencana untuk segera meminta klarifikasi tertulis dari FIFA guna mendapatkan rincian lengkap serta alasan mendasari keputusan tersebut. Langkah ini dianggap krusial sebelum FAM melanjutkan upaya hukumnya ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).
Polemik ini berakar pada tudingan Komite Disiplin FIFA sebulan sebelumnya. Saat itu, FIFA menduga kuat adanya pemalsuan dokumen kelahiran yang melibatkan tujuh pemain naturalisasi tim nasional Malaysia. Ketujuh pemain yang disebutkan adalah Gabriel Palmero, Facundo Garces, Rodrigo Holgado, Imanol Machuca, Joao Figueiredo, Jon Irazabal, dan Hector Hevel. FIFA menyatakan telah mengantongi akta kelahiran asli para pemain tersebut, yang disebut-sebut menunjukkan perbedaan signifikan dibandingkan dengan dokumen yang diajukan oleh FAM untuk mengklaim garis keturunan lokal mereka.
Temuan tersebut, menurut Komite Disiplin FIFA, mengindikasikan adanya kelalaian serius dalam pengawasan dan kehati-hatian, baik dari pihak FAM maupun para pemain yang bersangkutan. Federasi Sepak Bola Internasional ini dengan tegas menyatakan penolakannya terhadap segala bentuk manipulasi administratif. Dalam pernyataan resminya, FIFA menekankan bahwa “Perilaku seperti itu mengikis kepercayaan terhadap keadilan kompetisi dan membahayakan esensi sepak bola sebagai aktivitas yang didasarkan pada kejujuran dan transparansi.” Sikap ini menegaskan komitmen FIFA untuk menjaga integritas olahraga.
Menanggapi keputusan terbaru FIFA yang mengejutkan, Yusoff Mahadi mengakui bahwa situasi ini adalah yang pertama kali dihadapi oleh FAM. Meskipun demikian, ia menegaskan komitmen kuat federasi. “Ini pertama kalinya FAM menghadapi situasi seperti ini. Namun kami akan terus memperjuangkan hak-hak pemain dan kepentingan sepak bola Malaysia di tingkat internasional,” ujarnya, menunjukkan tekad untuk tidak menyerah dalam melindungi kepentingan olahraga negara.
Sebagai respons atas penolakan banding ini dan demi mempertahankan posisi mereka, serta untuk menghindari potensi sanksi tambahan yang mungkin dijatuhkan oleh FIFA, FAM kini secara serius menyiapkan langkah hukum selanjutnya. Fokus utama mereka adalah membawa kasus ini ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) yang berlokasi di Lausanne, Swiss, sebagai upaya terakhir untuk mencari keadilan dan melindungi masa depan sepak bola Malaysia.

				
							

