MALANG – Di tengah gejolak aksi demonstrasi yang memanas di depan Mapolresta Malang Kota pada Jumat (30/8) malam, Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang dengan sigap memastikan bahwa pelayanan kesehatan bagi masyarakat tetap berjalan optimal. Meskipun sempat diliputi dampak gas air mata yang dilepaskan untuk membubarkan massa, komitmen rumah sakit dalam melayani pasien tidak tergoyahkan.
Donny Iryan, Kepala Sub Bagian Humas RSSA Malang, mengonfirmasi bahwa asap dari gas air mata memang sempat merambah masuk ke area rumah sakit. Lokasi RSSA yang strategis, tepat berada di seberang Mapolresta Malang Kota, menjadikannya saksi bisu sekaligus merasakan langsung dampak dari insiden tersebut. “Gas air mata sempat masuk ke area, tetapi alhamdulillah tidak ada yang terdampak langsung,” jelas Donny, memberikan kepastian di Malang pada Sabtu (31/8).
Meskipun demikian, RSSA Malang menjadi tujuan utama bagi para korban kericuhan. Sebanyak 17 individu yang terluka sempat menerima penanganan medis di Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit. Kini, dari jumlah tersebut, hanya tersisa dua pasien yang masih memerlukan perawatan intensif, dengan satu orang dalam observasi di IGD dan satu lainnya telah menjalani rawat inap, sebagaimana disampaikan Donny.
Donny menambahkan bahwa pihaknya belum dapat mengidentifikasi secara pasti apakah para pasien yang dirawat merupakan bagian dari massa unjuk rasa atau juga dari pihak aparat keamanan. Yang pasti, ia menegaskan tidak ada kerusakan signifikan pada fasilitas rumah sakit akibat insiden kericuhan tersebut, memberikan jaminan akan kelancaran operasional. “Tidak ada kerusakan imbas unjuk rasa,” tegasnya.
Aksi demonstrasi yang berujung ricuh ini sendiri bermula sebagai ekspresi solidaritas atas meninggalnya Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online (ojol), dalam sebuah demonstrasi di Jakarta. Gelombang kemarahan dan empati memicu massa untuk berkumpul di depan Mapolresta Malang Kota.
Pada mulanya, unjuk rasa yang dimulai sekitar pukul 18.30 WIB ini berlangsung kondusif. Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Nanang Haryono, bahkan menunjukkan inisiatif dengan beberapa kali menemui massa, berupaya membangun dialog dan menjaga situasi tetap terkendali.
Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Sekitar pukul 21.58 WIB, suasana berubah drastis menjadi kericuhan. Pelemparan botol dan batu silih berganti, disusul dengan pembakaran water barrier serta spanduk, dan vandalisme berupa coretan di dinding gerbang Mapolresta menjadi penanda pecahnya ketegangan yang tak terhindarkan.
Puncaknya, sekitar pukul 23.00 WIB, aparat Brimob tiba di lokasi. Mereka kemudian melepaskan tembakan gas air mata ke arah kerumunan untuk secara paksa membubarkan massa yang semakin tak terkendali, mengakhiri malam demonstrasi penuh gejolak di Malang. (mcr12/jpnn)