
Menteri Sosial sekaligus Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Saifullah Yusuf atau yang akrab disapa Gus Ipul, menyampaikan kabar gembira yang menjadi kado istimewa bagi seluruh santri di Indonesia. Beliau mengungkapkan bahwa kelahiran Direktorat Jenderal Pesantren merupakan sebuah inisiatif berharga dari Presiden Prabowo Subianto, yang rencananya akan diresmikan pada peringatan Hari Santri Nasional 2025.
Dengan bangga sebagai seorang santri, Gus Ipul menyatakan rasa hormat dan apresiasi setinggi-tingginya kepada Presiden Prabowo Subianto atas gagasan pembentukan Direktorat Jenderal Pesantren ini. “Ini adalah kado dari Presiden untuk dunia pendidikan pesantren,” ujarnya, menegaskan makna mendalam di balik pengakuan tersebut.
Langkah progresif Presiden Prabowo ini, menurut Gus Ipul, menandai sebuah era baru dalam kebijakan nasional terhadap dunia pesantren. Ditjen Pesantren tidak hanya akan berfungsi sebagai institusi administratif semata, melainkan menjadi simbol kuat dari pengakuan negara atas peran fundamental pesantren dalam membentuk karakter, moral, dan kemandirian bangsa secara keseluruhan.
Transformasi ini menegaskan bahwa pesantren kini diakui tidak hanya sebagai lembaga pendidikan keagamaan, tetapi juga sebagai pusat peradaban yang hidup, pendorong pemberdayaan sosial, ekonomi, dan tulang punggung kemandirian umat. Dengan demikian, negara kini hadir lebih dekat ke pesantren, memberikan dukungan struktural, alokasi anggaran yang memadai, serta kebijakan berkelanjutan demi kemajuan mereka.

Gus Ipul menilai, inisiatif monumental ini sangat selaras dengan jiwa dan semangat Hari Santri yang berakar kuat pada nilai-nilai perjuangan dan pengabdian tulus. Sejak dikumandangkannya Resolusi Jihad 22 Oktober 1945, para santri telah membuktikan dengan nyata dedikasi mereka bahwa cinta tanah air adalah bagian tak terpisahkan dari iman yang mereka pegang teguh.
“Santri adalah penjaga akhlak bangsa, benteng moral yang kokoh di tengah arus zaman yang seringkali kehilangan arah. Mereka membangun negeri ini bukan dengan kebencian, melainkan dengan kasih dan ilmu yang murni dan luhur,” tegasnya, menggambarkan esensi dari peran historis dan kontemporer santri.
Dalam kesempatan yang berharga ini, Gus Ipul juga mengingatkan bahwa semangat luhur para santri kini telah menyatu dalam arah kebijakan negara, yakni membangun dengan keberpihakan yang jelas dan menolong sesama dengan kasih sayang tulus. Ini mencerminkan sinergi harmonis antara nilai-nilai pesantren dan visi pembangunan nasional.
Dengan harapan besar, Gus Ipul berharap momentum Hari Santri akan menjadi peneguhan tekad bagi seluruh elemen bangsa untuk terus mengabdi dan berkontribusi secara nyata demi kemajuan Indonesia. “Menjadi santri di mana pun kita berada berarti menjaga akhlak, memperkuat keadilan sosial, dan terus berbuat baik untuk sesama,” pungkas Gus Ipul, memberikan pesan inspiratif yang relevan sepanjang masa.



