Harga ayam hidup melesat, laba Japfa Comfeed (JPFA) diproyeksi naik signifikan

Posted on

caristyle.co.id  JAKARTA. Prospek saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dinilai masih menarik. Ini sejalan dengan tren harga ayam hidup yang terus naik. 

Analis Maybank Sekuritas Indonesia Paulina Margaret dalam riset yang dirilis pada 19 Desember 2025 memaparkan jika ia  mempertahankan rekomendasi beli saham JPFA dengan target harga baru di Rp 3.200. Proyeksi ini naik 15% dari sebelumnya. Ini dengan asumsi PER di tahun 2026 8,2 kali (+0,2 standar deviasi dari rata-rata tiga tahun). 

Senin (22/12/2025) harga saham JPFA turun 1,85% di level Rp 2.650 per saham.

“Prospek positif JPFA didorong oleh harga ayam hidup yang lebih kuat setelah kuota Grand Parent Stock (GPS) 2024 dipangkas, serta permintaan tambahan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG),” papar Paulina dalam riset. 

Industri Semen Diproyeksi Pulih pada 2026, Intip Prospek SMGR dan INTP

Seiring prospek harga ayam hidup yang lebih tinggi, JPFA menaikkan estimasi laba per saham (EPS) tahun 2025 hingga 2027 sebesar 4%–8%. “JPFA tetap menjadi top pick sektor unggas, didukung valuasi menarik sebesar 6,9x PER tahun 2026 lebih rendah dibanding CPIN 16,2x,” jelas Paulina. 

Dia juga menyebut, ada potensi imbal hasil dividen yang lebih tinggi dari JPFA sebesar 5,8% dibanding CPIN 3,2%. Namun menurut dia, risiko utama adalah kenaikan biaya input yang lebih tinggi dari perkiraan dan harga ayam hidup yang lebih rendah dari ekspektasi.

Menurut Paulina, harga ayam hidup secara nasional stabil di Rp 24.853 per kg per 15 Desember 2025 didukung pengurangan kuota GPS tahun 2024 menjadi 530.000 ekor, turun 21% secara tahunan. Berdasarkan diskusi dengan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (PINSAR) harga diperkirakan tetap di atas Rp 21.000/kg hingga akhir tahun. Ini seiring kuota GPS yang lebih ketat dan dukungan permintaan dari MBG. 

“Untuk tahun 2025, kuota GPS dinaikkan menjadi 560.000 untuk mengantisipasi permintaan MBG yang lebih tinggi, sehingga proyeksi penjualan bersih tahun 2025 hingga 2027 dinaikkan 2%–4%,” ujar Paulina.

Jumlah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) saat ini beroperasi sebanyak 17.500 diperkirakan meningkatkan permintaan unggas 18% secara tahunan pada 2026, dan bisa mencapai sekitar 36% ketika 35.000 SPPG terealisasi penuh. Pertumbuhan jumlah SPPG menunjukkan implementasi MBG secara nasional berjalan cepat. “Alokasi anggaran negara tahun 2026 sebesar Rp 335 triliun untuk MBG menunjukkan komitmen pemerintah yang kuat, menjadikan program ini katalis penting bagi sektor unggas,” tutur Paulina. 

Inisiatif produk konsumen JPFA menurut Paulina ikut perkuat kualitas laba yang diperoleh perusahaan ini. “JPFA meningkatkan fokus pada produk konsumen melalui penetrasi produk yang lebih dalam, jangkauan distribusi lebih luas, serta eksekusi branding dan go-to-market yang lebih ketat,” kata Paulina. 

Diversifikasi Astra International (ASII) ke Sektor Kesehatan Dinilai Menjanjikan

Menurut dia, produk konsumen diperkirakan menyumbang sekitar 17% dari penjualan tahun 2026 dan terus tumbuh di atas 20% secara tahunan. Segmen ini menurut dia membantu margin JPFA lebih stabil dan arus kas yang lebih konsisten, sekaligus memperkuat posisi kompetitif di kategori nilai tambah hilir. 

Hingga akhir tahun 2025, pendapatan dan laba bersih masing-masing akan mencapai Rp 65,33 triliun dan Rp 3,63 triliun. Di tahun 2026, pendapatan Japfa akan mencapai Rp 79,81 triliun dengan laba bersih Rp 4,69 triliun. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *