Isu aliran modal asing keluar dari Indonesia atau yang dikenal dengan istilah capital outflow kembali menjadi sorotan utama di tengah dinamika ekonomi Indonesia. Bank Indonesia (BI) mencatat, pada pekan keempat Agustus 2025, tepatnya antara tanggal 25 hingga 28 Agustus, total modal asing yang meninggalkan Tanah Air mencapai Rp 250 miliar.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Junanto Herdiawan, menjelaskan bahwa berdasarkan data transaksi pada periode tersebut, investor asing atau nonresiden secara agregat melakukan jual neto di pasar keuangan domestik sebesar Rp 0,25 triliun. Angka ini mengindikasikan pergerakan signifikan dari portofolio investasi mereka di Indonesia.
Lebih lanjut, Junanto merinci struktur jual neto tersebut, di mana investor asing mencatatkan jual neto di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) senilai Rp 10,79 triliun. Namun, di sisi lain, terjadi geliat beli neto di pasar saham sebesar Rp 2,62 triliun dan di pasar Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp 7,93 triliun. Keterangan ini disampaikan Junanto melalui pernyataan tertulis yang dikutip pada Sabtu (30/8).
Secara kumulatif, sepanjang tahun 2025 hingga 28 Agustus, posisi investor asing di pasar keuangan domestik menunjukkan tren jual neto di dua sektor utama. Mereka tercatat melakukan jual neto sebesar Rp 48,01 triliun di pasar saham dan Rp 94,28 triliun di SRBI. Berbeda halnya dengan pasar SBN yang menjadi tujuan beli neto dengan total mencapai Rp 76,44 triliun. Menanggapi kondisi ini, Junanto menegaskan komitmen kuat Bank Indonesia untuk terus menjaga stabilitas ekonomi nasional.
“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait, serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” ujar Junanto, menekankan pentingnya sinergi dalam menghadapi berbagai gejolak ekonomi, baik global maupun domestik.
Di sisi lain, pergerakan di pasar saham juga menunjukkan dinamika tersendiri. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan periode 25-29 Agustus 2025 mengalami koreksi tipis 0,36 persen. IHSG ditutup di level 7.830,493, menurun dari posisi pekan sebelumnya yang berada di 7.858,851.
Penurunan IHSG ini terjadi setelah sempat menyentuh level tertinggi baru di angka 8.022 pada Kamis (28/8). Pelemahan indeks diyakini kuat dipicu oleh memanasnya situasi politik dalam negeri. Aksi demonstrasi besar-besaran di kompleks Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang dimulai sejak Kamis berlanjut hingga Jumat (29/8) malam, menciptakan atmosfer ketidakpastian di kalangan investor.
Ketegangan politik kian meningkat pasca insiden tragis pada Kamis malam, ketika sebuah kendaraan taktis (rantis) polisi melindas seorang sopir ojek online bernama Affan Kurniawan (21) hingga meninggal dunia. Peristiwa memilukan ini sontak memicu gelombang protes massal yang terus berlanjut sepanjang hari Jumat, menambah tekanan pada iklim investasi dan sentimen pasar.
Meskipun IHSG menunjukkan pelemahan, terdapat indikator positif lain di pasar saham. Kapitalisasi pasar justru mencatat peningkatan 0,36 persen, naik dari Rp 14.131 triliun di pekan sebelumnya menjadi Rp 14.182 triliun.
Kautsar Primadi Nurahmad, Sekretaris Perusahaan BEI, menambahkan bahwa aktivitas transaksi pasar juga menunjukkan tren yang menggembirakan. “Rata-rata frekuensi transaksi harian selama pekan ini mengalami peningkatan signifikan, sebesar 8,80 persen menjadi 2,31 juta kali transaksi dari 2,12 juta kali transaksi pada pekan lalu,” pungkas Kautsar pada Sabtu (30/8), mengindikasikan minat pasar yang tetap tinggi meskipun ada koreksi pada indeks utama.