caristyle.co.id, JAKARTA — IHSG jeblok tajam pada perdagangan Jumat (29/8/2025), ditutup melemah 1,53% di level 7.830,49. Meskipun masih berada di zona hijau secara year to date (ytd) dengan kenaikan 10,63% sejak awal tahun, penurunan ini memicu kekhawatiran akan pelemahan berkelanjutan pekan depan, terutama di tengah gejolak demonstrasi yang semakin memanas.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat net sell asing mencapai Rp1,12 triliun pada perdagangan Jumat, menambah total net sell ytd menjadi Rp50,94 triliun. Kondisi ini semakin memperkuat sentimen negatif di pasar.
Penurunan IHSG terjadi di tengah demonstrasi besar-besaran yang berlangsung hingga Kamis malam. Tragedi tewasnya seorang pengemudi ojek online (ojol) yang terlindas mobil rantis polisi memicu kemarahan publik dan berujung pada aksi massa ke Mako Brimob Kwitang Jumat dini hari. Lebih jauh lagi, amarah meluas hingga terjadi penjarahan rumah sejumlah anggota DPR RI dan rumah Menteri Keuangan Sri Mulyani.
M. Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, mengatakan bahwa terlepas dari gejolak politik, kinerja IHSG di bulan September selama lima tahun terakhir secara historis cenderung bearish. Ia memprediksi, jika IHSG konsisten berada di bawah level 7.750, potensi bearish consolidation phase akan terbuka lebar. Gejolak politik saat ini, menurut Nafan, akan semakin mempengaruhi IHSG. Namun, BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perlu mengambil langkah mitigasi, seperti trading halt jika terjadi panic selling. OJK juga perlu memperkuat Self Regulatory Organization (SRO) agar tetap berfungsi optimal di tengah kondisi politik dan keamanan yang kurang kondusif.
Pandangan serupa diungkapkan oleh Ibrahim Assuaibi, pengamat pasar uang. Ia menilai memanasnya situasi politik, terutama dengan potensi demo susulan di September dan pernyataan pemerintah untuk memerintahkan TNI dan Polri memukul mundur pelaku demonstrasi anarkis, akan membuat pelaku pasar cenderung apatis. Ibrahim memperkirakan IHSG akan melanjutkan pelemahan pekan depan, dengan potensi penurunan maksimal 5%.
Di sisi lain, Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menyatakan bahwa fundamental pasar modal Indonesia masih solid dan BEI tidak berencana melakukan penyesuaian aturan. Ia menekankan bahwa pengawasan dan operasional bursa tetap berjalan sesuai prosedur. Yang terpenting, investor diharapkan tetap rasional dalam pengambilan keputusan investasi agar gejolak jangka pendek tidak menimbulkan kepanikan.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.