JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tampil perkasa, melaju lebih dari 1% pada sesi perdagangan pertama Selasa pagi. Kenaikan signifikan ini didorong oleh sentimen positif yang merata di sebagian besar pasar Asia-Pasifik, memberikan dorongan kuat bagi bursa domestik.
Data perdagangan menunjukkan dominasi kekuatan beli, dengan 592 saham berhasil membukukan kenaikan, sementara hanya 105 saham yang melemah, dan 105 saham lainnya stagnan. Aktivitas transaksi cukup ramai, mencatatkan total volume perdagangan mencapai 21 miliar saham dengan nilai fantastis sebesar Rp 8,6 triliun.
Momentum positif IHSG diperkuat oleh partisipasi aktif dari seluruh 11 sektor indeks. Tiga sektor menjadi motor penggerak utama dengan kenaikan paling mencolok: IDX-Basic memimpin dengan 3,3%, diikuti oleh IDX-Industry yang melonjak 3,03%, dan IDX-Property yang menguat 2,12%.
Di antara saham-saham unggulan LQ45, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menjadi bintang dengan lonjakan 6,88% mencapai Rp 3.420. Kinerja impresif juga ditunjukkan oleh PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) yang menguat 4,63% ke level Rp 1.695, serta PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang melesat 4,02% menjadi Rp 2.590.
Namun, tidak semua saham mencatatkan performa serupa. Beberapa emiten LQ45 harus menghadapi tekanan jual, di antaranya PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) yang melemah 2,10% ke Rp 1.165, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) terkoreksi 1,39% menjadi Rp 2.130, dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang turun tipis 0,85% ke Rp 1.165.
Sementara itu, pergerakan pasar saham di kawasan Asia-Pasifik menunjukkan dinamika yang beragam. Investor mencermati perkembangan dari pertemuan para pemimpin Shanghai Cooperation Organization (SCO) di Tianjin, di tengah bayang-bayang ketidakpastian tarif global yang terus membebani sentimen pasar.
Ketidakpastian ini diperparah oleh keputusan pengadilan banding federal AS pada Jumat lalu yang menyatakan sebagian besar kebijakan tarif global Presiden Donald Trump adalah ilegal. Sorotan juga tertuju pada India, menyusul pernyataan Trump di Truth Social yang mengklaim India menawarkan penghapusan tarif impor AS menjadi nol. Trump menyikapi tawaran tersebut dengan skeptis, menyatakan, “Mereka kini menawarkan untuk menghapus tarif, tapi ini terlambat. Seharusnya dilakukan bertahun-tahun lalu,” seraya menambahkan bahwa hubungan AS dengan India masih dianggap “sepihak.”
Meski demikian, beberapa bursa regional berhasil menunjukkan kinerja positif. Indeks Nifty 50 India terpantau cenderung datar, sementara BSE Sensex berhasil naik tipis 0,18%. Di Jepang, optimisme tercermin dari penguatan Nikkei 225 sebesar 0,47% dan Topix yang bertambah 0,73%. Korea Selatan juga menikmati kenaikan, dengan Kospi melonjak 0,86% dan Kosdaq 0,83%, didukung oleh data inflasi yang melandai; indeks harga konsumen (CPI) Agustus tercatat 1,7% secara tahunan, lebih rendah dari 2,1% pada Juli.
Namun, tidak semua pasar mengikuti tren serupa. Indeks Hang Seng di Hong Kong justru terkoreksi 0,61%, dan CSI 300 China daratan melemah 0,91%. Sementara itu, S&P/ASX 200 Australia menutup sesi pagi dengan cenderung datar, setelah sebelumnya sempat memangkas kerugian.
Dari Australia, terdapat kabar terkait regulasi dan ekonomi. Australian Securities and Investments Commission (ASIC) menjatuhkan denda sebesar AU$3,88 juta (setara US$2,52 juta) kepada Societe Generale Securities Australia. Denda ini diberikan karena kegagalan perusahaan dalam mencegah 33 pesanan mencurigakan di pasar berjangka listrik dan gandum dalam periode Mei 2023 hingga Februari 2024. Di sisi ekonomi makro, neraca transaksi berjalan Australia untuk kuartal April–Juni mencatat defisit AU$13,7 miliar, yang merupakan perbaikan signifikan dibandingkan defisit AU$14,7 miliar pada kuartal sebelumnya dan lebih baik dari perkiraan pasar yang mencapai AU$16 miliar.
Melengkapi gambaran pasar global, harga komoditas emas kembali bersinar. Emas berhasil menguat 0,54% ke level US$3.494,87 per ons, bahkan sempat menyentuh rekor tertinggi baru di angka US$3.503,32.