Insentif BI Rp36,38 T: Bank Ramai-Ramai Danai Proyek Hijau?

Posted on

Bank Indonesia (BI) terus memantapkan komitmennya dalam memperkuat praktik keberlanjutan dan transisi menuju ekonomi hijau. Salah satu langkah nyatanya adalah melalui kebijakan makroprudensial yang memberikan insentif bagi perbankan yang aktif menyalurkan pembiayaan ke sektor-sektor berkelanjutan. Upaya ini menjadi bagian integral dari strategi besar untuk mewujudkan sistem keuangan nasional yang lebih ramah lingkungan, sekaligus mendukung pembangunan jangka panjang yang berkelanjutan.

Hingga 1 November 2023, Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, mengungkapkan bahwa insentif makroprudensial yang telah dikucurkan kepada perbankan mencapai angka yang signifikan, yaitu Rp36,38 triliun. Lebih dari sekadar insentif, BI juga aktif mendampingi 159 UMKM hijau melalui berbagai program pengembangan usaha dan fasilitasi *business matching* pembiayaan. Tujuannya jelas, yaitu untuk mendorong sektor usaha ramah lingkungan agar semakin berkembang dan berdaya saing.

Selain kebijakan moneter yang mendukung dan pemberian insentif, BI juga berinovasi dengan mengembangkan Kalkulator Hijau. Alat ini berfungsi sebagai panduan terstandar untuk menghitung estimasi emisi dari berbagai aktivitas ekonomi. Dengan adanya Kalkulator Hijau, para pelaku ekonomi diharapkan memiliki acuan yang terukur dalam upaya mereka untuk mereduksi emisi gas rumah kaca.

SPBU Vivo Mulai Jualan BBM Lagi Usai Dipasok Pertamina, Ini Daftar Lokasi yang Masih Punya Stok Bensin RON 92

“Seluruh kebijakan dan inisiatif ini kami susun untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif,” ujar Destry dalam sebuah acara di Bali, (23/11). Pernyataan ini menegaskan bahwa seluruh upaya BI terintegrasi dalam visi besar pembangunan yang berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi semua pihak.

Komitmen BI terhadap kebijakan hijau juga diwujudkan melalui aksi nyata dalam pengurangan dan penyeimbangan emisi karbon. Selain melakukan pembelian kredit karbon sebesar 150 ton CO₂e, BI juga активно melaksanakan penanaman 37 ribu pohon di berbagai wilayah di Indonesia.

“Program tersebut melibatkan seluruh Kantor Perwakilan BI di daerah sebagai upaya bersama untuk berkontribusi pada pengurangan emisi karbon,” tambahnya. Dengan melibatkan seluruh elemen organisasi, BI menunjukkan keseriusannya dalam berkontribusi pada upaya mitigasi perubahan iklim.

Lebih lanjut, BI terus berupaya memperkuat pemahaman tentang kredit karbon, mengingat mekanisme ini merupakan salah satu instrumen penting dalam transisi menuju ekonomi hijau. Kredit karbon, sebagai sertifikat yang merepresentasikan penyerapan emisi gas rumah kaca sebesar 1 ton CO₂e, diberikan kepada proyek-proyek yang terbukti menurunkan emisi, seperti proyek energi terbarukan dan penanaman pohon. Perusahaan-perusahaan dapat membeli kredit karbon melalui Bursa Efek Indonesia untuk mengimbangi emisi yang mereka hasilkan, sebuah langkah penting dalam mengurangi jejak karbon mereka.

Wajah Baru Stasiun Rangkasbitung Lebak Usai Revitalisasi: Modern, Megah, Sarat Kearifan Lokal Baduy

Konsep *carbon offset* juga diperkenalkan secara lebih luas kepada pelaku usaha dan masyarakat sebagai cara untuk mengurangi jejak karbon dari aktivitas ekonomi maupun konsumsi harian. Dengan kombinasi kebijakan yang komprehensif, pendampingan yang berkelanjutan, insentif yang menarik, dan aksi nyata di lapangan, BI berharap ekosistem keuangan nasional dapat semakin adaptif terhadap prinsip keberlanjutan. Harapannya, hal ini akan mendukung terciptanya ekonomi hijau yang inklusif dan berdaya saing, membawa manfaat bagi generasi sekarang dan mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *