
Banjir dan longsor di Sumatra telah mengubah lanskap jalur sungai. Air yang mengalir dari hulu perbukitan melalui sungai, kini sudah berdampingan dengan perumahan penduduk. Wilayah ini menjadi rawan banjir susulan usai BMKG memperingatkan hujan lebat hingga sepekan ke depan.
Di Kelurahan Hutanabolon, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, banjir dan longsor pada akhir November lalu telah mengubah jalan aspal sekitar tiga kilometer menjadi sungai dadakan saat hujan turun.
Di wilayah berpopulasi 3.000 jiwa, sebagian warganya masih bertahan di rumah meskipun dihadapkan ancaman banjir susulan. Mereka yang semula menyaksikan sungai jauh di belakang, sudah bergeser di depan mata.
Di tengah situasi ini, BMKG mengeluarkan peringatan hujan lebat akan kembali melanda Sumatra beberapa hari ke depan.

Delinca Pangabean, mendorong lumpur dari dalam rumah dengan batang kayu yang dirangkai sederhana.
Perempuan 60 tahun sesekali menyeka keringat dari kening, sambil kembali mendorong-dorong lumpur dari ruang tamu. Upaya berulang membuat warna putih lantai mulai kelihatan.
“Bersihkan. Masuk lagi. Bersihkan. Masuk lagi. Semalam lah [hujan] yang paling parah,” kata Delinca yang tinggal di Lorong 1, Hutanabolong, Kecamatan Tukka, Tapanuli Tengah, Senin pagi (08/12).

Aktivitas ini hampir tiap hari dilakukan Delinca, setidaknya sejak banjir dan longsor besar yang melanda sebagian wilayah Sumatra pada akhir November lalu.
“Terus lumpur masuk lagi ke dalam. Sampai ke dapur. Coba tengok bapak ke dapur.”
Di dapur, lumpur masih di mata kaki. Kulkas terguling, kursi-kursi belepotan lumpur kering, dan terdapat dua karung padi yang diletakkan lebih tinggi.
“Itu [stok] padiku, ikut kena juga,” telunjuk Delinca mengarah ke dua karung padi. “Sawah kami sudah hancur.”
Lumpur yang masuk ini dibawa oleh aliran air dari jalanan di depan rumah. Setiap hujan datang, jalan beraspal tenggelam, berubah menjadi aliran sungai. Arus air membawa lumpur ke dalam rumah penduduk.

Delinca adalah sebagian dari penduduk di wilayah ini yang tetap bertahan tinggal di rumah. Sebagian lainnya sudah meninggalkan rumahnya tenggelam dengan lumpur.
“Cuma aku sendiri sama cucuku di sini tinggal,” katanya.
“Aku bertahan di sini, kayak gini, biarlah Tuhan… Kalau mati, mati di sini aku. Aku nggak tahan balik-balik [posko pengungsian] jalan ke sana, ke sini”.

Namun, pada saat air cukup tinggi, Delinca mengungsi ke rumah anaknya yang berada “di belakang”.
Warga lain yang masih bertahan di rumahnya adalah Lanaria Tambunan. Perempuan yang sudah berusia lanjut ini mengatakan, dia baru akan pergi mengungsi jika ada keputusan dari keluarga besarnya.
“Kalau pindah orang itu, ikut kami,” katanya.

Sebagian jalan beraspal yang membelah Hutanabolon di Kecamatan Tukka sudah berubah menjadi jalur sungai. Setelah banjir dan longsor besar akhir November lalu, aliran sungai pecah.
Air yang tak tertampung membuat jalurnya sendiri menempati lapangan, perkebunan, sampai perumahan warga.
Saat BBC News Indonesia berada di Hutanabolon, hujan dengan intensitas sedang yang berlangsung berjam-jam telah membuat jalanan tenggelam. Arusnya bisa menggoyahkan pijakan kaki.

Rumah warga di kiri-kanan jalan ikut terdampak. Bahkan, lumpur yang mereka kumpulkan berkarung-karung di depan hunian, tak mampu menahan laju air.
Anwar Pangabean koordinator dapur umum Lorong 2 Hutanabolon menilai kondisi wilayahnya “sangat rawan” banjir karena “curah hujan masih sangat sering”.
“Tiap hari hujan deras,” katanya.
“Aliran sungai yang mengarah ke pemukiman yang tersisa, kita selalu siaga 1 hampir tidak terarahkan.”

Pinta warga kepada pemerintah adalah segera mengerahkan alat berat dan mengembalikan aliran air dari jalan ke sungai.
“Kita butuh alat yang maksimal, yang produktif. Ini sudah hampir 12 hari, alatnya baru masuk hari ini. Memang lambat sekali,” katanya saat ditemui BBC News Indonesia, Senin (08/12).
Tukka adalah satu dari delapan kecamatan di Tapanuli Tengah yang terdampak parah banjir dan longsor. Di Hutanabolon, listrik masih padam sampai Rabu (10/12), dan sinyal komunikasi timbul-tenggelam.
Ancaman cuaca ekstrem terbaru
Ancaman banjir bukan isapan jempol. BMKG meramal potensi hujan deras masih akan mendera sebagian wilayah Sumatra beberapa hari ke depan.
Cuaca ekstrem diperkirakan akan terjadi pada Rabu (10/12). Peringatan ini lantaran ada bibit siklon tropis 91S yang berpengaruh membentuk awan hujan di barat Indonesia.
Sumatra Utara dan Sumatra Barat diperkirakan akan terdampak hujan lebat. Dua wilayah ini masih dalam tahap pemulihan pascabanjir dan longsor hebat akhir November lalu.
Pemkab Tapanuli Tengah melaporkan, Hutanabolon di Kecamatan Tukka hanya satu dari delapan kecamatan yang terdampak paling parah dari banjir dan longsor.
Kecamatan lainnya adalah Sitahuis, Tapian Nauli, Kolang, Sorkam, Pasaribu Tobing, Sosor Gadong, dan Manduamas.
Bupati Tapanuli Tengah, Masinton Pasaribu, mengaku sudah kehabisan alat berat. Kata dia, sebanyak 24 unit alat berat milik Pemkab Tapanuli Tengah dan swasta di wilayah ini diklaim telah dikerahkan untuk keperluan pascabencana. Misalnya, membuka jalur yang terisolir sampai pencarian korban hilang.
“Dan kami sekarang sedang upaya menyewa alat berat, untuk mempercepat menggeser kayu-kayu yang ada di sungai tadi, agar sungai tersebut alirannya normal kembali,” katanya.

Penyewaan alat berat tambahan dari luar daerah ini akan diusulkan ke pemerintah pusat karena “APBD enggak cukup”.
Setelah tambahan alat berat sudah terealisasi, berikutnya adalah normalisasi sungai yang mengalami pendangkalan karena lumpur.
“Selain normalisasi, tentu harus dibangunkan tanggul, terutama daerah-daerah pemukiman agar airnya tidak meluap,” kata Masinton.
Ia juga mengajukan rencana pembenahan bagian hulu yang melibatkan pemerintah pusat untuk menertibkan perkebunan sawit.
“Menertibkan perusahaan hutan dan alih fungsi hutan, dan alih fungsi bukit juga. Karena itu banyak pohonnya ditebangin, tanamin sawit,” jelasnya.

“Menurut saya harus ada upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah [pusat] untuk melakukan pencegahan dan bila perlu melakukan penindakan itu terhadap pelaku-pelaku yang menanam sawit di hutan dan nggak ada izinnya semua itu,” kata Masinton.
Pemkab Tapanuli Tengah memperpanjang masa tanggap darurat tahap ke-2, hingga 14 hari ke depan, setelah banjir dan longsor besar pada 25 November.
“Karena masih ada korban yang belum bisa ditemukan. Masih dalam pencarian. Kemudian ada 19 desa yang masih status terisolir, belum bisa diakses,” katanya.
‘Kami butuh tambahan relawan’
Tokoh pemuda di Tapanuli Tengah, Lodewik Marpaung, yang ikut terlibat dalam penanganan pascabencana, mengatakan kehadiran relawan dari luar wilayahnya sangat dibutuhkan.
“Kalau kita mengharapkan relawan lokal hari ini, dia pun masih mikirin bagaimana hidupnya, bagaimana rumahnya yang rusak,” katanya.
Ia bilang, relawan tambahan dibutuhkan untuk membantu warga menemukan anggota keluarganya yang masih hilang, membenahi kayu-kayu gelondongan-batu-lumpur, membersihkan rumah, hingga membuka jalur yang masih terisolir. Kehadiran alat berat di lokasi terdampak juga dibutuhkan.

Kebutuhan warga lainnya dalam bentuk barang bisa berupa makanan, pakaian, pakaian dalam, kebutuhan bayi dan anak, sepatu boot, serta senter untuk penerangan malam hari.
“Jadi artinya kita membutuhkan hari ini memang perhatian semua pihak. Kita minta banyak relawan turun dan alat-alat berat diturunkan agar akses ini terbuka,” kata Lodewik.
Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga sempat dinyatakan sebagai dua wilayah yang “membutuhkan perhatian serius” oleh BNPB. Badan ini melaporkan di dua wilayah Sumatra Utara ini terdapat 163 korban meninggal, dan 96 orang lainnya masih dalam pencarian.

Secara umum, BNPB melaporkan banjir dan longsor yang melanda Sumatra Utara, Sumatra Barat dan Aceh telah menelan 969 korban jiwa, 262 korban hilang, dan 5.000 orang terluka.
Bencana yang terjadi akhir November juga telah membuat 156.900 unit rumah rusak, dan membuat hampir satu juta orang mengungsi.
Dua pekan pasca banjir dan longsor yang menghantam sebagian wilayah Sumatra, kondisi di sebagian wilayah masih porak poranda. Lumpur keluar-masuk rumah, listrik padam, sampah berceceran, pencarian orang hilang belum usai, kayu gelondongan berserakan, dan ancaman penyakit menunggu di depan mata.
- Pascabanjir dan longsor di Sumatra, warga mencuci di parit – Ancaman penyakit menular mengintai
- Pemerintah janji telusuri korporasi yang turut memicu bencana Sumatra – Bagaimana nasib perusahaan yang terafiliasi dengan Prabowo di Aceh?
- Prabowo setuju alokasikan bantuan Rp60 juta per rumah rusak berat akibat banjir Sumatra, apa syaratnya?



