Gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ) secara resmi menyampaikan pandangannya terkait proses perdamaian antara Hamas dan Israel pada Kamis (9/10). Sebagai faksi bersenjata terbesar kedua di Jalur Gaza setelah Hamas, pernyataan PIJ ini memiliki bobot signifikan dalam dinamika regional.
Dalam pernyataannya, PIJ menegaskan bahwa pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel bukanlah sebuah “pemberian” dari pihak mana pun. Sikap ini menyoroti bahwa kesepakatan tersebut adalah hasil dari perjuangan dan negosiasi yang kompleks. Pertukaran tahanan merupakan salah satu poin krusial dalam kesepakatan damai fase pertama, di mana Hamas akan membebaskan 20 sandera Israel yang masih ditahan di Gaza, sebagai imbalan atas pelepasan 2.000 tahanan Palestina oleh Israel.
Meskipun PIJ menolak anggapan bahwa pertukaran ini adalah “pemberian”, mereka tidak memungkiri peran penting pihak internasional dalam memfasilitasi dan mendorong upaya perdamaian di Gaza. Ini menunjukkan pengakuan akan kompleksitas diplomasi yang melingkupi konflik tersebut.
Secara khusus, PIJ menyoroti perlawanan gigih yang telah ditunjukkan oleh milisinya di Gaza, dengan dukungan penuh dari rakyat Palestina, sepanjang pecahnya perang. Mereka menggarisbawahi bahwa keberanian para pejuang di lapangan merupakan faktor penentu dalam situasi ini.
“Kami menekankan pengorbanan besar yang telah dilakukan oleh rakyat Palestina, serta keberanian dan kepahlawanan para pejuang di lapangan yang melawan pasukan musuh dan menunjukkan keberanian yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pertempuran,” demikian kutipan pernyataan PIJ seperti yang dilansir dari Reuters. Organisasi ini juga menambahkan, “Di momen-momen bersejarah ini, rakyat kami tidak akan melupakan para martir agung mereka yang memainkan peran terpenting dalam menjaga keteguhan perlawanan.”
Menariknya, PIJ menunjukkan respons positif terhadap usulan perdamaian Gaza yang pernah disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Bahkan, mereka mendukung langkah Hamas untuk melepaskan sandera Israel demi mewujudkan perdamaian yang berkelanjutan di Gaza.
Jihad Islam sendiri, meskipun skalanya lebih kecil dibandingkan Hamas, dikenal atas sikap dan perjuangannya yang cenderung lebih keras dan militan. Kelompok ini juga pernah terlibat dalam penyanderaan warga Israel sebelumnya. Berbagai laporan sering kali mengaitkan Jihad Islam dengan dukungan dari Iran, negara yang merupakan musuh bebuyutan Israel.
Adapun sayap militer Jihad Islam dikenal sebagai Brigade Al-Quds (atau juga disebut Saraya al-Quds), sementara sayap militer Hamas adalah Brigade Izzuddin Al-Qassam (sering disingkat Brigade Al-Qassam). Identifikasi ini penting untuk memahami struktur dan kekuatan faksi-faksi bersenjata di Gaza.