caristyle.co.id JAKARTA — Kasus keracunan makanan dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menimpa anak-anak sekolah semakin mengkhawatirkan, mendorong Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk mendesak pemerintah melakukan evaluasi menyeluruh. Angka kasus yang terus bertambah, termasuk yang dialami anak PAUD, tidak bisa lagi diabaikan.
Wakil Ketua KPAI, Jasra Putra, menyoroti kerentanan anak-anak, terutama balita, terhadap dampak keracunan makanan. “Pertahanan tubuh anak sekecil itu jauh berbeda dengan orang dewasa. Selain itu, akses untuk memahami kondisi kesehatan anak-anak dari keluarga yang kurang mampu masih sulit. Anak-anak pun sering kali kesulitan menjelaskan kondisi kesehatannya sendiri,” ujar Jasra kepada Bisnis, Minggu (21/9/2025).
KPAI menilai, satu kasus keracunan saja sudah terlalu banyak. Oleh karena itu, KPAI mengusulkan penghentian sementara program MBG. Hal ini perlu dilakukan hingga panduan dan pengawasan yang ditetapkan Badan Gizi Nasional (BGN) berjalan efektif. Jasra menganalogikan percepatan program MBG dengan mengemudikan mobil. Peningkatan jumlah penerima manfaat harus diimbangi dengan pengawasan yang ketat. “Program MBG perlu ‘mengerem’ sejenak untuk mengevaluasi kondisi, memperkuat antisipasi dan pengawasan, terutama jika ingin mencapai target akhir tahun,” tegasnya.
Selain evaluasi program, KPAI juga menekankan pentingnya peningkatan kesadaran dan kepekaan terhadap kesehatan anak di lingkungan sekolah. Petugas sekolah perlu mendapatkan pelatihan khusus, dan sekolah perlu dilengkapi dengan alat-alat kesehatan yang terstandarisasi untuk menangani situasi darurat. “Anak-anak membutuhkan perlindungan ekstra karena daya tahan tubuh mereka belum sekuat orang dewasa,” tambah Jasra.
Hasil survei gabungan KPAI, Cisdi, dan WVI yang melibatkan 1.624 responden anak dan anak disabilitas di 12 provinsi (14 April – 23 Agustus 2025) mengungkapkan temuan yang memprihatinkan. Sebanyak 583 anak mengaku pernah menerima makanan MBG dalam kondisi rusak, berbau, atau basi. Lebih mengejutkan lagi, 11 anak mengaku tetap mengonsumsi makanan yang rusak tersebut.
Survei juga menunjukkan bahwa anak-anak menginginkan perbaikan kualitas makanan, wadah penyajian, dan ketepatan waktu distribusi. Keluhan lain meliputi buah/sayur berulat dan makanan berbau tidak sedap. Terakhir, survei menyoroti pentingnya edukasi gizi bagi siswa, orang tua, dan penyedia layanan MBG. Temuan-temuan ini semakin memperkuat desakan KPAI untuk evaluasi total program MBG agar kasus keracunan serupa tidak terulang.
: Media Asing Soroti Kasus Ratusan Siswa Keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG)
: Kasus Keracunan Bertambah, KSP Qodari: Program MBG Wajib Sempurna
: Ketua KSP Qodari Dukung Menkeu Purbaya Tarik Anggaran MBG Jika Serapan Lambat