
Sebuah insiden ledakan mengejutkan di masjid SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Jumat (7/11), telah melukai puluhan siswa dan memicu penyelidikan intensif dari Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dan Polda Metro Jaya. Peristiwa ini segera direspons dengan pengerahan tim forensik dan Gegana untuk olah tempat kejadian perkara (TKP), mengamankan sejumlah barang bukti krusial seperti serbuk yang diduga bahan peledak dan beberapa dus bergambar pistol yang kini tengah diuji di laboratorium.
Dalam pengembangan kasus yang cepat, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah mengonfirmasi bahwa terduga pelaku ledakan di SMAN 72 adalah salah satu siswa dari sekolah tersebut. Informasi ini disampaikan usai menjenguk korban di RS Islam Cempaka Putih. Pernyataan Kapolri tersebut menegaskan asal terduga pelaku, sementara tim penyidik terus mengumpulkan informasi untuk menjelaskan motif di balik kejadian nahas ini. Polri berkomitmen untuk segera merilis informasi lengkap setelah pengumpulan data selesai, dengan harapan dapat memberikan gambaran yang jelas kepada publik.

Penyelidikan terus berfokus pada pengungkapan motif di balik ledakan SMAN 72 Kelapa Gading, yang dinilai krusial untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. Tim penyidik, bekerja sama dengan berbagai ahli, mendalami berbagai kemungkinan, termasuk faktor pribadi pelaku, dugaan perundungan (bullying) yang mungkin dialami, hingga potensi paparan terhadap konten atau paham radikal. Kapolri menekankan pentingnya mendalami semua aspek ini untuk menjaga anak-anak dan lingkungan sekolah dari ancaman serupa.
Di lokasi kejadian, petugas dari inafis, forensik, dan Gegana berhasil menemukan serbuk yang diduga menjadi bahan pemicu ledakan. Selain serbuk tersebut, sejumlah barang bukti lain, termasuk dus bergambar pistol dan catatan-catatan, juga diamankan. Seluruh bukti ini telah dikirim ke Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri untuk uji ilmiah. Uji laboratorium ini krusial untuk menentukan jenis bahan penyebab ledakan dan memahami mekanisme insiden. Tim gabungan dari Densus 88, Puslabfor, dan Gegana turut menganalisis temuan di lapangan, memastikan tidak ada motif atau jaringan tersembunyi yang terkait dengan ledakan.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo juga menegaskan bahwa dari hasil penyelidikan sementara, pelaku hanya satu orang. Meskipun demikian, pendalaman intensif tetap dilakukan untuk memastikan tidak ada pihak lain yang terlibat atau membantu dalam insiden ini. Penyelidikan mencakup pemeriksaan mendalam terhadap media sosial dan keluarga pelaku untuk mengumpulkan semua informasi pendukung.

Salah satu fokus utama penyelidikan adalah menelusuri kemungkinan terpaparnya terduga pelaku terhadap paham atau konten radikal. Tim memeriksa jejak digital dan tulisan yang ditemukan pada senjata mainan yang diamankan. Penemuan tulisan bernada radikal pada senjata mainan, termasuk slogan ’14 Words’ yang kerap dikaitkan dengan kelompok Neo-Nazi, menjadi bahan pendalaman serius bagi penyidik untuk memahami motif di balik insiden ini. Kapolri juga menyatakan bahwa isu terduga pelaku sebagai korban bullying juga menjadi salah satu informasi yang dikumpulkan dan didalami sebagai bagian dari upaya mengungkap motif. Semua informasi, termasuk temuan di lokasi dan hasil penggeledahan, akan dilengkapi secara resmi.

Sementara itu, kediaman terduga pelaku digeledah selama sekitar tujuh jam oleh pihak kepolisian. Menurut keterangan keluarga, petugas menyita serbuk-serbuk mencurigakan dan dus bergambar pistol. Keluarga menyatakan tidak mengetahui asal-usul barang-barang tersebut. Di sisi lain, kondisi terduga pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta dilaporkan semakin membaik setelah menjalani operasi. Menurut sepupu siswa tersebut, pelaku sudah siuman dan sadar, meski mengalami luka di kepala dan luka bakar serius pada tangan.

Polda Metro Jaya mengonfirmasi bahwa terduga pelaku masih menjalani perawatan intensif di ICU rumah sakit akibat luka yang dialaminya. Luka tersebut berada di bagian kepala dan beberapa bagian tubuh lainnya. Meski kondisinya membaik, pemulihan ini sangat penting agar proses penyidikan dapat berjalan lancar. Polri menegaskan bahwa tim terus bekerja keras, dan peristiwa yang terjadi akan menjadi pelajaran berharga untuk tidak terulang kembali di masa depan, demi menjaga keamanan dan masa depan generasi muda Indonesia.



