Longsor Tambang Grasberg: Freeport Gandeng Ahli, Cari Tahu Penyebab!

Posted on

PT Freeport Indonesia (PTFI) memperkirakan bahwa proses penyelidikan menyeluruh atas insiden longsor di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) di Timika, Papua Tengah, baru akan rampung pada akhir tahun 2025. Prediksi ini disampaikan oleh perusahaan induknya, Freeport McMoran (FCX), menyusul kejadian yang menghebohkan tersebut.

Insiden longsor tambang ini terjadi di area GBC pada Senin, 8 September, ketika sekitar 800 ribu ton material basah secara tiba-tiba masuk ke dalam tambang. FCX menegaskan bahwa peristiwa ini merupakan yang pertama kali terjadi sepanjang sejarah operasional Freeport di Indonesia, menandakan skala dan kompleksitas kejadian yang luar biasa.

“Tim penyelidikan, yang melibatkan para ahli eksternal, akan fokus menganalisis akar masalah serta merumuskan rekomendasi konkret untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang. PTFI mengantisipasi bahwa penyelidikan komprehensif ini akan membutuhkan waktu hingga akhir tahun 2025,” jelas FCX dalam siaran pers yang dikutip pada Jumat, 26 September. Selain itu, PTFI juga aktif berkoordinasi dengan pemerintah Indonesia yang turut melakukan peninjauan mendalam terhadap insiden tersebut. Secara paralel, perusahaan tengah menyelesaikan penilaian kerusakan menyeluruh yang diakibatkan oleh longsor ini pada setiap aspek operasi.

Aspek kemanusiaan menjadi prioritas utama. Hingga saat ini, dari tujuh pekerja yang terjebak di GBC, dua di antaranya telah ditemukan dalam kondisi meninggal dunia pada Sabtu, 20 September. “Freeport menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga korban. Kami terus mengerahkan upaya pencarian secara intensif terhadap lima pekerja lainnya yang masih dinyatakan hilang. Ini tetap menjadi prioritas utama kami,” tegas pihak perusahaan.

Tambang Belum Beroperasi

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia sebelumnya mengonfirmasi bahwa operasional produksi di tambang PTFI masih dihentikan sepenuhnya sejak insiden longsor tersebut terjadi. “Begitu longsor terjadi, saya langsung berkoordinasi dengan manajemen PTFI. Kami sepakat untuk menghentikan seluruh aktivitas produksi dan memfokuskan semua sumber daya, baik tenaga maupun waktu, untuk mencari pekerja yang terjebak di tambang GBC,” kata Bahlil di Kementerian ESDM pada Jumat, 26 September.

Bahlil menghitung, sudah tiga minggu operasional tambang PTFI tidak berjalan, sebuah kondisi yang tentu saja berdampak signifikan terhadap produktivitas dan pendapatan, baik bagi daerah maupun perusahaan. “Sampai hari ini belum ada produksi, fokus kami tetap pada pencarian pekerja yang belum ditemukan,” ujarnya. Lebih lanjut, Bahlil mengaku terus menjalin komunikasi erat dengan Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas, terkait perkembangan situasi. Ia juga telah menurunkan tim khusus yang terdiri dari Direktur Inspektur Tambang dan jajarannya untuk berada langsung di lokasi GBC. “Mereka melaporkan bahwa proses evakuasi masih terus berlangsung dan belum ada aktivitas produksi apapun,” pungkasnya, menegaskan komitmen penuh terhadap keselamatan pekerja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *