40 Tahun Petualangan Super Mario Bros: Dari Jumpman hingga Ikon Global
Tahun 1985 menandai debut Super Mario Bros. di Nintendo Entertainment System (NES) Jepang. Sejak saat itu, lebih dari 40 juta unit terjual di seluruh dunia, menjadikan game ini legenda abadi dalam industri video game. Lebih dari sekadar game, Mario telah menjelma menjadi ikon budaya pop global, melampaui layar televisi dan memasuki dunia mainan, kartu, kimono desainer, film animasi The Super Mario Bros. Movie, dan bahkan taman hiburan.
Perjalanan Mario menuju kesuksesan global dimulai jauh sebelum Super Mario Bros. Nama aslinya bukanlah Mario! Karakter ini pertama kali muncul sebagai Jumpman di game Donkey Kong (1981), karya jenius Shigeru Miyamoto. Jumpman, yang sebelumnya disebut Ossan (“pria paruh baya” dalam bahasa Jepang), bertugas menyelamatkan Pauline dari cengkeraman gorila raksasa tersebut. Nama “Mario” sendiri terinspirasi dari Mario Segale, pemilik gedung tempat Nintendo berkantor di Amerika Serikat.
Miyamoto, sang kreator, membayangkan Mario sebagai karakter yang fleksibel, mampu muncul dalam berbagai game, layaknya Alfred Hitchcock dalam film-filmnya. Desain 8-bit Mario yang sederhana namun ikonik—tubuh tegap, cerah, topi merah, dan kumis—segera dikenali dan disukai banyak orang. Pada game Mario Bros. (1983), profesi Mario berubah dari tukang kayu menjadi tukang ledeng asal Italia yang tinggal di Amerika, sebuah refleksi dari ketertarikan Miyamoto pada komik Barat. Banyaknya pipa dalam game pun merefleksikan perubahan profesi ini.
Kesuksesan Mario, menurut Miyamoto sendiri, terletak pada kesederhanaannya. Aksi-aksi dalam game—melompat, menghindari rintangan—merupakan hal yang universal dan mudah dipahami oleh semua orang. Interaksi sederhana namun responsif antara pemain dan game inilah yang membuat Mario begitu memikat. Meskipun terkesan sederhana, game ini tetap menawarkan tantangan yang mengasyikkan, dan karakter Mario yang “baik hati” namun mampu bertransformasi menambah daya tariknya. Transformasi ini terlihat jelas dalam Super Mario Bros. (1985), di mana kemampuan dan ukuran Mario meningkat seiring perkembangan game.
Sepanjang empat dekade, Mario telah menjelma dalam berbagai wujud fantastis. Ia pernah menjadi tanuki terbang (Super Mario Bros. 3, 1988), lebah (Super Mario Galaxy, 2007), dan kucing (Super Mario 3D World, 2013). Peran Mario juga sangat beragam: dokter (Dr. Mario, 1990), seniman/komposer (Mario Paint, 1992), hingga atlet dalam berbagai game olahraga, bahkan berkolaborasi dengan Sega dalam seri Mario & Sonic at The Olympic Games. Dalam Super Mario Odyssey (2017), topi Mario bahkan memiliki kehidupan sendiri! Karakter-karakter pendukungnya, seperti Luigi, Putri Peach, Yoshi, Donkey Kong, Bowser, dan Wario, meski memiliki game mereka sendiri, tetap didefinisikan oleh hubungan mereka dengan Mario.
Kontribusi musik dan efek suara dari Koji Kondo juga tak bisa diabaikan. Lagu-lagu ikoniknya yang mudah diingat dan pengisi suara Amerika, Charles Martinet, dengan suara khasnya (“Let’s-a-go!”), telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman Mario. Galen Woltkamp-Moon dari London Video Game Orchestra mencatat bahwa musik Mario sangat mudah diakses dan selalu berubah, membuat pemain tetap terlibat.
Adaptasi Mario ke layar lebar memiliki sejarah yang rumit. Film live-action Super Mario Bros. (1993) menuai kegagalan, bahkan disebut Bob Hoskins sebagai “hal terburuk yang pernah saya lakukan”. Film animasi terbaru, meskipun menuai kontroversi terkait pengisi suara Chris Pratt sebagai Mario, mencoba mentransfer pengalaman bermain game ke dalam film, menurut sutradara Aaron Horvarth.
Namun, pengaruh Mario melampaui layar. Ia menginspirasi berbagai karya seni, termasuk instalasi video Super Mario Clouds (2002) karya Cory Arcangel dan game Super Mario Suriah (2015) karya Samir Al-Mutfi yang menggambarkan tantangan pengungsi. Mario bahkan telah masuk ke dalam koleksi museum, diakui sebagai ikon budaya yang signifikan oleh kurator seperti Kristian Volsing dari Young V&A di London.
Mario telah menyatukan berbagai generasi melalui permainan. Karakter yang sederhana namun penuh pesona ini tetap relevan dan abadi, menjadi teman akrab di dunia yang serba cepat dan penuh warna ini.