
Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menyoroti bahwa pergerakan IHSG saat ini diwarnai oleh beragam sentimen. Beberapa di antaranya adalah antisipasi rilis data suku bunga dan industri dari China, serta keputusan moneter krusial dari Bank Indonesia (BI). Selain itu, ekspektasi terhadap laporan kinerja emiten untuk kuartal III-2025 juga menjadi perhatian utama para investor. Namun, Herditya juga mengingatkan, potensi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan fluktuasi harga emas dunia tetap menjadi faktor yang perlu dicermati pasar.
Melengkapi pandangan tersebut, Oktavianus Audi, VP Equity Retail Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, menambahkan bahwa optimisme pasar juga terpicu oleh meredanya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Kondisi makroekonomi global yang membaik ini terbukti mampu menarik minat investor asing, tercermin dari aksi beli bersih fantastis senilai Rp 6,13 triliun di sepanjang pekan, memberikan dorongan positif signifikan bagi IHSG.
Di sisi korporasi, beberapa emiten besar telah menunjukkan performa kinerja yang tangguh. Contohnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang melaporkan kenaikan laba bersih 5,7% secara Year-on-Year (YoY), serta PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dengan peningkatan laba bersih 10,8% YoY. Kontribusi positif juga datang dari ekspektasi pasar terhadap potensi penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), pada pekan mendatang, sebagaimana diungkapkan oleh Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang.
Prospek IHSG juga semakin cerah dengan adanya harapan akan pertemuan antara Presiden AS, Donald Trump, dan Presiden China, Xi Jinping, yang diharapkan dapat meredakan ketegangan hubungan dagang kedua negara adidaya tersebut. Alrich menambahkan, sentimen positif lain datang dari optimisme investor terhadap earning season Kuartal III-2025 dan proyeksi perbaikan ekonomi domestik yang berkesinambungan hingga Kuartal IV-2025.
Adapun fokus utama pasar pada pekan depan akan tertuju pada pertemuan The Fed, dengan konsensus memprediksi penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, menjadikannya 4%. Selain itu, dinamika hubungan AS-China juga akan menjadi sorotan, terutama dengan rencana pertemuan Presiden Trump dan Presiden Xi di Korea Selatan pada Kamis, 30 Oktober 2025. Sebelumnya, investor juga akan memantau hasil pertemuan Menteri Keuangan AS dengan Wakil Perdana Menteri China yang dijadwalkan berlangsung di Malaysia pada Sabtu, 25 Oktober 2025, dan Minggu, 26 Oktober 2025.
Meski demikian, Oktavianus Audi dan Herditya Wicaksana mengingatkan investor untuk tetap waspada terhadap potensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS, serta pergerakan harga komoditas emas dunia yang cenderung masih rawan tekanan. Kedua faktor ini berpotensi memengaruhi sentimen pasar dan turut mengiringi laju IHSG di pekan mendatang.
Rekomendasi Saham
Melihat proyeksi teknikal, Oktavianus Audi memprediksi IHSG akan bergerak di level support 8.271 dan resistance 8.302. Sementara itu, Herditya Wicaksana memperkirakan IHSG akan bergerak dalam rentang yang sedikit lebih lebar, yakni antara 8.220 hingga 8.320. Analisis teknikal dari Alrich Paskalis Tambolang menunjukkan bahwa IHSG membentuk pola candlestick shooting star, mengindikasikan potensi koreksi. Selain itu, indikator Stochastic RSI berpotensi membentuk Death Cross di area pivot. Oleh karena itu, Alrich memproyeksikan IHSG berpotensi menguji level support 8.200 dan resistance 8.300 pada pekan depan.
Berdasarkan sentimen dan proyeksi tersebut, para analis juga memberikan rekomendasi saham pilihan untuk investor. Alrich Paskalis Tambolang merekomendasikan saham RAJA, JSMR, PNLF, INTP, AUTO, dan ESSA untuk dicermati pada Senin, 27 Oktober 2025. Dari Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi menyarankan trading buy untuk saham INET dengan support Rp 270 dan resistance Rp 316, serta speculative buy untuk saham DATA dengan support Rp 5.000 dan resistance Rp 6.400. Sementara itu, Herditya Wicaksana dari MNC Sekuritas merekomendasikan investor untuk mempertimbangkan saham BBTN dalam rentang support-resistance Rp 1.250-1.275, ESSA di Rp 640-665, dan MEDC di Rp 1.435-1.555.



