
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Saham PT Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk (RISE), emiten properti asal Surabaya, kembali menjadi sorotan di lantai bursa. RISE sukses menembus jajaran 10 besar top leaders Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa (18/11/2025), mengindikasikan performa yang mengesankan.
RISE tercatat memberikan kontribusi signifikan sebesar 6,12 poin terhadap pergerakan IHSG. Angka ini menempatkannya hanya satu tingkat di bawah PT Chandra Asri Pasific Tbk (TPIA), yang menyumbang 8,61 poin. Pencapaian ini semakin mengukuhkan posisi RISE sebagai salah satu penggerak utama pasar modal Indonesia.
Sepanjang tahun 2025, RISE secara konsisten menunjukkan performa solid dengan bertengger di daftar top leaders IHSG, mencatatkan total kontribusi sebesar 42,42 poin. Kenaikan harga sahamnya pun terbilang fantastis, melonjak hingga 1.087,80% sejak awal tahun 2025. Lonjakan signifikan ini tentu memicu rasa ingin tahu di kalangan investor dan pengamat pasar.
Dengan reli harga saham yang begitu agresif, pertanyaan pun bermunculan: faktor apa saja yang mendorong kenaikan harga saham RISE? Apakah sektor properti sedang mengalami pemulihan yang lebih kuat dari perkiraan, ataukah kinerja saham RISE didorong oleh serangkaian aksi korporasi yang dilakukan sepanjang tahun ini?
Terkait Gugatan Merek di PN Jakpus, Begini Respon GOTO
Para investor kini menantikan kejelasan mengenai fundamental perusahaan, rencana ekspansi ke depan, serta proyeksi kinerja keuangan menjelang tahun 2026. Dari sisi teknikal, kenaikan harga yang sudah sangat tinggi membuat investor semakin berhati-hati dan mempertimbangkan potensi risiko koreksi jangka pendek.
Herditya Wicaksana, Analis Teknikal MNC Sekuritas, berpendapat bahwa tren kenaikan harga saham RISE masih terjaga.
“Secara teknikal, posisi RISE masih berada dalam fase uptrend, meskipun hari ini disertai dengan tekanan jual,” ungkapnya kepada Kontan, Rabu (19/11/2025).
Herditya juga menyoroti bahwa indikator MACD masih berada di area positif dan berpotensi membentuk golden cross. “Namun, perlu diperhatikan bahwa Stochastic sudah berada di area overbought dan berisiko terkoreksi ke area netral,” imbuhnya.
Untuk strategi investasi, Herditya merekomendasikan speculative buy dengan level support di 11.800 dan resistance di 13.200, dengan target harga di kisaran 13.400 hingga 13.900.
Dengan lonjakan harga yang telah terjadi sepanjang tahun ini, para investor kini menantikan katalis konkret yang dapat menopang pergerakan harga saham RISE di masa depan. Katalis ini diharapkan datang dari berbagai faktor, baik dari sisi fundamental perusahaan, strategi bisnis yang diterapkan, maupun realisasi proyek-proyek properti yang sedang dikerjakan oleh perusahaan.
IHSG Menguat ke 8.395,3 di Pagi Ini (19/11), Top Gainers LQ45: BUMI, KLBF, MBMA



