Rupiah Menguat! Cek Proyeksi Rupiah Besok, 10 November 2024

Posted on

caristyle.co.id JAKARTA. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan dinamika menarik akhir pekan ini. Setelah sempat melemah di awal pekan, rupiah berhasil ditutup menguat tipis, meski secara mingguan, mata uang Garuda masih mencatatkan pelemahan. Untuk pekan mendatang, proyeksi menunjukkan penguatan rupiah yang cenderung terbatas.

Pada penutupan perdagangan Jumat (7/11/2025), rupiah spot tercatat pada level Rp 16.690 per dolar AS. Angka ini menandai penguatan sebesar 0,07% dari posisi sehari sebelumnya di Rp 16.701 per dolar AS. Namun, jika dilihat dalam rentang satu minggu, kinerja rupiah spot kurang memuaskan, karena melemah 0,35% dari penutupan pekan lalu yang berada di Rp 16.631 per dolar AS.

Sejalan dengan penguatan rupiah spot, pergerakan nilai tukar di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan tren serupa. Rupiah Jisdor ditutup di level Rp 16.704 per dolar AS, menguat tipis 0,017% dibandingkan posisi hari sebelumnya di Rp 16.707 per dolar AS. Data ini memperkuat indikasi adanya momentum positif di akhir pekan.

Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menjelaskan bahwa penguatan rupiah di akhir pekan ini didorong oleh sentimen positif pasca pengumuman cadangan devisa Indonesia bulan Oktober 2025. Data cadangan devisa tersebut menunjukkan peningkatan signifikan yang mampu memberikan angin segar bagi pasar keuangan domestik.

Josua merinci bahwa posisi cadangan devisa pada Oktober 2025 meningkat sebesar US$ 1,19 miliar dolar AS. Peningkatan ini, menurutnya, didukung kuat oleh keberhasilan penerbitan global bond dalam berbagai mata uang, yakni Renminbi (RMB), Dolar AS (USD), dan Euro (EUR). Penerbitan global bond ini terbukti efektif dalam menutupi outflow atau arus keluar modal di pasar keuangan domestik yang terjadi sepanjang bulan, khususnya di pasar obligasi. Dengan penguatan cadangan devisa, keyakinan investor terhadap stabilitas nilai tukar rupiah pun meningkat, yang pada gilirannya mendorong penguatan rupiah di sesi penutupan.

Meskipun demikian, Josua juga menyoroti tren pelemahan rupiah sepanjang pekan. Ia mencermati bahwa pergerakan ini dipengaruhi oleh pernyataan dari berbagai pejabat The Fed yang mengindikasikan keraguan terkait kemungkinan pemotongan suku bunga lebih lanjut pada Desember 2025. Isyarat dari The Fed ini cenderung memicu kekhawatiran di pasar global dan memberikan tekanan pada mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

Menatap pekan ke depan, Josua Pardede memproyeksikan bahwa nilai tukar rupiah akan bergerak menguat secara terbatas. Pada Senin (10/11/2025), ia memperkirakan rupiah akan berada dalam rentang Rp 16.625 hingga Rp 16.725 per dolar AS, mencerminkan adanya potensi apresiasi namun dengan ruang gerak yang terkendali.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *