Saham E-Commerce: Peluang di Tengah Persaingan Ketat + Rekomendasi

Posted on

caristyle.co.id – JAKARTA. Sektor e-commerce di Indonesia diproyeksikan akan menunjukkan perbaikan kinerja yang signifikan pada semester II – 2025. Namun demikian, prospek cerah ini diwarnai oleh sejumlah tantangan krusial, mulai dari daya beli masyarakat yang masih menjadi perhatian hingga intensitas persaingan usaha yang kian ketat.

Para analis memberikan pandangan mengenai kondisi terkini dan prospek emiten e-commerce. Irsyady Hanief, Research Analyst Henan Sekuritas, mengungkapkan bahwa PT GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) memasuki paruh kedua tahun 2025 dengan fundamental yang solid. Pada semester I – 2025, GOTO mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 8,55 triliun, tumbuh 10,6% secara tahunan (Year on Year/YoY), didorong oleh kinerja segmen fintech yang melesat 76% YoY, serta sektor mobilitas dan pengiriman.

Peningkatan kinerja GOTO juga terlihat dari kenaikan marjin kotor sebesar 550 basis poin menjadi 57,6%, seiring dengan penurunan biaya penjualan, umum, dan administrasi sebesar 22%. Hal ini berdampak positif pada penyempitan rugi bersih yang signifikan, turun 73,9% menjadi Rp 742 miliar.

Sementara itu, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) berhasil mencetak turnaround dengan membukukan laba bersih sebesar Rp 464 miliar pada semester I – 2025. Pendapatan BUKA juga tumbuh 27,95% YoY mencapai Rp 3,08 triliun, terutama berkat ekosistem mitra dan penjualan produk kebutuhan sehari-hari yang sejalan dengan tren downtrading yang tengah berlangsung. Di sisi lain, PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) juga mencatat pertumbuhan pendapatan pada periode yang sama sebesar 22% YoY, mencapai Rp 9,6 triliun. Meskipun demikian, BELI masih membukukan rugi bersih sebesar Rp 1,25 triliun, menandakan bahwa efisiensi operasional dan perbaikan bauran kategori produk menjadi sangat krusial agar peningkatan skala bisnis tidak menggerus profitabilitas.

Irsyady Hanief menyoroti bahwa tren downtrading berpotensi mengurangi porsi kategori produk bermarjin tinggi dan menekan take rate, terutama saat musim promosi besar seperti 9.9 hingga 12.12, apabila diskon yang ditawarkan tidak dikurasi dengan baik. Penggunaan layanan Buy Now Pay Later (BNPL), meskipun dapat meningkatkan frekuensi transaksi kecil, menuntut pengelolaan risiko kredit dan efisiensi logistik yang lebih cermat.

Bagi GOTO, tantangan utama terletak pada upaya menjaga ekspansi marjin sekaligus mempertahankan volume transaksi di tengah ketatnya kompetisi dari live commerce dan social commerce, serta memastikan kualitas monetisasi dari layanan fintech. Untuk BUKA, profitabilitas yang telah dicapai pada semester I – 2025 perlu dijaga dengan disiplin biaya dan optimalisasi bauran produk harian agar tidak terkikis saat puncak promosi. Fokus pada kualitas pendapatan, menurut Irsyady, jauh lebih penting daripada sekadar mengejar Gross Merchandise Value (GMV). Sementara itu, BELI yang memiliki eksposur lebih besar pada produk-produk berharga tinggi (big ticket items) menjadi lebih sensitif terhadap tren downtrading. Pengendalian Return on Investment (ROI) dari promosi, perbaikan syarat pemasok, percepatan perputaran persediaan, optimalisasi layanan purna jual, serta strategi bundling untuk meningkatkan attach rate menjadi krusial. Hal ini bertujuan untuk memastikan kenaikan take rate tidak tergerus oleh lonjakan retur produk atau subsidi berlebihan.

Pandangan positif datang dari Muhammad Wafi, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia, yang meyakini bahwa ekspansi omnichannel dan kenaikan take rate BELI masih dapat berlanjut. Konsistensi marjin yang dikombinasikan dengan efisiensi biaya operasional menunjukkan kemampuan monetisasi platform yang solid.

Namun, Harry Su, Managing Director Research and Digital Production PT Samuel Sekuritas Indonesia, mengidentifikasi dua tantangan utama yang dihadapi sektor e-commerce. Pertama, langkah agresif yang diambil oleh platform Shopee, termasuk pemberian gratis ongkir untuk kategori “sameday” sejak awal tahun 2025, telah menciptakan tingkat persaingan yang tinggi dan berkepanjangan, mempersulit upaya pencapaian profitabilitas. Kedua, daya beli masyarakat yang masih cenderung rendah menjadi penghambat pertumbuhan Gross Transaction Value (GTV) di tengah upaya emiten untuk mengurangi insentif kepada pelanggan.

Menanggapi kondisi makroekonomi, Irsyady mencatat bahwa tingkat inflasi Juli yang mencapai 2,37% (naik dari 1,87% di Juni) dan Consumer Confidence Index (CCI) di angka 118,1 (naik dari 117,8) umumnya mendorong peningkatan frekuensi transaksi namun cenderung menahan Average Order Value (AOV). Indeks Penjualan Riil (IPR) yang naik 4,8% secara tahunan tetapi turun sekitar 4% secara bulanan, dengan pendorong utama berasal dari sektor makanan/minuman, suku cadang, dan BBM, mengindikasikan fokus masyarakat pada kebutuhan harian. Irsyady menambahkan bahwa pemangkasan BI-Rate menjadi 5,00% berpotensi lebih dulu mengangkat konsumsi esensial sebelum beralih ke konsumsi diskresioner.

Di level emiten, Irsyady melihat katalis utama untuk kinerja semester II – 2025 berasal dari konsistensi ekspansi marjin dan kontribusi fintech dalam monetisasi GOTO, keberlanjutan laba dan stabilitas take rate pada kategori harian BUKA, serta penurunan biaya pemenuhan per pesanan untuk BELI. Pada akhirnya, elastisitas penjualan selama periode promosi 10.10 hingga 12.12 akan menjadi ujian seberapa jauh promo dapat meningkatkan volume transaksi tanpa mengikis profitabilitas. Harry Su juga menyoroti sentimen penting lainnya, yaitu ekspektasi penurunan suku bunga di masa depan. Hal ini diharapkan dapat memberikan stimulus positif bagi daya beli masyarakat, yang pada gilirannya akan membuka ruang bagi pertumbuhan GTV pada platform e-commerce.

Berdasarkan analisis tersebut, Harry merekomendasikan buy saham GOTO dengan target harga Rp 80 per saham, sell saham BUKA dengan target harga Rp 110 per saham, dan buy saham BELI dengan target harga Rp 495 per saham. Sementara itu, Irsyady merekomendasikan buy untuk BUKA dengan target harga Rp 179 – Rp 180 per saham, dan Wafi merekomendasikan buy saham BELI dengan target harga Rp 450 per saham.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *