KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kabar baik bagi sektor manufaktur Indonesia! Pada Agustus 2025, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur mencatat angka 51,5, sebuah peningkatan signifikan dari 49,2 pada Juli. Lonjakan ini menandai kembalinya sektor manufaktur ke fase ekspansi setelah empat bulan berturut-turut berada di zona kontraksi. Apa artinya ini bagi investor?
Menurut Miftahul Khaer, Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, PMI manufaktur yang kembali ke zona ekspansif berpotensi menjadi katalis positif bagi saham-saham manufaktur dalam jangka pendek. Namun, ia mengingatkan pentingnya memperhatikan faktor eksternal, seperti arah suku bunga The Fed dan fluktuasi harga komoditas global. “Kami melihat kembalinya PMI ke level ekspansif sebagai sinyal positif setelah periode kontraksi,” ujar Miftahul kepada Kontan, Rabu (3/9/2025). “Ini menunjukkan pemulihan aktivitas manufaktur, terutama di sektor otomotif, kesehatan, dan barang konsumsi.”
Lebih lanjut, Miftahul menjelaskan bahwa emiten seperti PT Astra International Tbk (ASII) di sektor otomotif, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) di sektor kesehatan, dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) di sektor barang konsumsi, akan sangat merasakan dampak positif dari peningkatan permintaan ini. Momentum penurunan suku bunga dan pameran otomotif seperti GIIAS diprediksi akan menopang penjualan di sektor otomotif, meskipun permintaan belum sepenuhnya pulih. Sektor kesehatan diuntungkan oleh konsumsi domestik yang relatif stabil, sementara sektor barang konsumsi tetap defensif dengan potensi peningkatan permintaan menjelang akhir tahun.
Senada dengan Miftahul, Farrell Nathanael, Equity Research Analyst OCBC Sekuritas, juga melihat data PMI manufaktur sebagai sentimen positif, khususnya bagi sektor otomotif. “Kami optimistis prospek penjualan mobil akan tumbuh jangka panjang,” kata Farrell kepada Kontan, Rabu (3/9/2025). “Hal ini didorong oleh tingkat kepemilikan mobil yang masih relatif rendah di Indonesia, seiring dengan peningkatan pendapatan per kapita dan pemerataan kekayaan.” Farrell juga optimistis terhadap sektor konsumen, yang akan diuntungkan dari stimulus pemerintah, sifatnya yang defensif, dan prospek pertumbuhan berkelanjutan.
Rekomendasi Saham
Berdasarkan analisisnya, Farrell merekomendasikan saham ASII dengan target harga Rp 5.800 per saham. Ia juga menyarankan investor untuk mencermati saham KLBF dengan target harga Rp 1.650 per saham, didorong oleh prospek pertumbuhan yang kuat di segmen farmasi dan kesehatan konsumen, dukungan stimulus pemerintah, neraca keuangan yang solid, dan inovasi berkelanjutan. Saham ICBP juga direkomendasikan dengan target harga Rp 14.600 per saham, berkat sifat produknya yang defensif dan kemampuan perusahaan dalam mengendalikan harga. “Pertumbuhan ini akan didukung oleh peningkatan volume, ekspansi distribusi, dan efisiensi operasional,” jelas Farrell.
Sementara itu, Kiwoom Sekuritas merekomendasikan strategi hold atau trading buy untuk saham ASII dengan target harga Rp 5.800 per saham dan saham AUTO dengan target harga Rp 2.600 per saham.
Japfa (JPFA) Klaim Program MBG Bawa Dampak Positif, Cek Rekomendasi Sahamnya
PANI Gelar Rights Issue Jumbo untuk Serok Saham CBDK, Simak Rekomendasi Sahamnya



