caristyle.co.id – Bencana banjir bandang dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera bukan hanya meninggalkan puing kerusakan fisik, tetapi juga menyisakan luka mendalam dan kisah pilu yang menyayat hati.
Ferry Irwandi, seorang kreator konten yang terjun langsung ke lokasi bencana, membagikan kesaksian pilu mengenai kondisi para korban banjir. Pengalamannya di lapangan mengungkap realitas pahit yang dialami para pengungsi.
Di Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, yang menjadi salah satu fokus kunjungannya, Ferry menyaksikan sendiri betapa memprihatinkannya situasi yang terjadi. Warga yang terperangkap banjir terpaksa melakukan hal yang tak terbayangkan: meminum air kotor sisa banjir demi bertahan hidup.
Ketiadaan akses air bersih, sementara bantuan tak kunjung datang, memaksa mereka mengambil langkah ekstrem tersebut. Kisah ini sontak membuat publik terhenyak, menyadari betapa beratnya penderitaan yang menimpa para korban banjir di Sumatera.

Tragedi yang menimpa warga yang tersapu banjir ini sekali lagi menggarisbawahi betapa mendesaknya penanganan bencana yang efektif dan perlindungan bagi masyarakat di wilayah-wilayah terdampak.
Melalui unggahan video terbarunya di akun Youtube, Ferry Irwandi menggambarkan secara detail situasi terkini di Aceh Tamiang. Perjuangan warga untuk sekadar bertahan hidup terungkap dengan begitu menyayat kalbu.
“Air bersih enggak ada, Pak. Bahkan kami minum air banjir itu,” ungkap seorang warga dengan nada putus asa kepada Ferry Irwandi. “Kami rebus, kadang kami campur bubuk teh supaya jangan bau kali lumpurnya,” lanjutnya, menggambarkan upaya mereka untuk meminimalisir dampak buruk dari air yang terkontaminasi.
Tak hanya itu, warga juga mengeluhkan ketiadaan listrik dan jaringan komunikasi selama hampir satu minggu. Kondisi desa yang gelap gulita membatasi aktivitas mereka di malam hari. Bahkan, harga bensin pun melambung tinggi di tengah bencana ini. Warga terpaksa membeli 1 liter bensin dengan harga Rp80 ribu hingga Rp100 ribu, itupun dengan pasokan yang terbatas dari SPBU.
“Kalau Bapak enggak percaya, tanya aja. Satu botol besar Rp80 ribu. Kadang pun enggak ada barangnya,” kata warga lainnya, menggambarkan betapa sulitnya mendapatkan kebutuhan dasar di tengah situasi darurat.
Menurut penuturan warga, sebagian besar bantuan yang mereka terima justru datang dari pengendara motor yang melintas. “Kami makan cuma bantuan dari motor lewat-lewat. 3 sampai 4 hari kami enggak makan,” ujar seorang pria yang rumahnya rata dengan lumpur, menggambarkan betapa minimnya uluran tangan yang mereka terima.
Di tengah situasi yang serba sulit ini, secercah harapan muncul dari para relawan yang berjuang menembus wilayah pedalaman. Tim relawan dari berbagai komunitas, termasuk Ferry Irwandi, KitaBisa, Save The Children, dan sejumlah organisasi kemanusiaan lainnya, berhasil menyalurkan bantuan berupa air bersih, makanan siap saji, tenda, matras, obat-obatan, perlengkapan bayi, hingga lampu penerangan.
Dalam video tersebut, momen saat relawan menyalakan lampu untuk pertama kalinya setelah satu minggu kegelapan, disambut dengan teriakan syukur yang memecah keheningan malam. Ferry mengungkapkan bahwa donasi dari masyarakat Indonesia yang terkumpul melalui kampanye kemanusiaan mencapai Rp10 miliar hanya dalam satu hari. Dana tersebut kemudian dialokasikan untuk pengadaan air bersih, logistik, dan peralatan penyelamatan lainnya.
Meskipun beberapa titik sudah mulai dapat diakses, kondisi di wilayah pedalaman Aceh Tamiang masih sangat memprihatinkan. Banyak desa yang belum tersentuh bantuan dalam skala besar. “Ini jauh dari membaik. Sama sekali belum membaik. Orang-orang masih kelaparan dan terisolasi,” tegas Ferry dalam videonya.
Warga sangat berharap pemerintah dapat segera turun tangan dengan sumber daya yang lebih besar, terutama untuk membuka akses jalan, mengirimkan dukungan logistik, serta menyediakan air bersih dan listrik. “Yang kami butuh kali air, listrik, dan makanan. Bantuan belum ada apa-apa,” keluh seorang warga, mewakili suara hati masyarakat yang terdampak.
Hingga saat ini, sejumlah relawan masih terus berupaya mencapai titik-titik terdampak yang lebih terpencil menggunakan mobil double cabin dan kendaraan off-road lainnya.
Aceh Tamiang Terdampak Parah
Seperti yang diberitakan Serambinews pada Sabtu, 6 Desember 2025, Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Aceh menjadi salah satu wilayah yang paling parah terdampak banjir dan longsor.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa jumlah korban jiwa di Aceh Tamiang terus bertambah. Peningkatan jumlah korban terbanyak berasal dari kabupaten ini, yang melaporkan penambahan korban jiwa setelah proses evakuasi dan pencarian oleh tim SAR gabungan dilanjutkan.
Dari data laporan Aceh Tamiang, jumlah korban jiwa dilaporkan bertambah 7 orang, dari sebelumnya 45 menjadi 57 jiwa. Selain korban meninggal, BNPB juga mencatat 151 warga Aceh masih dinyatakan hilang dan lebih dari 3.500 orang terluka akibat bencana besar yang melanda sejak akhir November 2025.
Aceh Tamiang saat ini berada dalam kondisi darurat bencana. Ribuan warga masih mengungsi, akses bantuan belum sepenuhnya pulih, dan pemerintah bersama TNI/relawan terus berupaya membuka jalur serta memulihkan fasilitas vital.
Tak hanya akses jalan dan listrik yang terputus, wilayah tersebut juga dipenuhi kayu gelondongan. Selain itu, banyak korban banjir yang belum menerima pasokan makanan maupun air bersih.
Sentilan Menohok Zaskia Adya Mecca
Zaskia Adya Mecca turut memberikan perhatian terhadap situasi terkini di Aceh Tamiang melalui postingan di akun media sosial Instagram miliknya.
Ia memperlihatkan suasana mencekam di Tamiang, dan bahkan terlihat tertunduk lesu sambil menangis melihat kondisi para korban banjir. Dikutip dari Tribunnews, Zaskia menyentil pihak-pihak yang tega menggunduli hutan hingga menyebabkan banjir. Ia mempertanyakan bagaimana cara memperbaiki dan menangani bencana sebesar ini.
“Tamiang, Aceh 4 desember 2025 , 22.30.”
“PUAS KALIAN YANG MENGGUNDULKAN HUTAN ?! Bisa tidur nyenyak? Bisa tenang baik2 saja hatinya? Bahagia dengan harta yang kalian dapatkan dari itu semua? Pembebasan lahan, Pembakaran hutan, penebangan pohon, tambang2.”
“Ratusan ribu masyarakat harus mendapatkan dampak besar dari keegoisan kalian semua, korban jiwa, hilang harta benda, luka2, terisolasi karena akses terputus, ancaman kelaparan didepan mata. Bantuan terasa sangat lambat! lalu apa?! Bagaimana mengatasi ini semua? Recovery kedepannya?” tulis ibu lima anak tersebut dengan nada geram.
Zaskia pun menceritakan pengalaman beratnya menjadi relawan. Ia mengaku tidak mudah menembus kegelapan dan akses yang begitu sulit di Tamiang. Oleh karena itu, Zaskia meminta agar pihak berwenang segera mengambil tindakan tegas dengan mendatangkan alat-alat berat agar akses bisa kembali dibuka. Ia juga menekankan agar tindakan itu dilakukan dengan cepat sebelum korban jiwa semakin bertambah.
“Salah satu titik yang ku datangi tadi malam misalnya, pesantren dengan santri hampir seribu ini, pekarangan belakangnya 5 hektar dipenuhi lumpur padat dan bongkahan kayu2, hancur semua! Siapa yang akan merapihkan? Membantu menyingkirkan semua bongkahan kayu? Membangunnya kembali? Titik2 terdampak seperti ini banyak sekali, puluhan, bahkan ratusan.”
“Kami relawan bersedia bergerak secepat mungkin, memberikan waktu-tenaga-harta kami. Mendistribusikan semua bantuan. Menjadi pendengar dan menyampaikan situasi mereka. Tapi untuk membuka akses terputus, alat2 berat, tidak mudah kami atasi.”
“Geraklah cepat dengan semua kemampuan yang kalian miliki atas keuntungan yang didapat. Krn saat ini kami bertarung melawan waktu!” lanjutnya, mendesak tindakan cepat dari pihak berwenang.
Zaskia menegaskan bahwa dampak banjir bandang dan longsor di Tamiang, Aceh, sangatlah besar. Meskipun ia dan rekan-rekannya sudah membawa bantuan sejumlah 3 truk, ia merasa hal itu belum cukup untuk mengatasi masalah di tempat tersebut.
“Putus asa rasanya ku semalam disini bersama bebrapa relawan mandiri ( @projectakhirat_nsts @rangkulfoundation @ramaa1604 @_indadari_ @kitabisacom @haykalkamil @tasyanurmedina @tyasdwisunu @tantrinamirah @miadinari @ekapamor ) membawa bantuan 3 truk besarpun rasanya tidak mengatasi secara besar atas beratnya dampak yang mereka dapatkan,” ujar Zaskia sambil membubuhkan emoji menangis, menggambarkan betapa pilunya situasi yang ia saksikan.
Lebih lanjut, Zaskia Adya Mecca meminta agar pemerintah dan siapapun pihak berwenang untuk segera bergerak cepat. Menurutnya, masih banyak titik-titik banjir yang belum terakses bantuan.
“Masuk ke Tamiang yang baru terbuka aksesnya ku langsung emosional. Apa kabar dengan titik2 yang belum bisa di akses sama sekali sampai saat ini?”
“Masih banyak sekali yang harus kita bantu.. ayo gerak! Yang ada kelonggaran waktu, tenaga juga materi.. kita sama2 bergerak,” tulis sang artis, mengajak semua pihak untuk turut membantu korban banjir di Aceh Tamiang.
Berita Terkait
- Baca juga: Banjir Rob Terjang Pesisir Jakarta, 23 RT dan 2 Ruas Jalan Terendam, Ini Daftarnya
- Baca juga: Kepala BNPB Sebut Tak Mencekam, Ferry Irwandi Miris Temukan Warga Aceh Tamiang Minum Air Banjir
- Baca juga: 24 Jam Kumpulkan Rp 10,3 Miliar untuk Korban Bencana, Ferry Irwandi Bungkam Kritik soal Yapping
Baca berita TribunJakarta.com lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita



