caristyle.co.id – , JAKARTA – Tayangan bermuatan pelecehan terhadap kiai dan pesantren dalam program X-posed Uncensored di Trans7 terus memicu gelombang kecaman dari berbagai pihak. Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PKB DPR RI, Dedi Wahidi, secara tegas menilai program tersebut telah merendahkan pesantren sebagai salah satu pilar pendidikan nasional yang fundamental.
Dalam pernyataannya pada Kamis (16/10/2024), Dedi Wahidi menyampaikan, “Tayangan program X-posed Uncensored jelas merupakan pelecehan terhadap pesantren sebagai salah satu pilar pendidikan nasional. Konten ini terkesan dibuat secara terburu-buru, asal comot, dan jauh dari prinsip-prinsip jurnalistik yang seharusnya dijunjung tinggi. Sangat disayangkan jika tayangan semacam ini bisa lolos verifikasi dan mengudara secara nasional.”
Ia menjelaskan bahwa pondok pesantren selama ini berperan vital sebagai salah satu penyangga utama sistem pendidikan nasional. Banyak peserta didik yang tidak tertampung di sekolah-sekolah negeri justru terselamatkan berkat keberadaan pesantren-pesantren yang didirikan secara swadaya oleh masyarakat dengan penuh dedikasi.
Dedi melanjutkan, “Pesantren mendidik para santri dengan sanad keilmuan yang jelas dan teruji. Mereka juga dibekali dengan kultur yang selaras dengan budaya masyarakat di sekitarnya. Jadi, jika sekarang pesantren di-framing sebagai lembaga yang melestarikan feodalisme bahkan perbudakan, jelas itu adalah narasi yang ngawur dan tidak berdasar.”
Anggota dewan tersebut menilai bahwa media nasional sekelas Trans7 seharusnya memiliki standar verifikasi berlapis yang ketat, terutama ketika menangani konten-konten sensitif yang berpotensi mendiskreditkan kelompok atau individu tertentu. Prinsip kehati-hatian harus diutamakan.
“Dampak dari tayangan ini begitu luar biasa, di mana bisa menghancurkan kredibilitas dan nama baik pesantren secara keseluruhan. Apalagi dalam tayangan tersebut yang di-framing adalah pengasuh Lirboyo, yang merupakan salah satu pesantren terbesar di Nusantara dan memiliki reputasi yang tak terbantahkan,” ujarnya dengan prihatin.
Sebagai Alumni Pesantren Babakan Ciwaringin, Dedi Wahidi menegaskan bahwa selama ini pesantren telah berhasil melahirkan banyak lulusan berkualitas yang tersebar di berbagai bidang pekerjaan. Para lulusan pesantren ini juga menjadi salah satu penyangga bagi tegaknya NKRI yang majemuk, kaya akan keragaman suku, agama, dan ras.
“Selama ini, pesantren-pesantren NU menjadi garda terdepan untuk menanamkan rasa cinta tanah air dan bangsa. Para santri juga merupakan barisan terdepan dalam menolak ideologi trans-nasional yang merusak tenun kebangsaan kita. Lalu, tiba-tiba dinarasikan sebagai penghambat kemajuan, tentu saja itu sangat aneh dan tidak masuk akal,” tambahnya.
Melihat dampak serius yang ditimbulkan, Ketua Dewan Pembina Ponpes Darul Ma’arif Indramayu ini mendesak agar Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Kementerian Komunikasi dan Digital (Kominfo) segera memberikan sanksi tegas kepada Trans7. Menurutnya, permintaan maaf saja tidaklah cukup, mengingat kerugian luar biasa yang ditimbulkan bagi institusi pesantren dan para kiai pengasuh pesantren di tanah air.
“KPI telah menghentikan sementara program X-posed Uncensored, namun mengingat beratnya pelanggaran yang dilakukan, KPI perlu mempertimbangkan langkah lebih lanjut seperti pembekuan kegiatan siaran hingga pencabutan Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) Trans7,” pungkas Dedi Wahidi, menyerukan tindakan hukum yang setimpal.